4. Goodbye

501 63 7
                                    

Sorry for typo
~--~

"Aku mencarimu."

Jawaban yang Mark berikan tadi menimbulkan rona merah di pipi gembil Haechan. Kepala yang semula ia tundukkan kini mendongkak menatap Mark yang sedang memandang lapangan. Haechan bingung sekarang, entah kenapa ia tidak berani memberikan kotak—yang berada di tangannya—kepada kakak kelasnya ini.

"Ma—"

Namun Mark malah memotong ucapan Haechan. Ia menunjuk tengah lapangan. "Kau ingat tidak? Di lapangan sekolah ini, adalah pertemuan pertama kita."

Haechan mengikuti arah tangan Mark, ia mengangguk sambil tersenyum.

"Ingat," ingat sekali.

"Perasaan ini sungguh bergitu berharga,
Karena kita selalu bersama – sama.
Seperti gelap langit malam, Selamat tinggal."

Kini giliran Haechan yang menunjuk. Ia menunjuk depan kelas sebelah aula. "Dan, kau pertama kali berteriak pada ku di sana."

"Kau masih ingat betul pertemuan pertama kita." Mark terkekeh, "pertemuan pertama yang sungguh mengesankan."

Haechan kini menatap kosong lapangan. Mengabaikan Mark yang kini bercerita entah apa.

"Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Manik kembarnya kini memandang Mark dengan tegas.

Mark balik mantap Haechan yang kini malah sedikit bersemu, "aku juga ingin mengatakan suatu hal."

"Ah, kau dul—"

"Kau duluan," potong Mark cepat.

Mata Haechan kini bergerak kesana-kemari, ia gugup. Kini pandangannya jatuh pada kotak yang dibawanya.

"Ini untukmu, hyung."

Dengan sigap, Mark menangkap kotak yang hampir jatuh karena Haechan memberikannya terlalu buru-buru. Mark menatap kotak berwarna biru dan kuning cerah sebelum kembali menatap Haechan. "Terima kasih."

Haechan kini meremat kuat jari-jari nya, matanya kembali bergerak gelisah. Mark diam memandangi sambil memasang raut bertanya.

"A-aku—"

"MARK!"

Mereka berdua menatap Lucas yang sedang tersenyum lebar ke arah mereka. "Ternyata kau disini!"

Mark mengerutkan keningnya, "ada apa?"

"Kau dicari Han-ssaem untuk foto bersama satu kelas."

Mark memandang Haechan, "tidak."

"Aku akan menunggumu disini. Jadi lekaslah berfoto, hyung."

"Apa yang harus kukatakan?
Tidak ada permainan tersisa.
Aku tidak tahu harus bermain apa.
Seharusnya aku mengungkapkan semua itu.
Memintamu untuk tetap tinggal."

Mark mengangguk, sedetik kemudian ia langsung menuju aula bersama Lucas. Mark sungguh tidak fokus sehingga sang wali kelasnya menegurnya karena ia tidak berpose. Berkali-kali juga ia memandang luar aula.

Kakinya dengan segera melangkah keluar ketika pemotretan sudah selesai. Ia memandang kursi yang baru saja mereka duduki, Haechan tidak ada disana. Matanya kini menyapu sekeliling, hingga ia menemukan Hendery yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hendery!"

"Hei, apakah kau sudah sel—"

"Kau lihat Haechan tidak?" dengan cepat ia memotong perkataan Hendery.

Pemuda asal China itu kini mengerutkan keningnya, "dia sudah pulang, dijemput oleh orang tuanya tadi. Mereka akan segera ke Jeju."

"Maksudmu?! Mereka ada kepentingan atau bagaimana?"

Hendery menggeleng, "dia akan pindah."

Setelah mendengar apa yang Hendery ucapkan, Mark segera berlari ke arah gerbang, meninggalkan Hendery yang kini bingung.

Mata Mark menatap nyalang jalanan yang ramai dipenuhi oleh siswa siswi dan kendaraan. Haechan sudah tidak ada disana.

"Semua itu hanya membuatku sedih,
Rentetan kalimat yang tidak bisa kuucapkan.
Dan cerita kitapun berakhir ketika semua belum dimulai."

Kemudian ia teringat, tangannya dengan cepat merogoh saku nya. Dengan terburu-buru ia membuka kotak kecil berwarna biru dan kuning itu.

Genggamannya pada kotak mengencang, matanya berembun. Kemudian ia melihat satu persatu foto polaroid yang berada di kotak.

Kini Mark tertawa kecil ketika melihat foto dirinya dan Haechan yang sedang berada di sebuah pantai, sedang berlari. Lalu tersenyum sedetik kemudian melihat ia sedang diangkat oleh Haechan, padahal ia tahu Haechan sempat kesulitan mengangkatnya. Namun, si gembul itu tetap bersikeras untuk mengangkatnya.

"Foto – foto yang tidak bisa menjelaskan status kita.
Hanya berupa tumpukan cerita memilukan.
Maafkan aku, di musim panas ini,
Sekarang, selamat tinggal."

Ia meletakkan kembali foto-foto tadi ke dalam kotak. Mark menutup matanya yang sedang membendung air mata. Ia menarik nafas pelan.

"Maafkan aku."

"Maafkan aku, ucapku pada diri sendiri.
Ah, lebih tepatnya aku mencintaimu.
Andai saja kita saling mengungkap rahasia antara kita.
Mungkin aku bisa memelukmu dalam pelukanku."

~•~

"Atas nama teman, aku sungguh benci situasi itu.
Cerita yang menghancurkan hati,
Maafkan aku,
Musim panas.
Sekarang saatnya ‘Selamat tinggal’."

~•~

End

Goodbye Summer | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang