1. Lorong Sekolah

592 63 0
                                    

Sorry for typo
--

"Cepat kalian lari keliling sekolah tiga putaran!"

Suara seorang guru yang biasa menghukum murid yang terlambat terdengar keras di lapangan. Hening menyapa lapangan besar yang terletak di tengah-tengah sekolah. Di bawah teriknya matahari yang menyengat, belasan siswa maupun siswi yang berbaris berbanjar rapi menghadap guru tadi. Mereka menunduk diam, takut kepada sang guru, walaupun dalam hati terdapat berpuluh-puluh sumpah serapah yang ingin dikatakan di depan muka guru tersebut.

Pemuda berpipi bulat dengan rambut jamur-salah satu dari sekian banyak siswa maupun siswi yang berbaris di lapangan- itu tampak memekik, "gila! Keliling sekolah tiga kali? Sekolah seluas ini? Satu kali saja sepertinya aku tidak sanggup!"

"Diam, jangan berisik! Bagaimana kalau Kim-ssaem tiba-tiba melihat ke arahmu?" Pemuda dengan rambut acak-acakan di sebelahnya menceletuk dengan nada ketus.

Suara sepatu pantofel terdengar sayup-sayup mendekati dua insan yang tadi berbicara. Mereka berdua menunduk takut, waspada apabila yang menuju ke arah mereka adalah Kim-ssaem yang terkenal galak dan mengerikan dalam menjatuhi hukuman kepada anak didiknya.

"Angkat kepala kalian, dan cepat lari keliling sekolah lima putaran!"

Haechan-pemuda berambut jamur- tersentak kaget ketika Kim-ssaem berteriak tepat di sebelahnya, depan telinga persis.

Kim-ssaem berjalan ke arah kanan, mendekati siswa di sebelah Haechan. Tangan kirinya ia taruh di belakang badan sedangkan tangan kanannya membetulkan posisi kacamata yang sedikit melorot.

"Kau ini mau sekolah atau mulung? Pakaianmu amat tidak pantas!"

Sang guru menggelengkan kepalanya, "kalian berdua, balik kanan!" ia berkacak pinggang, "CEPAT LARI!"

Dengan langkah yang tergesa-gesa, kaki panjang Haechan melangkah dengan cepat menuju lorong-lorong sekolah yang sudah sepi karena pelajaran sudah dimulai. Sepatu pantofel yang dipakai menggema di lorong yang bercat hijau dengan hiasan dinding berupa lukisan karya para siswa.

"Hei tunggu!"

Teriakan seseorang di belakangnya membuat langkahnya mulai melambat. Kini Haechan berlari kecil menyamai langkah pemuda yang bersamanya tadi.

Dengan terus berlari mendekati Haechan, pemuda itu mendecak, "ck. Ini gara-gara kau! Kalau saja kau tidak mengajakku bicara, pasti sekarang aku hanya disuruh keliling sekolah tiga kali!"

Haechan menoleh ke samping-dengan terus berkari- lalu kembali menatap depan. Ia menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah. Dengan kepala sedikit menunduk ia mencicit, "maaf."

"Maaf, gara-gara aku kau malah kena hukuman nya juga."

"Huh?!" Pemuda di sebelah Haechan mengerjap bingung. Ia kira pemuda berambut jamur ini akan balik memarahinya dan mengomel kepadanya. Ternyata tidak.

"Ehm. Oke, tidak apa-apa."

"Nama mu?" lanjutnya.

"Namaku Lee Donghyuck, biasa di panggil Haechan. Kau?" jawabnya sambil tersenyum. Mengabaikan suatu hal, bahwa sebelumnya mereka merupakan orang asing yang tak sengaja dipertemukan.

"Ah. Namaku Lee Minhyung, panggil saja Mark."

Pemuda berpipi gembil itu menyeka keringat yang ada di dahinya dengan tangan yang berwarna tan nya itu. Senyum manisnya terpampang di wajahnya, "salam kenal, Mark!"

"Apakah sekarang kita menjadi teman?"

Langkah kaki Mark semakin mengecil. Tubuhnya sekarang telah dibanjiri oleh peluh membuat seragamnya basah, seperti baru saja mandi.

"We are friends now!"

Manik kembar milik Haechan kini beralih ke lengan bagian atas Mark, "ternyata kau lebih tua dariku," Haechan berucap sambil menunjuk seragam Mark yang menunjukan nomor kelasnya.

"Oh, aku kira kita seumuran."

Pemuda di sebelah Mark terkekeh kecil. Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal karena terus berlari ia mengatakan, "begitu? Ada dua kemungkinan!" Tatapannya sekarang menuju arah Mark yang sedang menatap Haechan balik dengan raut tanda tanya. "Satu, wajahku boros! Atau istilah lainnya, wajahku terlihat lebih tua dari anak-anak seusiaku." Kini Haechan memamerkan dua jari nya yang sedikit berisi-membentuk tanda peace- kepada Mark. "Kedua, kau itu pendek. Sehingga aku terlihat lebih tua darimu!"

Lorong yang semulanya sepi kini diisi tawa pemuda berambut jamur tadi, ia melanjutkan tawanya ketika melihat wajah muram Mark.

"Sialan kau!"

"Hahaha," Haechan melompat ke depan, ia berlari kecil dengan arah mudur. Ia menatap Mark yang tertinggal beberapa meter darinya dengan tertawa mengejek. "Ayo! Tinggal empat putaran lagi!" Ia berseru sambil mengepalkan tinjunya ke udara.

"Hahahaha," sedangkan Mark yang berada di belakangnya hanya tertawa kecil.

"YANG SAMPAI DI DEPAN RUANG GURU TERLEBIH DAHULU DIA YANG MENANG!" Haechan berseru di lorong sekolah sambil berlari secepatnya menuju ruang guru yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"HEI KAU CURANG!" Mark berteriak tidak terima. Dengan langkah kaki yang lebar, ia berlari menyusul Haechan yang telah lari mendahuluinya.

"LEE HAECHAN! AWAS KAU!"


"Aku kembali teringat saat kita berbicara. Dengan saling berteriak di lorong sekolah. Aku tidak mengerti, semua terasa begitu menyenangkan. Kita bahkan melupakan bahwa itu merupakan sebuah hukuman."

:::

Goodbye Summer | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang