PART01.

51 1 0
                                    

Lorenzo Entertaint Nama yang cukup terkenal dikalangan pembisnis dibidangnya, bukan bisnis property seperti kebanyakan, tetapi bisnis di bidang entertainment seperti modeling, music dll. Dengan perusahaan yang berdiri kokoh dan juga besar itu, banyak orang yang memiliki talenta berbondong bondong mengujinya disana. Bukan tanpa alasan karena setiap tahunnya perusahaan itu memberi kesempatan bagi yang ingin sukses di bidang entertainment.

Alanzo Pradipta Lorens Nama lengkap yang dimiliki lelaki es itu, berumur 25 tahun memiliki wajah yang tampan dan rahang yang tegas mempunyai kekayaan yang berlimpah, siapa yang tak ingin bersamanya? Hanya wanita bodoh yang menolak pesonanya. Siapapun wanita akan bertekuk lutut dihadapannya.

Tatapan tajam nan dingin itu sudah menunjukkan bahwa dia tak bisa tersentuh, kecuali wanita yang bisa meruntuhkan dinding es didalam hatinya.

Diandra Arleto. memiliki wajah yang cantik, pesonanya begitu memikat. Bersifat baik dan juga penyayang, memiliki keluarga yang utuh itulah keinginannya setelah kecelakaan itu yang menewaskan keluarganya. Kehidupan yang dulu mewah terenggut paksa oleh kenyataan yang menghempas kehidupannya ke sesuatu yang baru ia mulai.

*****

Malam yang penuh duka ini sangat komplit dengan rintikan hujan yang ingin berjumpa dengan tanah.

Seseorang dengan baju berwarna hitam itu terduduk tergugu dengan air mata yang membasahi pipinya.

Ketika sebuah kematian telah merenggut orang terdekat kita dan yang paling kita sayangi, apa kita mampu mencegahnya? Tentu tidak, bukan?

"Sudalah Non, kita pulang. Sebentar lagi hujan akan semakin deras. Lagipula nanti Non sakit." Suara lembut penuh kasih itu menyadarkannya, ia menatap penuh duka kepada asisten rumah tangganya itu.

"Bi Inah," sesaat dia berdiri dan memeluk sesosok wanita paruh baya yang sejak kecil mengasuh dirinya .

"Sudah-sudah, bibik mengerti perasaan non Diandra. Lebih baik kita pulang dan segera beristirahat." Sambil mengusap punggungnya dengan sayang.

Yang di ajak pulang pun hanya mengangguk pasrah. Sebelum ia masuk kedalam mobil, ia melihat sebentar kearah pemakaman itu, tempat terakhir peristirahatan ayah dan juga ibunya. Rasa sesak yang amat sangat ia rasakan, ia hanya berharap jika kedua orang tuanya tenang di alam sana. Diapun segera masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat pemakaman tersebut.

Gerbang besar menjulang dihadapannya semakin membuat hatinya sesak. Kenangan masalalu bersama keluarganya merengsek masuk kedalam memori ingatannya.

"Non."

Suara itu membuyarkan lamunannya. Dia menoleh melihat sang bibik disampingnya.

"Ada apa bik?"

"Mereka menghalangi kita masuk non."

Diandra melihat kearah depan, benar saja ada beberapa pemuda yang berada di depan gerbang rumah. terlihat dari penampilannya mereka seperti bodyguard yang diutus seseorang, tapi untuk apa?

"Biar aku lihat sebentar." Diandra turun dari dalam mobil.

"Permisi," ucapnya sopan kepada empat pemuda dihadapannya. Yang disambut dengan tatapan tajam mereka.

"Apa kau Nona Diandra?" Pertanyaan mereka seperti pernyataan, yang membuat bulu kuduk Diandra sedikit meremang.

"Ya, saya sendiri." Ucapnya yang sedikit memelan.

"Maaf Nona, dengan terpaksa rumah anda kami sita. Dikarenakan ayahmu berhutang banyak pada Tuan kami dan jaminannya adalah rumah ini beserta isinya."

LOVE AND HURT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang