8

18 3 0
                                    

Jassy memasuki stadium terakhir bu

Jassy memasuki stadium terakhir bu

Jassy memasuki stadium terakhir bu

Itulah yang berada di dalam kepala Lita, hatinya yang selama ini ia bangun kuat kuat dalam sekejap hancur berkeping keping. Tubuhnya melemas, dunianya seakan hancur begitu saja mendengar perkataan dr. Andin.

"saya melihat penurunan berat badan drastis pada tubuh Jassy, dia juga mengalami pembengkakan pada limfa. Saya juga memprediksi mungkin beberapa hari ini Jassy mengalami mimisan, saya tadi juga mengecek lubang hidungnya. Terdapat bekas darah menempel di sana, apa Jassy tidak pernah bercerita pada ibu soal ini?" tanya dokter itu panjang lebar.

Tubuh Lita sudah tidak kuat lagi, bahkan menjawab pertanyaan dokter pun tidak sanggup. Tangisnya pecah, dan ketahanannya pun roboh seketika, "berikan yang terbaik untuk anak saya dok, tolong anak saya dok" Lita berharap kepada dokter untuk menyelamatkan hidup Jassy.

"tidak usah minta pun saya akan memberikan yang terbaik untuk Jassy bu, dia anak yang kuat dan tabah. Orang lain yang kurang beruntung seperti Jassy biasanya sudah pasrah dan tidak mempunyai semangat lagi, tapi kali ini Jassy berbeda, asal ibu tahu, Jassy selalu datang ke panti asuhan milik saya bu. Jadi panti asuhan itu khusus untuk anak anak yang menderita kanker, Jassy selalu datang memberi motivasi kepada anak anak, dia juga sering memberi sumbangan. " lanjut dokter itu.

Lita hanya bisa mendengarkan apa yang di katakan oleh dokter .

Jadi ini alasan Jassy selalu menabung uang sakunya? Mulia sekali hatimu nak, semoga Tuhan segera mengangkat penyakitmu. Mama sayang sama Jassy, jangan tinggalin mama ya nak, batinnya.

Lita lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu, ia ingin menyusul putrinya.
.
.
.
Di ruang serba putih itu Jassy merasa bosan, ia ingin bangun dari tempat itu. Tapi mengapa tulang dan sendinya rasanya sakit semua, dan mengapa kepalanya pusing sekali. Seorang perawat datang untuk melepas selang itu, dan sekarang hanya ada selang infus di tangannya.

"maaf mbak, saya lepas dulu ya selang selangnya. Mbak harus kemoterapi tahap dua"

"tahap dua? kok tumben sih sus, biasanya kalau habis cahaya udah boleh pulang" jelasnya.

"iya mbak, biar cepat pulih" jawab perawat itu.
"mari mbak saya bantu naik kursi rodanya, pelan pelan ya mbak" sambung perawat itu sambil menuntun Jassy.

"sus kok badan saya jadi sakit semua ya, kepalanya juga pusing" tanya Jassy di perjalanan menuju ruang kemoterapi.

"iya itu efek habis kemoterapi mbak"

Jassy hanya meng-iyakan penjelasan perawat itu. Saat melewati ruang dr. Andin, Jassy melihat mamanya sedang berada di sana. Lalu ia meminta perawat itu untuk mendekat ke pintu agar bisa mendengarkan percakapan mereka berdua. "sus tolong tinggalkan saya sebentar ya, saya mohon sus" pinta Jassy.

"baiklah, saya tinggal ke ruang sebelah dulu, nanti kalau sudah bisa panggil saya ya mbak" jawab perawat itu.

Jassy memasuki stadium terakhir bu

saya melihat penurunan berat badan drastis pada tubuh Jassy, dia juga mengalami pembengkakan pada limfa. Saya juga memprediksi mungkin beberapa hari ini Jassy mengalami mimisan, saya tadi juga mengecek lubang hidungnya. Terdapat bekas darah menempel di sana, apa Jassy tidak pernah bercerita pada ibu soal ini?

"stadium akhir? ya Tuhan ku pasrahkan semuanya padamu, semoga suatu saat jika aku sudah tidak ada semuanya akan baik baik saja" Jassy menunduk lesu, air matanya tumpah, ia tidak tahu harus apa.

"sus, saya sudah selesai. " teriaknya pada perawat itu.
.
.
.
Juanno telah memasukkan motornya ke garasi, ia sangat lelah hari ini. Ia ingin cepat cepat sampai ke kamarnya dan segera beistirahat. Namun harapannya pupus seketika.

"Juanno kemari duduk sini! " panggil ayahnya.

"ada apa yah, tumben banget" ucap Juanno dengan agak remeh.

"kenapa sih kamu selalu menolak jia, padahal dia itu perempuan cantik, kenapa selalu kamu abaikan. Apa maksudmu? "

"Jia bukan kriteria Juan yah dan selamanya Juan tidak akan bisa mencintai Jia"
"dan asal ayah tahu, cantik wajah tidak menjamin kebahagiaan. Percuma kalau cantik tapi gak punya otak" ucapnya.

"Juanno! Ayah tidak pernah mengajarkan kamu berbicara seperti itu, apalagi mengatai Jia" bentak Wanto.

"emang itu kenyataan yah, tanya aja sama semua orang. Kalau cantik di wajah itu udah biasa, tapi kalau cantik di hati itu lebih luar biasa" jawab Juanno. "udah deh yah gak usah pusing pusing mikirin soal ini, jodoh udah ada yang ngatur. Contohnya ayah sendiri, katanya cinta sama bunda tapi kenyataannya cerai juga"  sambungnya.

Plakkk!

"jaga ucapan kamu Juanno!"

"kenapa? Puas kan sekarang udah nampar aku, semua ini terjadi karena ulah ayah sendiri. Asal ayah tahu, bunda meninggalkan Juanno karena ayah. Asal ayah tahu juga, Juanno sampai sekarang belum bisa merasakan kasih sayang dari seorang bunda juga karena ayah! " ucap Juanno sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

Juanno lari begitu saja, ia masuk ke dalam kamarnya sambil mengacak rambutnya. Ia frustasi, ia juga tak tahu harus melakukan apa.

"argghhhh!"
"bundaaa! Juanno kangen sama bunda" teriak Juanno penuh emosional.
.
.
.
Jassy dan mamanya kini sudah sampai di rumah megah bercat kuning itu, Jassy harus tampak biasa saja di depan mamanya. Padahal ia sudah mengetahui semuanya. "kamu mau makan apa nak? " tanya mamanya tiba tiba saat berada di depan kamar anaknya itu.

"emmm gak usah ma, Jassy langsung tidur aja. Capek banget ma habis kemoterapi " jawab Jassy.

"yaudah sekarang tidur ya" singkat Lita.

Jassy tidak jadi tidur, dia memikirkan perkataan dokter, ia memutuskan untuk pergi ke balkon kamarnya. Ia duduk memeluk kedua lututnya.

Jassy tertawa kecil "Tuhan, indah sekali ciptaanmu. Terimakasih telah memberiku kesempatan untuk merasakan indahnya dunia. Aku ingin melihat orang orang terdekatku tersenyum melihatku, bukan menangis melihatku. Izinkan aku sebentar saja merasakan indahnya masa remajaku, Tuhan." ucapnya sambil berusaha tersenyum saat air matanya membasahi pipi.
.
.
.
Hari sudah berganti menjadi malam, kini saatnya Jassy untuk menelan puluhan pil itu.
"ma Jassy udah minum obat, sekarang Jassy ke kamar dulu ya"
"oh iya, ma Jassy pengin bicara sama mama. Tapi mama gak boleh marah ya"

"iya sayang, ayo bilang ke mama" jawab Lita.

"ma, kalau Jassy suka sama seseorang gimana?" tanyanya dengan sangat hati hati.

"asal kamu bahagia sayang mama tidak akan melarangnya, tapi tahu batasan ya? "

"beneran ma? Horeee! " teriaknya dengan kegirangan.

"emang siapa sih yang bikin anak mama ini suka sama dia"

"bentar ma, Jassy carikan fotonya di instagram dulu hehe"

"pinter juga kamu stalking stalking kayak gitu" ejek Lita.

"ih mama, ini ma fotonya" Jassy memberi foto Juanno, ia memang beberapa hari ini menstalking medsos milik Juanno.

"sebentar deh, kayaknya mama kenal dengan laki laki ini" Lita berbicara sambil mengingatnya. "oh iya.. Mama ingat sayang, dia yang nabrak mama waktu nganter kamu pas MOS itu. Dia buru buru gitu katanya MOSnya segera di mulai" jelasnya.

"wahhh! Yang bener ma, andai aja aku yang di tabrak ma" cengir cewek itu.

"emangnya kamu bener suka sama dia?"

"iya ma, Jassy yakin kalau Jassy suka sama Juanno"

"eh namanya siapa? Jun-juno? " tanya mamanya.

"J.U.A.N.N.O mama" ucap Jassy dengan penekanan.

"iya deh iya, yaudah sekarang tidur gih. Good night sayang" jawab mamanya sambil mencium keningnya.

"oke ma"

Jassy memasuki kamarnya dengan mood yang sedikit berubah dari pada moodnya tadi siang.
Ia tidur dengan tenang.

The Last BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang