PT '5

6.2K 591 3
                                    

Pagi ini Irene bangun terlambat karena semalam ia begadang untuk menonton drama kesukaannya.

Ia menyambar roti diatas meja makan kemudian mengambil kunci motornya.

Dilajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena ia memang sangat telat sekarang. Namun baru saja setengah jalan tiba-tiba motornya berhenti.

Irene meminggirkan motornya dan mengecek apa yang salah dengan motornya. Ternyata bensinya habis, kemarin ia lupa mengisi karena terlalu lelahnya dan juga malas.

Ia mengerang frustasi, jam sudah menunjukan pukul 06.45.

15 menit lagi kegiatan belajar mengajar akan dimulai sedangkan dia belum sampai ke sekolah.

Saat sedang bingung-bingungnya seseorang menepuk pundaknya membuat ia terkejut.

"Loh Irene, kok belum berangkat?"Irene tersenyum kearah pria dihadapannya ini.

"Motor saya habis bensin pak"ucap Irene menatap kearah motornya itu.

"Ya sudah bareng saya saja kalau begitu"ucap pria itu menunjuk kearah mobilnya yang terparkir di belakang motor miliknya.

"Tidak ada waktu lagi untuk sekedar membeli bensin, ayo kita akan telambat nanti"

Akhirnya Irene menyetujui ajakan pria itu yang tak lain adalah rekan kerjanya bernama Suho.

Suho lebih muda darinya 1 tahun, dia adalah guru olahraga yang masuk bersamaan saat ia masuk bulan lalu.

Mobil Suho terparkir diparkiran dan Irene mengucapkan terimakasih lalu ia keluar dari mobil Suho.

Saat ingin melangkahkan kaki meninggalkan parkiran Suho kembali memanggilnya.

"Jika ada masalah jangan sungkan untuk meminta bantuanku"ucap Suho tersenyum manis kearah Irene dan hanya dijawab dengan senyum tipis oleh Irene karena ia tak ingin terlambat masuk kedalam kelas.

💎🌻

Irene POV'

Kulangkahan kakiku dengan kasar keluar dari kelas. Entah kenapa hari ini dia berbeda; tak seperti biasanya yang selalu menyambutku dengan senyumannya, yang kulihat tadi adalah wajah datarnya dan bahkan ia tak menatap kearahku sama sekali.

Semenjak kejadian ia pingsan, aku mengajarnya privat seperti biasa hanya saja perlakuannya padaku membuat pipiku memerah dan jantungku berdebar.

Dia selalu memperlakukanku dengan baik ya walaupun ia juga sering menggodaku tapi itu yang membuat jantungku berdebar.

Tapi entah kenapa hari ini dia berbeda, ia bahkan tak menungguku didepan pintu seperti yang biasa ia lakukan jika aku akan mengajar dikelasnya.

"BU AWASSS!"aku mengalihkan padanganku kearah suara dan dapat ku lihat sebuah bola mengarah kearahku. Aku memejamkan mataku pasrah jika terkena bola karena jaraknya memang sudah sangat dekat denganku.

Secara berlahan aku membuka mataku karena aku tak merasakan apapun mengenaiku.

Dia?

Ia menatap kearahku dengan wajah datarnya yang membuatku menelan ludah susah payah.

Hey! Kemana senyum bulan sabit itu aku ingin melihatnya hari ini.

"Ibu gapapa? Maaf ya bu saya ga bermaksud"ucap anak yang sepertinya tadi melemparkan bola.

"Iya gapapa kok"jawabku karena itu semua hanya kecelakaan jadi tidak perlu dipermasalahkan. Yang ku khawatirkan sekarang adalah tangan Seulgi yang tadi ia gunakan untuk menahan bola.

"Kalo ga becus main basket, mending main boneka aja"ucap Seulgi santai namun nada bicaranya terdengar dingin.

"Maksud lo apa hah?!"anak itu mencekram kerah baju Seulgi membuatku terkejut. Aku mencoba melepaskan cengkraman tangan itu dari kerah baju Seulgi.

"Daniel lepasin!"tegasku.

Aku menatap kearah Seulgi yang sepertinya biasa saja justru ia malah tersenyum miring.

Seulgi menggenggam tangan Daniel dan menghempaskannya kasar.

"Gue lagi males gelut hari ini"ucap Seulgi menepuk-nepuk pipi Daniel kemudian ia berbalik dan berjalan menjauh dari jangkauanku.

Aku menatap Daniel yang wajahnya sudah berubah menjadi merah padam.

"Sstt...sudah Daniel. Kembali ke lapangan"Daniel menatapku lalu ia menunduk dan mengangguk.

Setelah dia pergi aku segera melangkahkan kakiku mencari keberadaannya.

Precious teacher |HIATUS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang