Chapter 2

2.3K 326 21
                                    

Masih pagi, tapi Sherin sudah uring-uringan lantaran semalam dia melihat Victor mengunggah foto selfie bersama gadis lain yang tidak Sherin kenal. Sherin langsung menelepon Victor dan menyuruh menghapus foto itu, tapi Victor malah menolak. Dia bilang, "Kok malah suruh hapus, sih, Rin? Akunya ganteng di situ, sayang kalau dihapus."

"Kak, aku itu cemburu, loh. Kok masih gak peka juga, sih?" balas Sherin ketus, masih lewat sambungan telepon.

"Masa begini aja cemburu? Lagian aku sama Kana cuma temen. Kalau aku selingkuh atau suka sama dia, baru, deh kamu boleh cemburu."

"Gak tahu, ah! Capek." kemudian Sherin langsung memutus panggilannya. Victor selalu saja menganggap santai semua hal.

"Udah, sih putusin aja, Rin. Gereget gue sama lo. Masih aja tahan pacaran sama makhluk gak peka kayak Victor." Joy masih belum menyerah untuk menghasut Sherin agar putus dengan Victor tanpa peduli kalau gadis chubby itu sudah melayangkan tatapan membunuh padanya.

"Ngomong, sih gampang, aksinya susah! Lo sendiri, kalau gue suruh mutusin kak Angga, emang mau?"

"Ya, enggaklah!" jawab Joy cepat, "Kak Angga, mah beda. Dia baik, pengertian, romantis, suka bayarin gue makan, dan yang paling penting, dia P.E.K.A."

"Kalau lo ngomong kayak gitu cuma buat bikin gue iri, selamat, lo berhasil!" Sherin menggebrak meja, lalu berdiri dan melenggang keluar kelas.

"Astaga, si Nyai marah-marah mulu sih," keluh Joy sembari menatap pintu kelas yang baru saja dilewati Sherin.

Keluar dari kelas, Sherin memutuskan untuk duduk gazebo depan kelas, tapi niatnya langsung diurungkan saat matanya tak sengaja menangkap Victor bersama Sarah, siswi kelas tiga yang punya tubuh tinggi langsing bak model tanpa perlu banyak usaha seperti Sherin, serta rambut lurus hitam ala iklan pantene, yang sedang tertawa lepas di gazebo lainnya.

Sherin otomatis mengarahkan tungkainya untuk mendekat pada dua manusia yang asik menonton video di ponsel Victor. Gadis itu lantas berdeham, membuat perhatian Victor dan Sarah beralih padanya. "Asik banget, ya pagi-pagi udah ketawa-ketiwi berduaan," sindir Sherin.

Sherin mencebik, pura-pura kecewa. "Kayaknya gue baru aja ganggu kalian, ya?"

Sarah menghela napas dan melengos, sedangkan Victor malah memasang senyum begitu melihat pacarnya berdiri di tangga gazebo. "Enggak kok, Rin. Sini kalau mau gabung! Ini lagi nonton video kelompok aku sama Sarah. Lucu banget, sumpah!"

Ketidakpekaan Victor membuat Sherin menghentakkan kaki, Sarah menyenggol lengan Victor dan Victor kebingungan karena tidak mengerti kode dari Sarah.

"Lo tuh kapan, sih pekanya? Perasaan setiap hari bikin gue kesel mulu!" teriak Sherin, lalu pergi, mencari tempat baru untuk meluapkan kekesalan. Padahal dia tidak sedang PMS, tapi sejak berpacaran dengan Victor tiga bulan lalu, hari-hari Sherin malah lebih sering diisi dengan suasana hati yang buruk alih-alih perasaan berbunga-bunga.

Melihat Victor yang masih bergeming tanpa inisiatif mengejar, Sarah langsung memukul bahu lelaki itu. "Gak dikejar? Marah tuh, dia!"

"Sherin emang sering gitu. Biarin aja, nanti baik lagi, kok."

"Wah, gila lo santai amat, sih. Kalau abang lo kayak gitu, udah lama gue putusin," komentar Sarah. Gadis itu menggeleng prihatin menatap sahabat sejak kecilnya yang terlalu santai menyikapi sikap cemburu Sherin.

"Capek gue," keluh Victor, "dia bukan sekali-dua kali cemburu gak jelas. Pergaulan gue juga jadi terbatas banget sejak jadian sama dia. Bahkan sama lo aja dia langsung curiga dan marah-marah. Satu-satunya sikap yang tepat itu, ya gue pura-pura gak tahu aja kalau dia lagi cemburu."

Sarah yang gemas segera menoyor kepala Victor. "Lo jangan nangis kalau nanti Sherin mutusin lo."

"Enggaklah," jawab Victor santai, "soalnya, gue duluan yang mau mutusin dia." Victor tertawa puas, sedangkan Sarah melotot kesal.

"Victor sialan!" umpat Sarah.

***

Keputusan Sherin sudah bulat sekarang. Dia tidak bisa lagi mempertahankan hubungannya dengan Victor setelah lelaki itu dengan sengaja menerima bunga dan coklat pemberian adik kelas meski Sherin sudah melarangnya.

"Bener kata Joy, semua ucapan sayang yang pernah keluar dari mulut lo itu cuma omong kosong. Lo gak pernah coba ngertiin gue dan selalu aja ulangin kesalahan yang sama," celoteh Sherin di depan banyak orang.

Mereka berdua mendadak jadi pusat perhatian di tengah lapangan basket sepulang sekolah saat Sherin tiba-tiba menghampiri Victor dan adik kelas yang sedang memberikan coklat serta bunga untuk lelaki itu.

Sherin sudah bilang untuk tidak menerima hadiah dari gadis mana pun jika Victor benar-benar hanya menyukai Sherin, tapi Victor merasa tidak setuju dengan ucapan sang kekasih. Menurutnya, sayang sekali kalau ada rezeki tapi ditolak. Sesaat setelah coklat dan bunga beralih ke tangan Victor, Sherin langsung merebutnya, mengempaskan dua benda itu ke lantai hingga berakhir remuk karena diinjak Sherin berkali-kali.

"Lo tahu Victor udah punya pacar, masih aja berani godain dia?" teriak Sherin beberapa saat yang lalu, sontak membuat si adik kelas ketakutan, minta maaf lalu lari terbirit-birit dari lapangan. Sherin sangat menyeramkan kalau sudah mengamuk.

Kini yang tersisa di tengah lapangan hanya Sherin dan Victor.

Kembali pada detik setelah Sherin mengeluarkan curahan hatinya pada sang kekasih, Victor juga angkat bicara dengan nada santai, berbanding terbalik dengan Sherinyang tersulut emosi. "Lo juga gak pernah ngertiin gue. Kayaknya kita emang gak cocok, deh."

"Iya, emang. Sama sekali gak cocok," teriak Sherin, "gue juga udah capek dan sekarang jadi nyesel karena pernah suka sama lo!"

Victor segera menyahuti. "Ya, udah, kalau gitu kita—"

"Kita putus!" Sherin mendahului, membuat Victor melotot tak percaya. Harusnya dialah yang mengatakan itu lebih dulu. Sekarang, kenapa malah jadi Sherin yang memutuskan?

Sherin tersenyum sinis melihat respon Victor. Dia berpikir kalau Victor kaget, tidak menyangka Sherin akan berani memutuskannya dan sekarang Victor pasti menyesal.

"Harusnya gue yang ngomong gitu," gumam Victor tiba-tiba, membuat Sherin mengerjap dan tidak habis pikir, "lo kira lo doang yang mau putus? Gue juga dan sebenernya gue yang lebih dulu mau putus karena gak tahan pacaran sama cewek cerewet dan posesif kayak lo!"

"Oh, ya, udah, sih, yang penting sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Bersyukur gue akhirnya putus dari cowok genit dan gak peka kayak lo!" Sherin lantas berbalik dan melangkahkan kaki menjauhi Victor, tapi suara lelaki itu membuat langkahnya kembali terhenti.

"Lo sendiri queen of drama, posesif, nyebelin, cerewet, sok cantik—ak!" Victor meringis saat sebuah sepatu melayang dan menghantam kepalanya. Arah datangnya jelas dari depan dan pelakunya tentu saja Sherin yang semakin tersulut emosi karena perkataan Victor.

"Lo!" Victor melotot, menunjuk Sherin yang menjulurkan lidah padanya.

"Silakan nikmati hadiah sempurna buat lo si cowok genit yang sok kegantengan!" teriak Sherin sembari kabur menembus kerumunan lantaran takut kalau Victor mungkin saja akan membalasnya.

Tak lama kemudian Joy datang mendekati Victor, gadis itu mendecak dan menggeleng prihatin pada si kakak kelas. Kemudian berjongkok dan mengambil sepatu kiri Yerin yang tadi berhasil mencium kepala Victor.

"Selamat menjomlo, ya, Kak," ucap Joy sambil lalu meninggalkan Victor.

***

Dipublikasi  20 Mei 2019

Revisi 5 Januari 2021


Escape With My XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang