Tiga

288 39 7
                                    

Seberapa pun kejamnya cuaca pada musim dingin, kalian tidak pernah absen menghabiskan waktu bersama. Kamu selalu bersiap dengan mengenakan berlapis pakaian paling tebal yang Kamu miliki, sebisa mungkin menyiasati agar jari-jarimu tidak membeku.

Lompatan-lompatan kecilmu yang tak berirama membantu agar suhu tubuhmu tetap hangat, “OIKAWAA! IWA-CHAAN!” diam-diam Kamu meringis, bersyukur karena panggilan kramat ajaran Hajime tidak keluar dari mulut manismu, coba saja kalau tuan atau nyonya Oikawa sampai tahu Kamu memanggil putra tercintanya dengan panggilan sayang bernada menghina, bisa-bisa kupingmu sedikit budek karena didamprat habis-habisan.

Setelah mengambil napas dalam-dalam, Kamu kembali meneriakkan nama kedua sahabat dengan lantang dan penuh penghayatan, berharap mereka yang masih nyaman dalam pelukan kasur dan selimut super tebal mau membuka mata.

Hajime meniup kaca jendela kamarnya pelan, menggosoknya dengan lengan baju. Mengamatimu yang sedang menunjukkan deretan gigi putih padanya.

Lalu pintu rumah keluarga Oikawa menjeblak begitu saja, menampakkan sesosok bocah berhelai mahoni yang malah sibuk memainkan pintu, “Iwa-chan mana?” Tooru mulai melangkah mendekat saat Kamu menunjuk kamar Hajime dengan dagu.

Dengan wajah bosan, Hajime memberikan isyarat agar Kamu dan Tooru menunggu, dan benar saja, tidak sampai lima menit kemudian dia sudah keluar dari rumah.

Kamu lumayan bosan setelah menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk membentuk manusia salju. Akhirnya Kamu mulai membentuk gumpalan-gumpalan kecil kemudian melemparnya ke arah Tooru dan Hajime, tentu saja, dengan senang hati mereka membalas.

Permainan itu hanya bertahan sampai kalian kelelahan, kemudian memilih berbaring di atas lapisan salju yang menutupi tanah, tidak peduli akan sebasah apa baju kalian nantinya.

Dan selalu, Hajime akan jadi orang pertama yang bangkit, lalu dengan susah payah menyeret kalian untuk kembali ke rumah masing-masing.

Jika suhu udara terlampau dingin, kalian hanya menghabiskan waktu bersama dengan berebut remot televisi dan sibuk gonta-ganti channel, ditemani segelas cokelat hangat buatan nyonya Oikawa.

Keributan akan jauh berkurang saat Kamu mulai memejamkan mata dan menyadarkan kepala di lengan sofa. Tooru mengalah, membiarkan Hajime menyetel acara kesukaannya.

Melihat kebersamaan kalian, tidak ada yang menyangkal jika kalian diiibaratkan sebagai tiga bersaudara dengan beda sifat. Hajime sebagai anak paling tua yang akan selalu mengawasi adik-adiknya, Tooru anak kedua yang penyayang dan sedikit manja, dan Kamu sebagai anak paling muda, yang akan selalu dijaga oleh Tooru dan Hajime.

Meski kebersamaan kalian terkadang diselingi berdebatan kecil, tidak ada yang menyangkal jika kalian semua bahagia.

Sayangnya hal itu hanya terjadi di masa lalu, dan Tooru berharap dia bisa memutar waktu.

Capek tidur tapi gabut:'/

Our PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang