02. Kotak hitam itu

25 2 3
                                    

"Ma, Arcee pulang!" teriakku ketika memasuki rumah. Tak ada jawaban dari mama. Tak lama kemudian,

"Hey, Nak mama disini!" teriak mama dari arah dapur. Akupun segera menghampirinya.

"Mama masak apa?" tanyaku yang melihat mama sibuk mengupas bawang.

"Makanan kesukaanmu, ganti bajumu dulu Arceena," perintah mama. Aku mengangguk dan segera pergi ke kamarku.

Aku memasuki kamarku dan menghempaskan tubuhku di atas kasur kesayanganku. Sungguh lelah sekali, memikirkan mimpiku yang sangat rumit dan di luar nalar, ditambah lagi pelajaran olahraga sebagai penutup pembelajaran yang melelahkan.

Aku memiringkan tubuhku ke kanan dan melihat kotak hitam misterius di atas meja belajarku. Ya, setelah aku menemukannya di taman kota, aku memang sengaja membawanya ke rumah. Ah kotak itu, batinku. Aku bangun dan mengambil kotak hitam itu. Aku ingat kotak itu mengeluarkan cahaya putih yang tipis setelah aku membaca tulisan yang ada di pita kotak itu. Mengejutkan lagi, kotak ini berbicara dan bahkan memanggil namaku.

"Hey, Kotak, apa maumu?" tanyaku kepada kotak hitam itu. Terlihat bodoh memang, mengajak berbicara sebuah benda yang jelas-jelas adalah benda mati. Kotak ini adalah benda mati, tapi ia pernah berbicara! Mungkin saja benda mati bisa hidup seperti di film "Beauty and The Beast".

Setelah menunggu lama, kotak hitam itu tidak menunjukkan reaksi apapun. Aku berpikir lagi, mungkin kotak ini memang sudah dirancang mengeluarkan suara seperti benda-benda di dunia, mungkin seperti mainan. Aku pun mengocok kotak itu.

Klotak Klotak

Setelah mendengar bunyi itu, aku mencoba untuk membuka kotak hitam itu. Aku melepas pita yang melekat pada kotak itu dan menemukan sebuh tulisan berwarna putih di atas kotak itu "Open Please" . Aku tersenyum, akhirnya aku menemukan petunjuk untuk membuka kotak ini dan senyumanku kembali pudar setelah aku mendapati kotak ini tidak mempunyai celah sedikitpun agar bisa dibuka. Aku memutarkan kotak itu, kuamati setiap sisinya dengan rinci, dan hasilnya tetap nihil.

"Aneh sekali," gumamku.

Aku mencoba menggunakan benda tajam untuk membukanya. Ajaibnya, kotak itu tidak bisa ditembus dengan benda tajam. Setiap kali aku mulai menekan benda tajam untuk membuka kotak itu, selalu muncul selarik cahaya putih seperti sebuah penolakan dari kotak itu.

Aku geram, aku pun mengambil benda tajam yang tergeletak di lantai dan mengangkat tanganku tinggi-tinggi. Setelah itu, dengan gerakan cepat aku menusuk kotak itu.

Jleb

Aku berpikir aku sudah berhasil. Belum sempat senyum ini mengembang, aku kembali melihat selarik cahaya putih yang semakin lama semakin terang. Aku berusaha melepas genggaman tangan kananku dari pisau yang sedari kugenggam. Tapi sia-sia saja, tangan kananku tak bisa digerakkan sama sekali. Aku menarik tangan kananku dengan tangan kiriku.

"Aaarggh, ayolah ku.. mo.. hon," ucapku dengan peluh yang sudah membasahi dahiku.

"Ayolaah, Aaakk," Aku menyipitkan mataku, cahaya yang keluar dari kotak hitam itu semakin terang, terang, dan terang.

Aku menyerah dengan usahaku menarik tangan kananku dan lebih memilih melindungi mataku dari sinar yang begitu terang. Angin berhembus di dalam kamarku, membuat benda dan kertas-kertas berterbangan tanpa arah berkeliling di dalam kemarku . Semakin kencang dan PYASH BLAAR. Kotak itu mengeluarkan dentuman angin yang lumayan kencang dan berhasil memporak-porandakan isi kamarku.

Aku terkejut, napasku tersengal. Aku berusaha menggerakkan tangan kananku dan aku menghembuskan nafas lega karena tangan kananku bisa kugerakkan. Aku memegang rambutku yang berantakan. Aku termangu, menatap lurus ke depan. Aku masih sangat terkejut dengan kejadian tadi, menatap ke sekeliling kamar yang sudah nampak seperti kapal pecah.

FINDING A ROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang