[3] Pasar Malam yang Kacau

15 9 0
                                    

"Selamat tinggal."

DOR!

Kegaduhan pecah. Para pengunjung pasar malam seketika berlariak panik. Malam itu, suasananya benar-benar kacau. Jalanan macet, dan tempat tersebut jadi penuh sesak dengan orang-orang.

Sementara itu, Adam yang memeluk Rachel secara spontan melompat menghindari peluru yang ditembakkan. Ia sendiri tak tahu bagaimana gerakannya jadi secepat itu. Yang jelas, mereka selamat untuk sementara.

"Kurang ajar! Padahal tinggal sedikit lagi," racau si pemilik permainan lempar kaleng. Pria paruh baya itu kembali menarik pelatuk.

"Rachel, larilah," perintah Adam.

"Ta-tapi bagaimana denganmu?"

"Dari sorot matanya, orang itu mungkin psikopat. Ia takkan berhenti sampai salah satu di antara kita mati," tutur Adam.

"Adam, aku tidak akan me—"

"Pergilah! Kau harus selamat. Masih banyak lelaki di luar sana yang lebih baik dariku. Jika beruntung, kita akan bertemu lagi di alam baka."

Rachel sempat terdiam. Matanya nanar menyaksikan keberanian seorang pemuda yang gagah-perkasa. Mana mungkin ada lelaki yang rela berkorban senekat itu, pikirnya, kecuali Adam.

"Pergilah, Rachel!"

"Baik!"

"Sial! Jangan lari, Gadis cantik!" Pria paruh baya itu mulai membidik.

"Takkan kubiarkan!" Adam berlari ke depan, secepat kilat menabrak si pemilik permainan, sehingga mereka sama-sama terguling ke tanah.

"Akan kubunuh kau!" Pria itu berusaha menjangkau pistolnya yang terlempar.

"Tidak!" Adam menarik kaki sang lawan hingga terpeleset.

"Kurang ajar!"

Mereka sontak berkelahi. Pria pemilik permainan coba mencekik leher musuhnya, tetapi Adam dengan sigap menahan kedua tangan penuh nafsu itu. Selama sepersekian detik, mereka sibuk saling adu kekuatan. Tampaknya Adam mulai unggul.

"Matilah!"

DUK!

Pemuda itu mengerang tatkala kepala si pemilik permainan membentur dahinya. Rasa sakit sontak menyebar cepat. Adam sedikit goyah, dan itu dimanfaatkan sang musuh dengan mendengkul perutnya.

"Aarghh!"

BRUK!

Adam tumbang sesaat badannya diterjang oleh si pemilik permainan. Ketika sudah tergeletak, lehernya pun mendapat cekikan kuat. Lelaki itu kesulitan mengambil napas, wajahnya mulai membiru.

"Aku akan membunuhmu! Lalu akan kuperkosa pacarmu itu, Bedebah!"

"A-akhh! S-sialan," maki Adam. Kedua tangannya berusaha melepaskan cekikan tersebut.

"Apa yang bisa kau lakukan sekarang, hah?!" Pria gila itu melempar sorot mata penuh intimidasi.

Adam kian terdesak. Pandangannya perlahan-lahan memudar. Jika terus seperti ini, ia pasti mati satu atau dua menit lagi, bahkan kurang. Lalu, apa yang akan dilakukannya? Persis seperti pertanyaan si pria psikopat.

Pasar malam yang kacau, kencan yang kacau, teddy bear yang kacau. Tidak! Teddy bear-nya mungkin masih bisa diselamatkan. Benar! Adam telah memenangkan permainan bodoh itu. Harusnya ia mendapat perhargaan atau apalah namanya.

"J-jangan h-halangi a-aku," lirihnya.

"Bicara apa kau, Bocah tolol?! Sebaiknya baca doa saja. Siapa tahu setelah mati kau bereinkarnasi ke dunia lain," timpal pria psikopat.

GLUTTONYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang