Chapter 4

2.1K 320 27
                                    

Tiga bulan sudah berlalu dan usaha Victor untuk mendapatkan pacar baru belum juga berhasil. Mungkin ini yang dinamakan dengan "kutukan Sherin" karena gadis itu pernah menyumpahi Victor agar lelaki itu menjadi jomlo selamanya atau setidaknya sampai lelaki itu lulus SMA.

"Lebay banget, sih. Lagian baru tiga bulan ngejomlo udah ngeluh gitu. Rian aja yang jomlo dari lahir gak masalah. Ya, gak?" Sarah melirik pada Rian yang sedari tadi memilih diam tatkala Victor mulai mengeluhkan segala hal alih-alih mengerjakan tugas kelompok yang akan dikumpul hari ini juga.

"Kenapa jadi bawa-bawa gue, sih?" Rian menatap kesal pada Sarah dan Victor yang tertawa mengejeknya.

"Lagian, masa lo udah segede gini gak pernah pacaran," sungut Sarah.

"Jangan-jangan lo homo—"

"Iya, gue homo, Homo Sapiens. Kalian berdua juga Homo Sapiens asal kalian tahu!" jawaban Rian berhasil membuat Victor diam karena tidak mengerti sedangkan Sarah melanjutkan tawa lantaran melihat ekspresi bodoh Victor.

***

"Sherin? Cantik banget habis potong poni. Kayak siswa baru aja, fresh gitu!"

Mendengar pujian itu, Victor otomatis melirik gadis yang barusan disebut namanya. Benar saja, Sherin yang baru saja memasuki ruang latihan paduan suara atau padus itu memang terlihat lebih cantik dan segar efek dari poni barunya. Sebelumnya poni gadis itu sudah panjang dan hanya dibagi dua, jadi poni belah tengah. Namun, sekarang poni gadis itu menjadi lebih pendek dan tipis ala-ala gaya gadis Korea.

"Wah, kalau gini, sih mantan auto gagal move on," teriak Joy keras-keras. Victor sangat menyayangkan gadis bermulut ember itu ada di ruangan ini juga. Lelaki itu jadi menyesal sudah mengiyakan permintaan salah satu pengurus ekskul paduan suara untuk melatih tim yang akan ikut lomba ke sekolah lain. Dia lupa kalau Sherin dan Joy juga anggota paduan suara sekolah.

"Kak, udah lengkap anggotanya. Udah bisa mulai latihan sekarang," ujar salah seorang adik kelasnya.

Boleh pulang aja, gak? Gue mau undurin diri jadi pelatih, gak kuat liat mantan.

Maunya, sih Victor menjawab seperti itu, tapi dia masih punya harga diri. Jadi, yang Victor lakukan adalah mengangguk dan memasang ekspresi sok cool di depan adik-adik kelasnya. "Oke, kita mulai latihannya. Pemanasan dulu aja, ya."

Victor mencukupkan kegiatan paduan suara hari ini setelah dua jam berlatih. Selama itu, dia selalu menghindar untuk menatap barisan belakang, tempat di mana Sherin berada. Victor terus berpikir kalau dia tidak boleh melihat Sherin karena wajah gadis itu begitu menyebalkan, tapi nyatanya, dia hanya takut kembali menyukai mantan pacarnya.

Ketika hampir melewati gerbang sekolah, Victor otomatis menghentikan laju motor tatkala melihat Sherin tengah mengobrol bersama seorang pengendara motor yang Victor tak kenal.

Lelaki itu kemudian turun dari motornya dan segera menghampiri Sherin. Satu ide terlintas di pikiran Victor untuk membalas perbuatan Sherin tempo hari yang terus menggagalkan rencana PDKT-nya dengan gadis lain.

Sherin baru saja akan menerima helm yang diberikan pengendara motor metik itu saat Victor tiba-tiba menarik si gadis berponi baru dan menyembunyikannya di balik punggung. "Sori, Sherin balik bareng gue."

Pengendara motor dan Sherin kompak mengatakan ber-hah-ria begitu mendengar ucapan Victor yang angkuh.

"Loh, ini gimana jadinya?" protes orang itu sembari menatap kesal pada Sherin dan Victor. Merasa tak bersalah, Victor tersenyum miring dan melanjutkan perkataannya. "Asal lo tahu, dia ini pacar gue. Jadi, gak usah deketin dia lagi!"

Detik berikutnya Victor menarik Sherin menjauh dari lawan bicaranya barusan.

"Lo apa-apaan sih Kak?" bentak Sherin yang berusaha memberontak, tapi usahanya percuma. Genggaman Victor terlalu kuat dan dia mau tak mau mengikuti langah lelaki itu kalau tak ingin jatuh dan terseret.

"Balas dendam."

"Lo gila, ya?" teriak Sherin lagi. Tanpa menghentikan langkahnya, Sherin menoleh pada pengendara motor yang masih melongo menatap kepergian Sherin. "Mas, jalan aja, tetep saya bayar pake Go-pay, kok!"

"Oh, oke!" teriak lelaki si pengendara motor sebelum ia melaju kencang dan menghilang di belokan.

Mendengar teriakan Sherin, Victor langsung menghentikan langkah dan berbalik menatap anak Pak Adam dengan kening mengerut. "Go-pay?" tanya lelaki itu kebingungan.

"Iya, dan lo baru aja bikin gue rugi karena bayar ojek tanpa terima jasanya. Lo bego apa gimana sih, Kak? Balas dendam aja gak becus!"

"Apa?" Victor shock dan tak percaya, "jadi cowok tadi itu tukang ojek?"

"Ya, iyalah. Lo pikir siapa?" sewot Yerin, "berhubung tadi lo bilang gue baliknya sama lo, mau gak mau lo harus anter gue balik!"

"Shit!" Victor malu setengah mati. Mungkin tukang ojek itu tengah menertawakannya sekarang atau mungkin saja dalam hati Sherinlah yang sedang tertawa keras sambil mengatainya bodoh.

"Jangan bengong, cepet anter gue balik!"

"Ogah! Balik sendiri," Victor mengempaskan tangan Sherin yang tadi digenggamnya, kemudian berjalan santai menuju motor ninja kesayangannya.

Akibat penolakan itu, Victor sebuah tepukan pada helm yang dikenakannya dan langsung membuat laki-laki itu pusing, serta nyaris hilang keseimbangan.

"Tanggung jawab, Kak!" teriak si tersangka pemukulan helm. Siapa lagi kalau bukan Sherin.

"Lo pesen ojek lagi sana, gue ogah motor suci gue didudukin sama nenek sihir kayak lo."

"Yang bikin gue gak bisa balik siapa? Lo! Makanya, tanggung jawab Victor Narendra!"

"Ogah, rumah lo jauh."

Sherin memanyunkan bibir dan menatap tajam Victor yang tak acuh padanya. Menerima tatapan tajam dari Sherin membuat Victor bergidik, dia takut jika nanti Sherin akan menyumpahinya lagi dan jadi kenyataan.

"Gue sumpahin lo—"

"Heh, diam!" Victor langsung meletakkan telunjuknya di bibir Sherin. Benar, kan apa yang ia khawatirkan. Nyaris saja jantung Victor copot. Untung dia masih sempat menghentikan ucapan gadis itu. "Oke, gue anter lo balik, tapi gak persis di depan rumah lo. Gue gak mau nanti ketemu nyokap lo terus disuruh mampir."

"Dih, GR banget, sih. Udah cepet bawa motornya ke sini. Awas kalau gue ditinggal, gue sumpahin nanti kecelakaan."

"Woi, omongan lo dijaga dikit kenapa, sih. Entar kecelakaan beneran gimana!"

"Iya makanya, jangan tinggalin gue."

"Lah, kan lo yang mutusin gue duluan? Lo, dong yang ninggalin gue."

"Lo mau gue lempar pake sepatu apa gimana, Kak?"

"Lempar pake hati lo aja," Victor mengerling sebelum berbalik dan berlari menuju motornya. Sherin melotot karena shock. "Jijik tahu gak!"

***

Dipublikasi 26 Mei 2019

Revisi 5 Januari 2021

Escape With My XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang