2.Jodoh Buat Papah

3 0 0
                                    

Saat sedang puasa ini,biasanya kebanyakan orang-orang menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Salah satunya seonggok manusia yang sedang nyamannya tertidur disofa ruang tengah.

"Bunda, Johan kok dibiarin aja tidur disana sih?" tanya Yuji. "Hah? Oh... Kasian Yuji,dia kayaknya ada masalah" jawab Bunda Syifa.

"Kenapa?" tanya Yuji."Coba kamu yang tanyain,tadi Bunda tanya dia cuman jawab gapapa" jawab Bunda. "Bunda kepasar dulu ya,jangan diisengin Johannya,jangan direcokin juga,kasian dia masih tidur" pesan bunda lalu keluar rumah.

Yuji berjalan menuju kearah sofa,yepatnya kearah televisi. Setelah menghidupkan televisi,Yuji berbalik dan mencari tempat pas untuk dia menikmati acara kartun yang ingin ditontonnya.

"Ya Allah,ini anak tidur ga kenal tempat,ngeselin banget!" gumam Yuji kesal. "Jo! Geser kesana aku mau duduk!".

Mengajak bicara orang tidur,emang ga akan ada faedahnya. Baru saja Yuji mengambil sapu untuk membangunkannya,bukan memukul loh ya. Ya ga mungkin aja kan dia bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Johan udah buka matanya terus natap Yuji.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

"Ji kamu mau aniaya aku ya?" tanya Johan memeluk bantal yang dipakainya tadi untuk alas kepalanya. "Ya nggak lah,gila kamu!" jawab Yuji meletakkan sapu pada tempatnya. "Terus tadi kenapa pegang-pegang sapu?" tanya Johan sambil menunjuk sapu dengan mulutnya.

"Kirain tadi ada seonggok kotoran gitu,mau aku sapu... Eh ternyata manusia" jawab Yuji kesal."Aku maksudnya? Tega kamu sama pangeran " ujar Johan dengan nada yang dibuat-buat seolah dia lagi teraniaya.

"Kebanyakan nonton Sinetron ya kamu jadi alay-alay gitu" ledek Yuji."Mending,daripada kartun,cuman gambar gerak-gerak gajelas" balas Johan.

"Ih ngeselin kamu! Sana pulang!" usir Yuji makin kesal.
"Ga mau! Aku mau disini! Aku mau Buka disini,terus nanti balik tarawih aku juga mau nginap sini, sahur juga disini".

"Ituh papah kamu kan udah pulang! Jadi ga sendiri!" tak kalah sengit Yuji masih tetap mendebat Johan yang hobi numpang dirumahnya. "Ogah!" jawab Johan memalingkan wajahnya.

"Papah kamu itu! Mau jadi anak durhaka?".
" Kenapa cuman adanya anak durhaka sih? Kenapa papah ga bisa disebut papah durhaka? Makin kesel mah gue!! Apa-apa serba gue yang salah" celoteh Johan dengan wajah kesal.

"Hush,Johan kok ngomong gitu?" Bunda yang ternyata menguping masuk kembali kedalam rumah.
"Bunda ga jadi kepasar?" tanya Yuji. Bunda Syifa hanya tersenyum. "Johan, coba cerita sama bunda,ada masalah apa?" perempuan berkhimar lebar itu tersenyum hangat.

"Huffth....." Johan menghembuskan nafasnya kasar. "Papah.... Papah mau nikah katanya" jawab Johan dengan wajah tertekuk.

"Alhamdulillah... Berarti nanti punya Mamah dong..." dengan lembutnya Bunda menguatkan Johan agar bersemangat.
"Tapi Johan ga suka calonnya Bunda,masa papah mau nikah sama jalang!".

" Hush! Ga boleh gitu! Kamu emang pernah ketemu? Pernah liat? Udah kenal akrab hemm? Ga boleh Suudzon loh sayang...". Yuji tercengang mendengar ucapan Bunda,Bundanya emang yang paling terbaik sedunia.

"Johan udah ketemu tadi, tadi pagi dateng sama papah. Gandengan,terus pakaiannya minim-minim gitu... Johan ga suka! Wajahnya juga kayak Badut" jelas Johan.

"Masa sih? Serius papah kamu mau nikah sama orang kaya gitu? Almarhumah Mamah kamu dulu kan..." sahut Yuji. "Kalau calonnya kayak Bunda mah Johan mau-mau aja" ucap Johan.

"Ga boleh Bunda aku! Nanti Abi aku marah loh ya!" bentak Yuji. "Yuji sayang..." tegur bunda."Ga boleh gitu ngomongnya,wanita itu harus lemah lembut" sambung Bunda.

TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang