Pak Dimas sedang menjelaskan pelajaran fisika, mungkin bagi sebagian orang fisika pelajaran yang sangat dihindari tetapi tidak bagi Ara, ia senang akan pelajaran itu. Ara sedang fokus memperhatikan ke papan tulis hingga Cika mengganggunya.
"Ra, menurut lo anak baru gimana?"
"Gimana apanya maksud lo?"
"Ya menurut lo dia tipe lo bukan?" Ara menengok ke Cika dan memutar matanya, tanda bahwa ia malas untuk bicara lebih lanjut.
"Ra jawab dong."
"Mending lo fokus buat belajar."
"Gue cuman ingin tau pendapat lo tentang dia." Ara menghela napasnya dan berpikir sejenak.
"Hmm.. Yang pasti dia bukan tipe gue."
"Emang tipe lo kayak gimana?"
"Gue gak tau."
"Kok gak tau?"
"Cik maksud gue, gue gak punya tipe cowok, yang penting gue nyaman sama dia."
"Jadi selama ini yang penting lo nyaman?"
"Yang paling penting sih itu untuk sekarang ini, gak tau deh kedepannya."
"Misalkan lo ingin cowok yang buat lo nyaman, kenapa gak sama Rico aja? Kan lo nyaman sama dia." Ara sangat gemas dengan Cika yang terkadang lemot.
"Kalau gue nyaman sama orang bukan berarti gue suka dan mau jadi pacar, mesti ada aspek lain."
"Apa aspeknya?"
"Gue harus cinta sama dia."
"Ra tapi semua hubungan itu berawal dari suka, gak mungkin lo langsung ke tahap cinta, menurut gue ya bila orang saling mencintai itu pasti karena berawal dari suatu hubungan yang dibangun terus mulai saling perhatikan satu sama lain lalu lama-lama timbulah rasa cinta. Malah ada orang bilang cinta ada karena terbiasa."
"Emang lo pernah ngerasain hal itu?"
"Ya enggak sih, tapi gue mengamati kalau orang yang curhat sama gue, terus gue ambil kesimpulan."
"Nah lo kan belum pernah mengalaminya, untuk memastikan teori lo, lo harus punya pengalaman, gue tanya sekarang emang lo pernah pacaran?"
"Ya pernah lah beberapa kali, tapi ya gitu gue gak pernah ngerasain rasa cinta, baru sampai tahap suka" Cika menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal tanda bahwa ia bingung. Ara menghela napasnya karena sudah terlalu malas untuk membahas topik ini lebih lanjut.
"Mending dari pada ngomongin ini yang ga ada habisnya, lo fokus kedepan karena beberapa hari lagi ulangan harian pertama."
"Oh iya, nanti ajarin ya kalau ada yang gak ngerti."
"Oke."
~~~
Waktu pulang sudah tiba, Ara merapikan bukunya dan Arga memutar tubuhnya untuk bicara.
"Ra, temenin gue ke Galih. Lo jangan pulang dulu."
"Sekarang?"
"Iya."
"Tuh Ra temenin calon gebetan." bisik Cika
"Apa sih Cik, gue cuman niat baik doang sama dia."
"Yaudah sih gapapa, gue malah seneng seandainya lo jadi sama dia."
"Jangan ngawur deh."
"Ekhem.." Arga pura pura berbatuk menandakan bahwa ia masih menunggu jawaban dari Ara.
YOU ARE READING
ELUSIVE
Teen FictionKamu benar, tentang semua hal yang kamu katakan. Tentang waktu adalah hal yang paling berharga dan kenangan yang tak akan bisa dibuat kembali. Lalu aku terlupa dengan hukum alam yang bahwasannya semua yang kita lakukan akan mendapat resiko. Sama se...