Tara
"kita berangkat sekarang?" tanya Davi padaku.
Aku menganggukkan kepalaku. Dengan cepat Davi memasangkan helm fulface seperti yang ia pakai di kepalaku lantas menarik resleting jaket kulit bewarna hitam yang hanya ku tutup separuh.
" temani aku sampe semuanya berahir yah"
aku mengangguk lagi sambil tersenyum. Ini bukan kebiasaan Davi. Tak biasanya lelaki itu minta ditemani hingga Ahir. Biasanya bila malam terlalu larut atau aku sudah merasa lelah, selesai atau belum ia akan menyudahi hobbynya mengikuti balapan liar hanya untuk mengantarku kembali pulang.
Tapi malam ini dia meminta aku menemani dia sampai Ahir. Ini sedikit aneh!
Ahh.. sudahlah jangan berpikir macam macam Tara jika itu yang diinginkan kekasihmu cukup lakukan saja jika itu tidak merugikanmu. Ucap hatinya berbisik. Bukankah itu yang Davi lakukan juga untukmu?
Dengan cepat aku menaiki motor sport yang warnanya senada dengan jaketnya dan jaket yang Davi kenakan.
Setelah sudah berada diatas motor aku merasa tanganku ditarik ke depan lantas digerakkan untuk melingkari perut Davi.
Pipiku mendadak memanas. Kenapa Davi berbeda sekali malam ini. Lelaki ini jadi lebih manis. Setauku Davi adalah lelaki yang humoris, yang bisa membuat kesedihanku hilang dengan candaan receh yang ia keluarkan. Namun disisi lain Davi juga lelaki yang sangat menakutkan, dia adalah salah satu tetua dari geng motor yang ditakuti oleh geng motor lainnya.
"Jangan lepas pelukan ini!" perintah Davi yang membuat aku kembali merona sebelum kemudian memacu kuda besinya.
Angin malam yang semilir berubah bertiup kencang menerbangkan rambutku.
Masihku ingat jelas awal pertemuanku dengan Davi. Davi adalah lelaki yang cukup beken di sekolah, terkenal tampan, lincah, pintar, namun juga punya sisi gelap tersendiri. Disekolah aku dan Davi tak pernah bertegur sapa. Kami beda kelas dan beda kegiatan ekstrakulikuler jadi tidak ada satu alasan pun yang bisa membuat kami dekat bahkan menjadi teman sekalipun terlihat mustahil.
Namun malam itu semuanya berbeda. Ditengah guyuran hujan, Davi memarkirkan motor sport nya melepas jaket yang ia pakai lantas mendekatiku yang berdiri ditengah hujan. Dengan perlahan ia menutupkan jaket itu diatas kepalaku lantas menarik tubuhku ke tempat yang teduh.
Aku masih menangis tertahan dibawah hujan karena kepergian ayahku dari dunia.. Air mataku ikut luruh bercampur dengan air hujan. Dia tidak berkata apapun tapi kehadirannya mampu menenangkan hatiku yang sedang berkecamuk.
Dan setelah malam itu kami mulai dekat. Ia sering menyapaku disekolah, kadang juga saat jam olahraga kelasku, dia akan ikut membawa seragam olahraga dan ikut jam olahraga kelasku padal jam olahraganya ada di hari Sabtu.
Seiring berjalannya waktu ia semakin perhatian padaku. Ia merubahku dari gadis penakut menjadi gadis pemberani. Dan karenanya aku yang dulu amat takut digoncang dengan motor sport yang melaju dengan kecepatan tinggi menjadi suka menaiki motor itu apalagi dengan Davi yang memegang kendali, bau parfum laundry dan sabun dari tubuhnya menguar membuat aku merasa nyaman karena inilah bau daviku yang kucintai. Seperti saat ini.
Kembali ke masa kini aku dan Davi hampir tiba di lokasi balapan tinggal melewati hutan Pinus lalu terowongan di ujung jalan kami akan sampai.
Davi melirik wajahku dari kaca spion dan aku memergokinya melakukan itu. Dia tersenyum aku tau itu lewat sudut matanya yang menyipit.
"Aku cinta kamu Tara apapun yang terjadi nanti aku cinta kamu... Jadi jangan pernah lepaskan pelukan itu dariku" teriak Davi yang langsung membuat pipiku kembali memerah.
Aku menggangguk mantap dengan perasaan yang begitu bahagia.
Namun perasaan bahagiaku berubah menjadi kalut sesudah melewati terowongan gelap itu muncul cahaya yang sangat terang dari arah yang berlawanan dengan arah motor yang kami pacu. Rasanya mataku sangat sakit karena cahaya itu lantas bagaimana dengan Davi?
Sepersekian detik cahaya itu kembali padam lantas berganti dengan suara deritan karet ban yang beradu dengan aspal sebelum tubuhku terpental dan jatuh diatas aspal.
Helm yang aku pakai entah telah hilang kemana. Rambutku terurai diatas aspal hitam dengan bau anyir yang perlahan menyeruak.
Disisi kanan jalan kulihat beberapa orang dengan jaket berlambang buruk gagak hitam yang kutahu adalah rival abadi geng motor Davi. Apakah kejadian ini adalah sebuah konspirasi untuk menyingkirkan Davi? Aku tak tau. Tapi terkaan sementara ku begitu.
Aku memiringkan kepalaku. Disana tak jauh dari motor sport hitam yang sudah berasap kulihat Davi yang tergeletak sama sepertiku namun ia sudah tak bergerak sama sekali. Dibalik helm yang masih menutupi wajahnya kulihat matanya yang terpejam erat.
Semoga ia baik-baik saja. Tuhan kumohon selamatkan dia!
Selamatkan nyawanya.
Pusing. Pusing mulai aku rasakan disetiap sudut kepalaku.
Kualihkan pandanganku ke langit malam penuh bintang yang tampak bersinar.
"maafkan aku Davi maaf karena aku telah melepaskan pelukanku darimu" lantas kesadaranku pun mulai menghilang. Dan semuanya gelap.
.
.
.
.TBC.
###
Bukan cerita pertamaku, hanya saja cerita lainnya selalu berhenti ditengah jalan. Semoga aja cerita ini bisa sampe tamat yah...
Kalo suka dan penasaran silakan vote dan komentar yahh
Terimakasih...
010519
KAMU SEDANG MEMBACA
let me love you
Teen Fictionaku mencintaimu, kamu mencintaiku. aku pikir itu sudah cukup. namun ternyata cinta saja tak cukup untuk membuat kita bersama sampai Ahir. Karna takdir akan bekerja sesuai aturannya.