II. Pangeran Keempat Jun Wei

20 2 0
                                    

"Hong Li!" Yang mendadak terbangun dari tidur. Ia bangkit dan memperhatikan sekitar, hanya ada dirinya dan seorang murid tabib di dalam bilik, dia tengah duduk sambil menghaluskan ramuan herbal disebelahnya. Yang bernafas lega karena kejadian buruk yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi.

"Tuan Yang anda mengejutkan ku, apakah kau mendapatkan mimpi buruk?" Khawatir Shing Zu, murid pria paruh baya itu.

Yang mengangguk, dia baru saja mendapatkan mimpi, didalam mimpinya Hong li terjatuh dari atas pohon yang sangat tinggi. Sebenarnya hal ini bukan yang pertama kali, ia juga sering mendapatkan mimpi yang sama akhir-akhir ini.

Semua terjadi karena hobi Hong li yang akhir-akhir ini mulai berubah, sebelumnya Hong li memiliki kebiasaan mengketapeli bokong kuda yang sedang di tunggangi oleh prajurit, dan sekarang Hong li mulai menekuni dunia panjat-memanjat. Jantung Yang sudah berulangkali hampir tercopot dari tempatnya hanya karena ulah Hong li.

"Ngomong-ngomong, dimana Hong li?" Tanya Yang setelah sadar bahwa dia telah kesiangan. Biasanya dia dapat bangun lebih awal, tetapi karena usianya yang mulai menua, entah mengapa tubuhnya memerlukan waktu istirahat yang lebih banyak.

"Oh, Tuan Yang, aku lupa memberi tahu mu, hari ini pagi-pagi sekali Hong li meminta izin kepadaku pergi ke istana untuk melihat pangeran keempat berlatih memanah. Dayang Wei yao dan Sue yue juga ikut bersamanya."

Yang terkejut, bola matanya membulat seperti jeruk. "Lalu kau membiarkannya pergi!?"

Shing zu terdiam seribu bahasa, bukankah selama ini Tuan Yang selalu membolehkan Hong li pergi memperhatikan pangeran? lalu mengapa tiba-tiba dia jadi tidak memperbolehkannya. Shing zu mengangguk dengan perasaan bersalah. "Maafkan murid mu ini Tuan Yang, aku membiarkannya pergi karena dia juga mengancam untuk tidak makan hari ini jika tidak melihat pangeran keempat."

Yang menggeleng kesal. Dia bukannya tidak memperbolehkan Hong li, dia
hanya khawatir bocah itu melakukan hal yang diluar batas. Yang menarik nafas panjang dan membuangnya dengan gusar.

"Mustahil Shing zu, mustahil bagi anak nakal itu untuk menolak makanan. Bahkan jika kau menolak tawarannya, siang nanti dia akan tetap pergi kedapur untuk mencari makanan kecil." Yang awalnya marah, tetapi ketika mengingat kembali kelakuan Hong li, hatinya mulai melunak.

"Kalau begitu kau pergi dan siapkan teh hijau untuk ku, setelah ini aku akan pergi menemui kaisar."

***
"Tuan muda, Puteri Yi lin ingin bertemu dengan anda." Mei lan sudah mengatakan hal tersebut untuk yang kesepuluh kalinya, tetapi pangeran tetap diam dan sama sekali tidak tertarik ketika mendengar nama tunangannya itu.

"Mengapa kau sangat cerewet!? Aku sudah bilang kalau aku tidak mau menemui gadis tidak tahu diri itu," teriaknya kepada pelayan yang terus-menerus mengatakan hal yang sama. Emosinya sudah berada di puncak, wajahnya memerah dan alisnya menyatu dengan tegas, sudah jelas dia diam karena tak ingin diganggu.

Mei lan mendadak lesu, siapapun tidak ingin melihat wajah Jun wei yang menyeramkan ketika sedang marah. "Tetapi itu adalah perintah baginda kaisar tuan muda. Jika anda tidak pergi maka beliau akan marah kepada anda," sanggah Mei lan.

Jun wei tertawa renyah. "Sekalipun itu adalah perintah ayahanda, gadis itu tetap saja Yi lin, gadis yang paling aku benci."

Jun wei berdiri dan memutuskan untuk melatih kemampuan memanahnya. "Sudahlah, sekarang kau harus menyiapkan alat memanahku. Karena aku harus segera berlatih."

Mei lan hanya mengangguk pelan dan melangkah untuk menyiapkan perlengkapan memanah Jun wei.
Di perjalanan ia bertemu dengan kaisar dan Yi lin yang sedang berjalan ke arah pavilion naga -- kediaman Jun wei. Ia memberi penghormatan. "Salam yang mulia Kaisar Jun zao, panjang umur selamanya."

Wild Goddess's Xiao WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang