Bagian 2 : -Haphephobia-

6.2K 851 19
                                    


"Untuk seseorang yang menderita haphephobia, kau tampak suka menyentuhku.." gurau sebuah suara maskulin begitu mereka sudah berada di luar ruangan. Mereka keluar lewat pintu samping yang langsung mengarah ke area parkir terbuka, kurang lebih seratus meter dari bangunan kelab.

Kara menunduk menatap kedua tangannya yang masih memeluk erat lengan si pria asing. Seolah-olah jika Kara melonggarkan pegangannya sedikit saja, dirinya akan langsung hancur berkeping-keping. Ia pun langsung tersentak, lantas buru-buru melepaskan tangan si pria asing, sebelum kemudian mundur selangkah seraya melayangkan tatapan heran pada sosok jangkung di depannya.

Rian yang cukup lama mengenal Kara dan mengetahui perihal keanehannya ini pun tak pernah tahu jika ketakutannya ini punya nama. Bahkan keluarganya sendiri tak tahu apa-apa. Mungkin hanya kakak sulungnya, Keira yang menyadari keanehan Kara. Tapi Keira hanya tahu jika Kara akan mencegah siapapun mendekatinya, karena ia memiliki kecenderungan untuk mengatakan hal yang menyakitkan. Keira tidak pernah tahu jika Kara melakukannya karena terlalu takut dengan kemungkinan ia akan disentuh. Walaupun hanya sekadar berjabat tangan.

Kara akan merasa ketakutan dan cemas jika melihat ada gerakan ingin menyentuh dari orang lain. Ia juga selalu menghindari keramaian tempat orang-orang berkumpul. Dan jika Kara terjebak dalam lautan manusia seperti malam ini, ia akan banyak melipir alias berjalan pelan-pelan lewat pinggir, ke celah-celah yang kosong, atau merapat dan merayap di tembok, hanya untuk menghindari sentuhan.

Saat ada orang yang menyentuhnya meskipun tanpa disengaja, biasanya Kara akan terkena serangan panik, detak jantungnya meningkat, tubuhnya menggigil, keringat dingin mulai bermunculan, perutnya mendadak mual, dan yang paling parah adalah muntah. Meski tidak pernah sampai pingsan. Atau belum.

Selain Rian yang diam-diam mencari tahu sendiri mengapa dirinya dijuluki sok suci, Kara tak pernah menceritakan apapun tentang  ketakutannya pada siapa pun. Rasanya Kara masih belum mau memercayai jika jenis ketakutan konyol yang terlalu mengada-ada ini bisa menimpanya. Bukankah setiap orang membutuhkan sentuhan?

Yang jadi pertanyaan, mengapa si pria asing yang baru sejam ditemuinya ini, justru tahu pasti Kara mengidap Haphephobia? Lalu mengapa pula pria itu seolah-olah menganggap keanehannya adalah sesuatu yang bisa dimengerti dengan mudah? Padahal bertahun-tahun menderita, Kara menganggap kelainannya ini adalah sesuatu yang tidak akan mudah dimengerti orang lain.

Kara menggelengkan kepalanya dan memfokuskan diri pada hal utama yang harus dilakukannya saat ini. Ia bermaksud meminta maaf karena telah melibatkan pria asing itu ke dalam masalahnya. Tetapi yang terjadi berikutnya sungguh di luar dugaan.

Saat Kara membuka mulut, isi perutnya langsung berontak dan memilih detik itu juga untuk menyemburkan cairan yang tadi diminumnya. Lagi dan lagi, sampai-sampai makan malam yang baru beberapa jam lalu melewati tenggorokannya pun kini ikut-ikutan berbalik arah. Setelahnya, Kara terengah lemas kehabisan tenaga dan mencengkram masing-masing lututnya agar tidak limbung.

Ini memalukan! Sekarang Kara tak mungkin pergi begitu saja meninggalkan si pria asing sendirian dan berkubang dalam muntahannya yang menjijikan. Namun beberapa detik was-was menunggu ia didamprat atau dimarahi habis-habisan, si pria asing itu tak kunjung bereaksi. Karena penasaran, akhirnya Kara mendongak dan mendapati pria asing itu malah tersenyum lebar lalu tertawa renyah yang suaranya terdengar menggelitik pendengaran Kara. Sesaat kemudian Kara merasakan tangan pria itu memijat ringan tengkuknya.

"Good, Baby.. sebaiknya begitu.. jangan ditahan kalau memang tak tahan lagi.." hibur pria itu menenangkan. Tak ada sakit seperti terbakar yang biasanya terasa saat seseorang menyentuh kulitnya. Mungkin karena mata Kara kini terbelalak ngeri begitu menyadari bagaimana muntahannya membuat si pria asing tampak seperti objek tembakan slime berbau busuk yang sengaja disemprotkan melalui selang pemadam kebakaran. Sontak Kara membuka kemejanya sendiri, bermaksud mengelap lendir muntahannya yang hampir menutupi seluruh bagian depan pakaian pria itu. "Maaf! Aku tak.."

Touched by Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang