Beyond the Hope part 4

4 0 0
                                    

"Loh ibu? Ayah kemana?" Aku lihat muka ibu memerah saat aku tanya seperti itu. Matanya juga berkaca kaca seakan ingin menangis. Ibu tidak menjawab pertanyaan ku.

"Terimakasih ya bu, assalamualaikum." Ibu berjabat tangan dengan guru BK. Akupun begitu. Aku lihat mukanya persis seperti ibu. Mukanya merah dan matanya berkaca kaca. Ada apa ini? Aku lihat jam menunjukan pukul 11 siang. Aku dan ibu pulang menuju rumah. Sesampainya disana aku lihat barang barang ayah disiapkan dan dimasukan kedalam tas. Kami tinggal hanya bertiga saja.

"Ayah mau kemana?" Tanyaku polos.

"Ayah mau pergi nak, kamu baik baik disini sama ibu ya. Suatu hari nanti kita pasti akan bertemu lagi jika Tuhan berkehendak. Jangan nakal sama ibu ya. Kamu kan anak baik jagoan nya ayah. Jangan tinggalin sholat 5 waktu dan hormati ibumu nak. Jadilah orang baik dan cerdas yang berguna bagi semuanya." Tiba tiba ayah langsung memelukku dan mengusap kepalaku. Air mataku jatuh. Aku tidak mau ayah pergi. Ternyata mereka sudah cerai. Dan hak asuh diberikan kepada ibuku. Aku hanya bisa menangis tak bisa berkata apa apa lagi. Rasanya sulit untuk mengatakan sesuatu dengan kondisi ku yang seperti ini. Hatiku pecah, perasaanku sakit, mulutku tak mampu untuk berbicara, air mataku mengalir dengan deras dan membasahi pakaian ayahku.

"Udah ya nak, ayah mau pergi dulu. Sekolah yang bener biar jadi orang hebat. Ingat nak, jangan menyerah dan jangan mengeluh terhadap apapun. Yakini apa yang kau anggap benar. Maka disitu ada harapan yang indah untukmu." Pesan ayah untukku yang selalu aku ingat. Aku lihat ayah pergi. Ku lihat dari jendela. Ayahku berjalan dengan meneteskan air mata. Berat rasanya menerima kenyataan kalau mereka harus berpisah. Namun apa boleh buat, takdir sudah berkata seperti ini.

Beberapa tahun berlalu, sudah saatnya aku untuk masuk SMA. Semuanya baru dimulai..

---------------------------------------------------------

Beyond the HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang