tiga

2K 153 7
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Afka berdecak kesal saat lagi-lagi dirinya salah menulis, laki-laki itu mencoretnya dengan kasar sebelum kemudian melempar asal pulpen yang dipegangnya lalu merobek kertas tersebut. Mengepalnya dan membuangnya.

Helaan nafas panjang lolos begitu saja dari bibir afka, ia menyenderkan tubuhnya pada kursi dan mendongakan kepala menatap kearah langit-langit kamar.

Sudah lebih dari setengah jam yang lalu ia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan belajar. Namun tetap saja, malah berujung dengan dirinya yang merobek lembar demi lembar buku dan membuangnya ke tempat sampah. Afka tak bisa fokus, pikirannya kacau.

Tubuh laki-laki itu kembali menegak, melirik kearah ponselnya kemudian mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

Raut wajah afka bertambah masam, melihat tak ada satupun notifikasi masuk dari orang yang ditunggunya.

Menjengkelkan, bahkan pesannya pun belum dibaca.

Afka tidak tau lagi bagaimana ingin melampiaskan emosinya yang telah sampai diubun-ubun. Dengan sedikit membanting, ia menaruh kembali benda pipih itu.

Sadar betul hubungan mereka akhir-akhir ini cukup renggang dan fakta itu membuat afka sangat sensitif belakang ini. Laki-laki itu jadi sering hilang fokus ketika melakukan sesuatu hingga membuat kesalahan.

Sejujurnya, afka sangat merindukan gadis itu. Ia sangat rindu perhatian kecil yang gadis itu beri, ia rindu menghabiskan hari bersama dan berbagi cerita hingga menjelang malam.

Namun beberapa waktu belakangan ini mereka tidak ada waktu hanya untuk sekedar bertemu. Lebih tepatnya, kekasihnya yang tidak memiliki waktu saat afka ajak.

Hal tersebut cukup membuat kepalanya digerayangi oleh pikiran negatif.

Afka sangat ingin mengenyahkan pemikirannya, namun tetap saja tak bisa. Ia terlalu takut dengan kemungkinan yang terjadi, yang merupakan hasil dari asumsinya sendiri. Padahal belum tentu benar adanya.

Lamunan afka buyar karena suara keras dari pintu kamarnya. Tanpa melihat pun sudah dapat ia tebak siapa pelakunya.

Siapa lagi kalau bukan manusia tengil, yang hobinya makan bakpao. Laki-laki itu dengan tidak tau dirinya berjalan kearah sofa yang berada pada pojok kamar afka, diikuti harry dibelakangnya.

Berbeda dengan harry yang memilih fokus pada gitar milik afka, taksa memilih mengamati sang pemilik kamar dari tempatnya. Melihat bagaimana banyaknya tercecer gumpalan kertas disekitar tempat sampah.

Laki-laki itu menggeleng heran. "Kenapa lagi lo?" Tanyanya.

Selain tentang bagaimana cowok itu akan menjadi pemain basket terburuk saat suasana hatinya tengah tak baik, hal lainnya juga adalah afka tak akan bisa melakukan sesuatu dengan baik seperti pada biasanya. Seperti sekarang.

Truth Untold [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang