c

23 2 0
                                    

Davi

Aku membuka mataku. Kulihat bintang yang gemerlapan dilangit malam yang gelap.

Aku mencoba bangun dari posisiku yang terbaring diatas aspal. Sedikit pegal kurasa disekitar bahu dan dada kiriku. Sedikit tertatih aku mencoba membuka helm fulface yang masih kupakai.

Disana aku melihat Tara Sedang duduk memeluk lutut diatas aspal. Kepalanya mengarah ke langit sambil tersenyum. Sepertinya dia sedang melihat indahnya langit malam yang bertabur bintang malam ini.

Rambutnya bergerak pelan tertiup angin malam. “ra kamu baik-baik aja kan?”

Tara mengalihkan pandangannya ke arahku. Dia tersenyum lembut. Cantik. Batin hatiku berteriak.

"Gak ada yang luka kan?"

Dia mengangguk lantas menepuk pelan aspal disampingnya. Seakan terhipnotis aku berjalan mendekatinya lantas duduk diatas aspal yang tadi sempat ditepuknya.

“Dav bintangnya indah banget yah..”
Aku mengangguk, tanpa mengalihkan pandangan mataku dari wajahnya yang sedang menatap bintang.
“ eh dav, pernah denger gak legenda yang mungkin sampe sekarang masih banyak dipercaya orang.”

“Legenda apa? Yang mana?” tanyaku pada Tara.

“yang itu, katanya kalo orang yang udah meninggal mereka akan jadi bintang di langit. Kalo mereka baik mereka akan jadi bintang yang paling terang. Disana mereka melihat orang-orang yang mereka sayang dari langit.” Ia terdiam cukup lama sebelum melanjutkan “Kamu percaya sama legenda itu dav?” tanyanya sambil menatap wajahku lekat.

Aku balik menatapnya sebelum kemudian menggerakkan bahuku naik  turun.” Entahlah Ra, kalo kamu gimana?” tanyaku balik padanya.

“Aku  pingin banget legenda itu benar, aku ingin sekali percaya bahwa ayahku sekarang jadi bintang yang paling bersinar kayak bintang yang itu.” Satu tangan Tara terangkat menunjuk ke langit. Tepatnya menunjuk salah satu bintang yang Bersinar paling terang dari beberapa bintang yang bertaburan di langit.

“Aku juga ingin nanti bila aku lebih dulu pergi dari kamu aku akan jadi bintang yang paling bersinar dilangit. Aku akan melihat kamu dari atas sana dan kamu juga bisa melihat aku dari bawa sini.”

“Shhhuuuuu... Kamu apaan sih Ra, kita bakal bareng terus kok. Selama
yang kamu mau, aku gak bakal tinggalin kamu, lupain kamu atau apapun yang bakal nyakitin kamu kecuali itu permintaan kamu sendiri.” Tangan Davi mengelus lembut puncak kepala Tara lantas menarik bahu perempuan cantik  itu mendekat sehingga kepala  Tara dapat bersandar pada bahunya.

Aku sayang kamu ra, sesayang itu Sampe-sampe mungkin kalo kamu pergi ninggalin aku ke dunia lain aku bakal nekat nyusulin kamu.


***



“Apasih Vi yang lagi kamu mimpiin?  Kenapa dari tadi kamu tidur sambil senyum semanis ini?” bisik Tara pada Davi.

Ini adalah hari ke delapan Tara menjaga Davi dirumah sakit. Itu berarti adalah hari kesembilan lelaki itu tak sadar hingga Tara mulai terbiasa berbicara pada Davi meski tak pernah lelaki itu tanggapi.

“vi bangun donk aku kangen gombalan receh kamu.” ucap Tara sambil tersenyum tak sadar air matanya kembali jatuh.

Tapi dengan segera Tara mengusapnya dengan punggung tangannya, kemudian dia beranjak mengambil tape recorder di nakas. Menekan tombol on lantas keluarlah suara musik favoritnya dan Davi.

Masih jelas diingatan Tara, waktu itu ia dan Davi sedang menonton konser salah satu musisi yang mereka sukai.

Davi, ngapain kamu ngeluarin tape recorder?”

let me love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang