Aku terbangun dan menyadari bahwa mimpi yang barusan terjadi adalah lanjutan dari mimpi mimpiku sebelumnya.
.
.
.
.
Terkejut... Adalah satu satunya kata yang muncul saat mengingat versi Aunty Austin yang lebih muda ada di mimpi itu.Aku berjalan menuruni tangga, mengambil roti untuk sarapan dan menghabiskannya.
.
Aku bergegas mandi saat mengingat kalau aku akan berangkat ke Seoul, Korea 2 jam lagi.
Setelah selesai mandi
.
.
.
.
Paman Kim bilang dia akan menjemputku jadi aku menunggunya di dekat pagar, mobil sewaan Paman Kim datang aku memanggil Aunty pertanda kita akan segera berangkat.1 Jam sudah aku duduk di dalam mobil, sampai akhirnya aku turun dan membawa koperku, kami akan check in setengah jam lagi.
After check in
.
.
.
.
.
Aku duduk di dekat jendela dan langsung menyenderkan kepalaku di jendela.Aku melihat ke kananku dan menatap seorang laki laki tinggi sekitar 180 cm kira kira, ia terlihat sangat damai dengan earphone yang ada di telinganya.
Aku bosan dan berakhir membaca buku. Pesawat lepas landas, aku sudah terbiasa naik pesawat jadi aku sudah tau cara mengatasi rasa bosanku.
.
.
.
11 jam di dalam pesawat tersebut, 2 buku setebal 200 halaman telah ku baca habis sampai akhirnya sampai di bandara.Kakak dari Paman Kim menjemput kami dengan mobilnya.
.
.
.
.
.
Dan sampailah kami di gedung yang sangat besar, apartemen pikirku setelah melihat gedung gedung tinggi yang masih berada dalam satu tanah.
.
.
.
Kami masuk ke gedung B dan naik hingga lantai 18 nomor 183 kalau aku gak salah baca.Memasuki ruang itu yang sebenarnya cukup mewah untuk sebuah apartemen
Aku dibolehkan memilih kamar yang ada di apartemen itu, ada 3 kamar aku memilih ruang yang ukurannya sedang.
Ruangan dengan cat putih dan lantai kayu dengan lapisan karpet putih berbulu sebagai hiasannya, aku tinggal menghiasnya.
.
.
.
.
.
Tak lama perabot rumah kami tiba, aku meminta mereka menaruh kasurku di ujung kanan kamar dan mereka membawa peralatan rumah lainnya masuk.Kamarku dominan dengan warna putih, karpet putih kasur putih dengan hiasan berwarna emas, lemari sepatu putih, bahkan ruang ganti ku putih.
.
.
.
.
.
.
Aku selesai menghiasnya dan beranjak menuju balkon, aku hampir melamun sampai aku ingat kalau aku melamun pasti mimpinya ada lagi.Aku segera mencari kesibukan lain, sampai terpikir olehku. "Paman Kim di mana aku akan sekolah, dan aku kan gak bisa bahasa Korea," tanyaku panjang lebar.
"Tenang saja Kim Alice, aku menyewa guru bahasa Korea dari London dan memintanya agar mengajari mu bahasa Korea, aku harap kau gak keberatan home schooling selama setahun," jawabnya.
"Tentu, daripada tidak sekolah aku akan belajar bahasa Korea," jawabku mantap.
Mempelajari bahasa dan metode belajar di Korea adalah kegiatan rutinnya setiap hari, berbeda dengan tempat tinggalyang ia tempati sebelumnya Alice malah merasa tertarik dengan Korea.
Lantas apa penyebabnya? Ia juga tidak tau. Ia merasa ada sebuah perasaan aneh yang muncul seketika setelah ia sampai di Korea.
...
Nyaman...
Perasaan yang selalu Alice rasakan setiap hari selama Setahun ini.
.
.
.
.
.
.yup time skipped.
Dan sekarang Alice sudah berada di Hanlim Multi Art School, tempat ia akan menuntut ilmu selama 3 tahun ke depan.
Ia sekarang tinggal di apartemen itu sendirian karena Aunty Austin dan Paman Kim pindah lagi ke Canada, namun Alice meminta untuk menetap.
Jadi di sinilah Alice Kelas 1-2 menggunakan kemeja putih, dasi merah, rok hitam, rompi hitam, dan jas hitam yang merupakan seragam sekolahnya. Di dalam kelas Alice disambut hangat dengan sahabat sahabatnya. "Pagi Ice Queen, apa kabar?" Tanya seorang anak laki laki di kelasku. "Baik," jawabku tanpa meliriknya sedikitpun. Aku dijuluki Ice Queen oleh anak laki laki di kelas ku, karena sifatku yang terkenal dingin dan cuek.
Aku mendengar mereka berbisik 'berhentilah mengharapkannya, ia semakin dingin saja setiap kali kau menyapanya' bisik seorang laki laki yang bernama Minhyuk 'Ia milikku dan kalian akan mendukung segala usahaku untuk mendapatkannya' ucap sang ketua geng Jun, yang sepertinya tergila gila padaku.
Pelajaran dimulai seperti biasanya, Pak Min datang membawa tumpukkan kertas ujian Matematika kami, aku gugup mengingat aku asal menjawab beberapa pertanyaan karena gak menemukan jawabannya.
satu persatu nama dan nilai disebut oleh Pak Min, akhirnya tiba dimana ia menyebut namaku dan ternyata aku mendapat nilai 9,6 semua orang menatapku dan keadaan hening sejenak sampai Jun memecah keheningan "wah... calon pacarku sangat cerdas," ucapnya.
Seketika anak anak mulai menepuk tangannya dan beberapa diantara mereka berteriak bertanya apakah benar aku calon pacarnya Jun. Seperti biasa aku hanya tersenyum, Pak min menggelengkan kepalanya dan pelajaran berlanjut.
waktu makan siang akhirnya tiba, dan disambut dengan gembira oleh siswa siswi di kelasku, Jun berjalan kearahku seperti biasa kegiatan rutinnya setiap jam makan siang. "tidak," jawabku tegas seraya mengeluarkan bekalku disusul degan sahabat sahabatku.
Aku sudah tau ia akan mengajakku ke kantin lagi, tapi aku tak pernah menerima ajakannya. ia berjalan menjauh dan menyusul teman temannya yang sudah sedari tadi menunggu di depan kelas.
"Kau tau... kenapa kau tidak menerima ajakannya sekali saja" tanya Sooya yang menyukai banyak anak laki laki termasuk Jun, walaupun ia sudah mencintai seseorang bernama Minhyuk.
"Tidak," jawabku sambil melihatnya.
"Sooya, kenapa bukan kau saja yang mengajak Jun makan siang," tanya Airin dengan senyuman ledekannya itu.
Diikuti dengan wajah blushingnya Sooya. "Kamu tau aku gak bisa, aku sudah terlalu mencintai Minhyuk dan Jun akan menolakku mentah mentah," dengan wajah datar Sooya menjawab, mengingat Minhyuk pernah menolaknya, dan itu membuat Sooya tak berani mendekati teman teman Minhyuk.
Minhyuk
Nama : Choi Minhyuk
Lahir : 24 Desember 2002
Tinggi/berat badan : 179 cm/57 kg
Sifat : simplenya sih 'kalo suka ambil, kalau nggak buang'
Menyukai : Skateboard, gitar listrik, drum, ngerapp, susu mocca, kue friuty, instant noodles, hitam dan abu abu
Fun fact : jago nyembunyiin perasaan, kalo suka sama orang dia gak akan pernah ketauan"Ayolah... apa kau bahkan sudah pernah mencoba. Kau tau Jun tidak akan menolakmu sementah Alice menolaknya," sambar Ryuka yang disusul tawa kami semua.
"Jun..." panggilku yang mulai iba melihat Sooya yang hampir murung setiap hari. "Apa kau merubah pikiranmu cantik," jawabnya dengan wajah yang sangat berseri setelah melihatku. "We need to talk, in private if it's posible," tanyaku dengan aksen amerika ku yang sengaja kubuat memelas. "Tentu, apapun untuk dirimu," jawabnya dengan ceria.
To Be Continued
Makasih yg udh baca cerita ini
Please keep supporting me~Farsya
YOU ARE READING
A New Start
Romance"aku mencintaimu Kim Alice," air mata mengalir di wajahnya. . . . "apakah benar kau mencintaiku? Kalau iya HENTIKAN!!! Jangan pernah mencintai siapapun selain dirimu," *Mama Papa, cinta membunuh kalian. Tak akan kubiarkan membunuh yang lainnya*