d

8 2 0
                                    

Tara

Aku berdiri di depan kaca yang membatasi diriku dengan Davi. Sekarang Davi sedang menjalani  cek.

Tubuh Davi masih seperti biasa, ia masih tertidur saat dokter menidurkannya disebuah bangkar di depan alat seperti oven besar yang terlihat menyala dengan sinar biru Entahlah aku masih tidak tau itu cek apa.

“Itu PET scan.” Aku menoleh dan kudapatkan Dion telah berdiri di sampingku sedang melihat kearah yang sebelumnya juga menjadi pusat pandanganku.

Aku tak tau ucapannya tadi bernada penyataan atau pertanyaan. Jadi kuputuskan melihat wajahnya lebih lama.

Wajah yang semakin lama kulihat makin sama seperti wajah Davi meski sangat sulit untuk kuakui bahwa wajah Dion agak sedikit lebih lelaki, ahh baik lah aku akui sedikit lebih tampan dari Davi. “PET scan?”

“Iya PET scan.” Jawabnya menjawab pertanyaanku. “Kepanjangan dari Positron Emission Themography. Singkatnya check ini dilakukan untuknya membantu dokter mendeteksi suatu penyakit tertentu dalam tubuh. Karena dalam kasus Davi dokter tidak mengetahui jaringan atau organ apa yang bermasalah sehingga membuat Davi gak sadar sampe selama ini.”

Aku menggangguk pelan “apa bedanya sama CT scan dan MRI?”

“gak jauh beda, hanya saja PET scan ini lebih canggih, sebab dapat memperlihatkan aktivitas pada tingkat sel. Kamu tau apa yang akan dokter itu suntikkan ke dalam tubuh Davi?”

Aku mengalihkan wajahku yang sedari tadi menatap wajah Dion untuk kembali melihat Davi yang sedang akan disuntik oleh seorang dokter.

“Obat.... maybe” jawabku sedikit ragu.

“Itu cairan radioaktif.” Alisku menukik tajam mendengar ucapannya.

“Tapi tenang, aman kok justru zat itu yang akan membantu mesin itu bekerja mendeteksi apa yang salah dari tubuh Davi.”

Perlahan kulihat tubuh Davi tertarik masuk bersama bangkar yang ia tiduri kearah oven besar itu. Sinar biru itu kembali menyala dan beberapa alat yang ada terlihat berputar mengelilingi tubuh Davi. Hingga tubuh lelaki itu masuk sepenuhnya kedalam benda itu.

“Tara bisa bicara sebentar?”

Aku melirik Dion dari ekor mataku. Bukankah dari tadi kami sudah banyak berbicara.
Tunggu. Aku baru sadar kami sudah banyak bicara. “ bukankah kita sudah banyak bicara dari tadi?”

“Memang benar, tapi aku harus membicarakan sesuatu yang serius denganmu.”

“sesuatu yang serius denganku? Memangnya apa kenapa tidak langsung tanyakan saja?” tanyaku sedikit keras dan itu membuat Dion sedikit memicingkan alisnya lantas melirik kan matanya pada suster yang terduduk didekat komputer tak jauh dari kami.

Aku baru sadar sedari tadi suster itu tampak melihat Dion aneh.

“Kalo kamu bersedia, ikuti aku.” Dion berjalan keluar ruangan meninggalkan aku yang sedikit penasaran dengan apa yang ingin ia tanyakan padaku.

Dan sekarang disinilah aku berada. Duduk berhadapan dengan Dion di ruang rawat Davi Tanpa Davi diruangan itu.

Sudah hampir sepuluh menit kami duduk berhadapan seperti ini. Namun baik aku maupun Dion hanya sama-sama terdiam. Tak betah dengan situasi seperti ini aku mencoba memecah hening dengan bersuara.

“sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan?” tanyaku langsung to the poin. Aku tidak ingin berlama-lama didekat Dion aku rasa itu tidak baik apalagi disaat Davi dalam kondisi buruk seperti ini, aku gak ingin ada orang yang beranggapan tidak-tidak nantinya.

let me love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang