ekspektasi

48 4 0
                                    

Iqbal terlihat sangat gelisah saat ini. Berulang kali dia memastikan tidak ada satu pun pesan yang terlewatkan di aplikasi chatnya. Diambilnya gelas yang berisi minuman hijau kesukaannya itu. Berdiri dari bangku taman itu dan kembali duduk sambil celingak celinguk Berulang kali dia lakukan.
    DRRRRTTTTT.... Suara getaran itu bersumber dari benda yang ada di dalam saku celananya. Saat benda itu di keluarkan dan dilihatnya alasan mengapa benda itu bergetar setelahnya senyum yang hanya bisa dilihat dari wajahnya.
"aku udah nyampe nih"
"aku jemput ke sana atau gimana??"
"gausah, aku gak manja. Aku aja yang ke sana. Kamu tunggu di tempat biasa aja"
"ok" iqbal mengakhiri percakapan mealaui aplikasi chat tersebut dengan senyum penuh harap.

Dalam khayalannya iqbal melihat sepasang anak manusia sedang duduk di sebuah bangku taman yang sedang ia duduki. Mereka masih menggunakan seragam smp. Si anak perempuan memamerkan sebuah cokelat kepada si anak laki-laki sambil tertawa. Si anak laki-laki hanya bisa ikut tersenyum dengan kebahagian itu. Lalu ingatanya berubah pada sepasang remaja yang masih menggunakan seragam Sma nya. Kini mereka terlihat lebih dewasa. Si remaja perempuan terlihat sedang terpukul. Dia menangis di bahu sang remaja laki-laki sambil mengoyak sebuah foto. Sepertinya alasannya adalah seorang yang ada di foto itu.
Lagi,sang remaja laki-laki itu hanya bisa diam dan menguatkan sang remaja perempuan.

Iqbal kembali meminum minumnya itu.
"woy....." ada seorang yang mengejutkan iqbal dari lamunannya tadi.
"heheheh....sorry ya bal" lanjut seseorang itu.
Biasanya iqbal akan langsung memarahi orang yang mengganggunya seperti itu tapi dia gak akan bisa marah sama wanita yang sadari tadi ada di khayalannya tadi itu. Lia adalah sahabat wanita iqbal sejak smp. Sejak saat itu,iqbal dan Lia selalu berasama. Mereka bagaikan sepatu dan kauskaki sekolah. Bisa saja tidak ada salah satunya,tapi pasti orang yang melakukan itu akan kenak hukum.  Begitulah filosopi yang mereka ciptakan berdua.
"mmmm......Duluan aja" kata mereka serentak.
"apasih bal..." kata Lia.
"ya udah kamu aja Duluan"
"lah,kan kamu yang ajak ketemuan,jadi kamu yang Duluan."
"aku bingung mau mulai dari mana nih li..." li adalah panggilan iqbal kepada Lia,simpel memang. Tapi hanya iqbal yang memanggil Lia dengan sebutan itu.
"haelah bal, kayak sama siapa aja. Kita udah kenal 8 tahun loh"
"nah itu..  Kan kita udah kenal 8 tahun....."
" ya?? Terus??.. "
"ya gimana ya.. Agak aneh sih"
"iya sih aku agak aneh sama kamu sekarang. Ada apa sih bal??"Lia mulai frustasi dengan sikap temannya itu.
"heheheh..iya li. Makanya jangan marah dulu..."
"iya iqbal....jangan mutar-mutar makanya"
"Kita kan udah kenal sejak smp dulu"
"pliease lah bal,jangan mutar-mutar terus. Aku ada janji juga nih"Lia terlihat tak tahan dengan sikap aneh iqbal.
"ya aku merasa kita tuh terlalu asik di suatu titik yang buat kita terlalu nyaman li"
Sambil mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya dan memasangkan di jari manis Lia.
"aku udah bosan dengan titik ini li,aku bakal ambil apapun resikonya kali ini. Aku ingin kita melangkah dari titik nyaman kita ini ke sebuah titik baru yang antara kita pun taktahu bagaimana hasilnya"
"bal......"
"giman li?"
"aku tau ini bakal kejadian. Tapi kamu telat bal,gak mungkin sekarang aku bisa sama kamu" sambil kembali meletakkan cincin yang sempat ada di jarinya itu kembali ke tangan iqbal dan mengenggamnya.
"maaf bal..."lanjutnya.
"gapapa li"
"aku udah ada janji sama Binta,bal. Kita gak boleh melangkah kemanapun lagi. Ini sudah yang terbaik untuk kita,telepon aku kalau ada Apa-apa ya" sambil pergi meninggalkan iqbal.

Iqbal hanya bisa memandangi punggung wanita itu berasama lelaki yang pernah menjadi alasan mengapa Lia dulu menangis di pundaknya sambil menatap kembali ke cincin yang di kembali sedetik setelah dia berikan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
⭐vote ya

harus berpisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang