Beyond the Hope Part 5

5 0 0
                                        


Aku terbangun dari tempat tidurku dengan gontainya aku berjalan menuju ruang makan yg biasa digunakan keluargaku disana terlihat ibu dan adikku.

"cepet habisin makananya, sudah hampir telat kmu ke sekolah." pinta ibuku. suara yg biasanya menyejukan hati kini terasa dingin. aku pun melihat sebuah album photo disana terpampang photo keluarga kita yg tersenyum penuh kebahagiaan. tanpa terasa mataku mulai terasa pedih.

"mah udahlah aku mau langsung berangkat aja." ibuku hanya diam mungkin dia sadar dengan perubahan suasana hatiku
dengan langkah santai akupun memasuki kelas dan menduduki tempatku.

"we cok haya si kidal jelita nyariin elu"ucap teman sebangkuku  wirya.

"eleh ngomong aja, urus tu congek" timpalku. dia memang terkenal akan telinganya yg congek dan sikapnya yg rada rada gesrek. meskipun begitu dia adalah sahabat pertama masa SMA ku.

"Itu kan dulu Cok, sekarang mah sudah bersih tanpa congek." Tegas Wirya dengan menirukan iklan cling. Kali ini bukan gigi nya yang berkilau namun congeknya.

"assalamualaikum." aku lihat pak guru sudah masuk ke kelas dan pertanda kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Hari ini pelajaran agama. aku lihat si Wirya selalu meneteskan cairan berwarna kuning kehijauan dari telinganya yang berbau sangat tidak sedap.

"Asem ini congek si Wirya bikin aku ga fokus belajar. Udah dia duduknya sama aku lagi. Huh dasar congek." Jelasku dalam hati.

"Haya, coba sini maju jawab soal nomor 1" aku lihat pak guru sudah mulai berburu mangsa. Haya sangat ketakutan perlahan keringat dingin nya keluar. Walaupun dia terkenal sebagai primadona di kelas namun dalam bidang akademik dia kurang baik.

"Eh Wirya, izin ke wc yok. Pak guru udah mulai cari mangsa nih. Sekalian membersihkan congek lu." Pintaku kepada wirya yang saat itu cairan dari kuping nya sudah mengalir deras sampai ke lantai.

"Okee okee." Jawab si Wirya sembari mengusap cairan dari telinga nya.

"Pak, aku sma Wirya izin ke belakang sebentar."

"Okee." Jawab pak guru sembari melihat Wirya yang telinga nya penuh dengan cairan kuning kehijauan. Dia tau kalau Wirya itu ganteng alias gangguan telinga alias kopoken.

*Saat di WC

"Eh bro tau ga? Si haya demen sma lu bro." Jelas si Wirya padaku. Aku kaget saat mendengarnya. Namun aku hanya menganggap itu candaan. Si Wirya memang begitu dia suka usil dan jail padaku.

"Ah serius nih? Bukanya dia suka sma lu? Lu kan ga sama kaya cwo lain. Terutama congek lu tuh yang bikin si haya luluh." Jelasku pada si Wirya. Tidak mungkin seorang primadona kelas suka padaku yang seperti ini. Haya si kidal jelita dengan rambut tomboy nya. Kulitnya yang putih bagaikan tepung terigu.

"hahaha dasar kamu. Tau aja seleraku." Balas si wirya. Aku lihat congek nya sudah bersih.

"Kuylah kita kembali ke kelas. Kita lihat si haya menjawab soal. Jangan lupa semangatin sama Lu bro." Pintaku kepada si Wirya. Rupanya si Wirya suka dengan si haya. Dilihat dari gerak geriknya memang seperti itu.

"Kuylah." Jawab si Wirya.

"Coba menurut cerita ini latarnya dimana?" Tanya pak guru. Aku lihat si haya diam tidak tau jawaban nya. Mukanya mulai memerah dan sesekali melihat anak anak yang lain dengan tatapan tajam seraya ingin menguliti mereka hidup hidup. Suasana kelas yang tadinya tertawa kecil sekarang mendadak diam karena tatapan mengerikan dari si haya.

"Hmm." Jawab haya bingung. Keringat dingin dari tubuh nya pun mulai keluar. Sesekali aku lihat si Wirya congek nya perlahan mulai keluar.

"Gimana? Dimana latarnya?." Tanya pak guru.

"Sore hari pak." Jawab si haya dengan malu. Tangan nya mulai bergetar. Jawaban nya ternyata salah.

"Latarnya itu pagi hari haya. Dirumah belajar lagi ya jangan ngeliatin si Wirya mulu. Yaudah sana duduk." Ledek pak guru. Otomatis semuanya tertawa dan kelas mendadak rame. Sesekali aku lihat lagi si Wirya yang congek nya sudah sampai ke lantai lagi.

Beberapa jam sudah berlalu. Aku dengar bel pulang sudah berbunyi. Aku bergegas pulang. Namun saat itu aku teringat dengab kondisi rumah tanggaku yang hancur. Membuatku tidak betah dirumah. Aku lebih nyaman di sekolah bersama teman teman ku. Aku tau ini semakin berat tapi kuharap teman teman ku bisa sedikit mengurangi beban ku.

"Eh Wirya jangan pulang dulu ya, kita wifian disini. Aku tau sandi nya loh." Pintaku pada wirya. Aku tau dia sangat suka bermain game sampai lupa dengan congek nya.

"Wah serius nih? Gass kuy." Jawab Wirya dengan girang. Dari kejauhan dia melihat haya yang pulang sendirian.

"Cieee ngeliatin siapa nih."

"Ngga kok kuylah gass."

Aku lihat jam sudah menunjukan pukul setengah enam sore. Ibuku menelepon ku namun tidak aku angkat. Aku ingin pulang Maghrib saja.

Setelah bermain game berdua dengan Wirya akhirnya tiba waktu maghrib. Aku pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Ntah kenapa saat dirumah mood ku mendadak berubah dari yang dulu bahagia menjadi tidak bergairah.

Aku lihat ibuku sedang nonton tv di kamar. Kali ini dia tidak menanggapi ku saat pulang terlalu malam. Aku dengar dia sedang menelepon dengan seseorang yang suaranya seperti lelaki. Aku mendengar pembicaraan nya ternyata....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beyond the HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang