empat

1.7K 138 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudah lewat dari 5 menit yang lalu mobil afka terparkir dikawasan sebuah mall yang cukup terkenal, Livia yang mengajak cowok itu untuk makan diluar mengingat perkataan kalya yang mengatakan kalau afka belum makan apapun dari pagi, sekalian juga mereka ingin menghabiskan waktu bersama.

Sudah lama rasanya sejak quality time terakhir mereka.

Livia menatap kearah afka, cukup peka untuk menyadari suasana hati cowok itu yang tidak se cerewet seperti biasanya, saat mereka tengah berdua.

Dia tahu afka tengah marah padanya, karena permintaan cowok itu yang ingin mempublikasikan hubungan mereka ditentang keras olehnya.

Sejak pergi dari rumah orang tua afka hingga sampai disini, laki-laki itu bahkan tidak melontarkan sepatah kata pun.

Bukan keinginan livia membuat mood afka bertambah buruk, tapi sungguh dia tak bisa mengabulkan permintaan laki-laki itu.

"Ayo turun." Livia telah siap dengan topi dan maskernya. Ia sudah bersiap untuk keluar namun terurung melihat afka sama sekali tak bergerak.

Gadis itu kembali menyenderkan tubuhnya pada kursi penumpang dan menatap lurus kearah depan. Ia menghela nafas pelan. "Kalo kamu gak mau, kita pulang aja."

Perlu diketahui saja kalau Livia adalah tipikal orang yang males membujuk. Dibandingkan membujuk dengan kata-kata manis saat didiamkan, dia malah lebih memilih mendiamkannya balik.

Afka tampak memejamkan mata dan mengambil nafas dalam sebelum kemudian menghembuskan secara perlahan, Tangan laki-laki itu yang semula mengepal, melemas.

Ia kembali membuka mata setelah dirasa emosinya mereda. Afka berusaha menekan egonya agar hubungannya dengan Livia tidak bertambah renggang. Dia tak mau makin jauh dari gadis itu.

Apalagi niat mereka kesini adalah untuk menghabiskan waktu bersama, afka tak ingin momen ini harus gagal karena egonya sendiri. Dia bisa melakukan apapun untuk gadisnya, termasuk melawan egonya.

Tangan afka terulur meraih tangan mungil Livia, menggenggamnya dengan erat. "Bisa ngga kamu gak perlu pake masker? Kita gak lagi disekolah liv." Perkataan afka sangat lembut, membuat hati Livia tersentil.

Dia jadi merasa bersalah pada cowok itu, afka kerap kali rela menekan emosi dan egonya demi dirinya. Tetapi bukannya membujuk, Livia malah mendiamkannya balik disaat cowok itu tak bisa lagi menahan amarahnya. Dia merasa jahat sekali pada afka.

"Disini pasti banyak anak-anak sekolah kita af."

"Lalu?"

"Kalau salah satu dari mereka aja ada yang tau, beritanya pasti bakal cepat nyebar disekolah, Ditambah lagi kamu yang sering jadi langganan omongan satu sekolah."

Afka tersenyum getir mendengarnya.

***

Afka kembali menelan pil pahit, ketika matanya menangkap sosok Livia yang tengah berinteraksi cukup dekat dengan owen. Gadis itu bahkan mengumbar senyum cerah yang seharusnya hanya afka yang boleh melihatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Truth Untold [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang