Bagian 2

8 1 0
                                    

Senyum ku, kan ku ukir seindah mungkin untuk semua orang,tak peduli keadaan sedang sangat baik ataupun sangat kacau. Karena aku pun berharap suatu saat nanti segala kepura puraan ini berbuahkan hal baik.


Seorang gadis berperawakan tinggi dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata cantik -memiliki wajah khas timur dengan kulit sehalus kain sutra yang siapapun melihatnya akan terkagum terpesona- turun dari sebuah mobil mewah yang author ga ngerti namanya apa. Ribet.

Seluruh mata memandangnya, terutama mata lelaki pencari kesegaran. Beberapa bahkan berusaha menarik perhatian sang gadis yang sudah pasti jumlah umurnya lebih banyak dari mereka yang masih mengenakan seragam Tut Wuri Handayani.

Syukur mereka tidak ditatap tajam dan di tampar perkataan 'ga sopan sama yang lebih tua' karena si gadis manis dewasa sempurna -yaelah panjang amat-  itu sepertinya memiliki sifat yang sangat ramah sehingga senyum yang sedari tadi ditebarnya kini berubah menjadi tawa kecil nan merdu.

Kaki jenjangnya dibalut dengan rok span selutut ditambah heels beraksen mutiara membawanya berhenti didepan sebuah pintu bertuliskan "Ruang Kepala Sekolah".

Tidak ada raut cemas, kesal ataupun marah diwajahnya. Seolah semua ini adalah sesuatu yang sudah sangat biasa atau dia memang sudah terbiasa. Dibukanya pintu dan masuk dengan langkah pasti.

Sesaat setelah masuk disana dilihatnya adik kecil yang sedari dulu mati matian dia jaga dan berusaha dia bahagiakan, sedang duduk bersama 2 siswa lain yang sudah ia kenal beberapa waktu belakangan.

Adiknya Dara berdiri mendekat sambil tersenyum sangat lebar, seakan kakak nya dipanggil ke ruangan ini karena dia memenangkan olimpiade seibukota. Boro boro olimpiade, masuk kelas saja Dara sekali dua kali dalam sebulannya.

"Duduk Dara!" terselip nada kesal yang seperti nya memang harus ditahan oleh Kepala Sekolah maupun seluruh staf SMA Bakti Kusuma yang sedang ada disana.

"Udah pernah" jawab Dara sembari membiarkan tangannya ditarik oleh sang kakak untuk duduk kembali.

"Jadi begini kak-"

"Saya engga punya adik selain Dara" potong Adriyani -kakak Dara- dengan tetap mempertahankan senyum manis yang bertengger sedari tadi dibibirnya. Gatakut keriput apa?

"Maksud sa-"

"Dengar ya Raden Cahyo Nugroho, saya sudah sangat sering mendengar nyinyiran orang yang berusaha mengeluarkan adik saya dari sekolah ini." Terselip sedikit emosi disuara lembut yang dimiliki Adriyani.

"Jangankan kamu yang jabatannya hanya ketua OSIS, guru dan kepala sekolah mu pun sudah berusaha dengan sangat keras. Tapi hasilnya? Ckckck"

"Saya ga perduli bagaimana pandangan kalian terhadap saya dan adik saya, asal jangan mengganggu ketentraman kami. Sa-"

"Tapi Dara selalu meng-"

"Wah begini sikap ketua OSIS yang selalu dibangga-banggakan itu? Bukankah ketua OSIS harus menjadi teladan dan contoh bagi teman temannya? Apakah memotong pembicaraan orang yang lebih tua sudah diizinkan dan disahkan?"

"Be a smart captain. Gimana bisa kamu mengeluarkan adik saya dengan alasan Ego."

"Saya paham dan sangat paham bagaimana perbuatan adik saya selama ini, yang tidak paham itu kalian. Bagaimana bisa kalian membuat komunitas dan membujuk masyarakat sekolah dari kelas 10 hingga yang sebentar lagi Ujian Nasional untuk berdemonstrasi ria dengan tujuan mengeluarkan seorang siswi yang baru 7 bulan sekolah disini? Ckckck"

"Perbuatan kalian sangat tidak pantas. Untung untung perbuatan kalian tidak berpengaruh apa apa terhadap adik saya. Jika tidak? Jabatan kalian akan melayang"

"Saya memiliki keinginan mengeluarkan Dara dari sekolah bukan karena Ego-" ucap Raden menahan gejolak amarah yang sedari tadi memuncak.

"Jangan berusaha membodohi saya. Saya adalah lulusan terbaik Universitas Indonesia 3 tahun lalu, bahkan sebelum waktu yang seharusnya kalau saya boleh sombong."

"Kamu sangat ingin membuktikan ikrar yang kamu ucapkan dikantin dua bulan lalu. Bahkan kamu termasuk penggerak dalam demonstrasi ecek ecek kalian itu."

"Kamu masih terlalu kecil untuk melihat dunia ini, sedari awal kamu emang tidak suka dengan sikap Dara. Tapi kamu tidak pernah membenci bahkan kerap membelanya di beberapa waktu. Namun sekarang? Hanya karena wanita ini Raden Cahyo Nugroho menjadi lelaki pelanggar prinsip hidup. Wahh"

Dara hanya tersenyum mendengar ucapan kakak nya yang sepertinya berhasil menusukkan duri pada Raden si ketua OSIS terlihat akan terdiamnya dia.

Raden bingung darimana kakaknya Dara yang begitu cantik ini mengetahui segala sesuatu. Setahunya kakak Dara adalah seorang wanita karir yang sangat sibuk. Bahkan kakaknya datang langsung dari bandara untuk menumpahkan amarahnya dan akan pergi lagi untuk terbang ke daerah lain setelah ini.

Setidaknya itu yang Raden dengar dari Dara dengan penjelasan nya mengenai ketidak tepatan waktu yang kakaknya minta (jam PBM) dan keterlambatannya.
Lalu apakah mungkin Dara sendiri yang cerita pada kakaknya? Ah Raden lupa bahwa jaman sudah canggih. Bisa saja mereka membicarakan semuanya lewat telephon genggam.

"Maaf kak, tapi ini tidak ada hubungannya dengan ke Egoisan saya. Saya hanya tidak mau sekolah ini semakin buruk karena banyak siswa yang mengikut jejak Dara" ucap Raden sembari tersenyum, kali ini keputusan final haruslah berpihak pada Raden.

"Jika tujuan mu adalah untuk menenangkan sekolah dan siswa siswi disini. Mengapa tidak kamu buat gerakan merubah setiap pikiran anak nakal disekolah ini?"

Raden lupa, bahwa dia sedang berhadapan dengan kakaknya Dara. Adiknya saja tak bisa di kalahkan. Mengingat sikap Dara yang selalu berhasil membuatnya diam, dia jadi sedikit bingung sedang apa Dara sampai tak terdengar suaranya sedari tadi.

Saat Raden mengalihkan pandangan dari Adriyani kesebelahnya, dilihatnya gadis yang selalu menyebalkan itu tertidur dengan posisi sangat lucu. Badannya menyamping dengan punggung melengkung setengah bulatan jangan lupakan bibirnya terbuka setengah dan rambut yang digerai begitu saja menambahkan kesan, eh lucu?

Raden tersentak

Yang benar saja. Ini pasti karena kacamata nya ketinggalan dikelas tadi buru buru sih makanya dia jadi ga jelas dalam melihat.

"Jadi bagaimana Raden? Kamu setuju?" Bukannya Adriyani tak peka bahwa Raden tak memperhatikan nya sedari tadi. Dia pun tahu kemana arah pandang Raden. Tapi ga mungkin kan dia bilang kenapa kamu perhatiin adik saya seperti itu? Mengingat adiknya sedang tidur padahal semua yang sedang mereka bicarakan adalah karena Dara sendiri.

"Saya tahu kamu pasti dengan senang hati menerima tawaran saya tadi."

"Ma- maksudnya?"

"Jadi teman bagi adik saya. Lakuin segala sesuatu untuk merubah dia. Jika tujuan kamu emang untuk sekolah dan ketentramannya. Mengapa harus mengeluarkan siswi yang berpotensi besar bagi pembangunan sekolah ini? Kamu bisa merubahnya kan? Saya percaya kamu bisa."

"Engga saya ga-"

"Loh, bukannya tadi kamu yang ngangguk ngangguk saat saya bertanya demikian?." Sial. Raden benar benar sial.

"Dan tanpa saya minta, emang seharusnya kamu melakukan itu bukan? Kamu harus mengayomi seluruh siswa siswi sini. Berteman dengannya dan menjadi contoh baik." Ucap Adriyani sambil berdiri, tak lupa membangunkan adiknya.

"Saya permisi." Ucap Adriyani lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut. Dirinya telah selesai, sedari dulu tak ada yang berkuasa untuk menentang segala keputusan nya.

Takdir sekalipun tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Is it Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang