00 : 𝚊𝚛𝚛𝚒𝚟𝚎𝚍

66 6 3
                                    


Garuda Indonesia Excecutive Class, 37.000 ft from Melbourne.

"Kamu serius sama perjanjian ini?" Tanya seorang wanita dengan resah. Ia tidak yakin dengan keputusan suami nya.

Suami nya itu menghela nafas, "keluarga dia sudah banyak membantu kita, Rose—

"Jadi maksud kamu, kamu mau membalas kebaikkan mereka dengan cara nikahin anak kita sama anaknya yang super nakal itu?" Cerocos Rose.

Sebagian orang di pesawat menoleh ke arah mereka berdua akibat suara Rose yang lumayan kencang. Untung saja, anaknya yang duduk diantara mereka berdua belum sadar dari alam mimpi nya.

"Ssttt. Enggak gitu, Rose. Dengerin dulu—" Jeffery selaku suami nya merasa sedikit malu karena kelakuan Rose. "Ini semua juga demi kebaikan Anya. Coba kamu bayangin, di Aussie se-umuran Anya banyak yang hamil di luar nikah. Kamu mau Anya kayak begitu? Enggak kan." Jelas Jeffery.

Raut wajah Rose masih sama, khawatir. Hal yang membuatnya semakin berat meng-ikhlaskan anaknya adalah, Anya adalah anak tunggal. Ia tidak memiliki anak lagi selain Anya.

"Rose," panggil Jeffery lirih. Lelaki berumur setengah abad itu tengah menggenggam tangan istrinya. "Aku tau ini berat, aku juga ngerasain hal yang sama tapi, coba ikhlasin. Demi Anya." Ujar Jeffery meyakinkan.

Rose nampak berfikir, benar juga apa kata Jeffery. Akhirnya, Rose mengangguk dengan ragu.

"InsyaAllah ya, mas." Jawab nya lirih.

Jeffery tersenyum memaklumi, jawaban dari istri nya itu sudah cukup bagi nya. Kemudian ia beralih menatap anak gadisnya yang masih tertidur dengan pulas nya.

"Tapi, kalo anak itu cuma nyakitin Anya nanti nya, aku minta mereka diceraikan. Aku enggak peduli sama perjanjian kalian." Kata Rose tegas dengan nada menusuk.

Perkataan Rose membuat Jeffery mengangguk pasrah, kemudian ia mengelus puncak kepala Anya, rasa bersalahnya kepada anak perempuannya kembali muncul.

"Dad minta maaf, Nyanya. Dad cuma enggak mau kamu kenapa-napa." Lirihnya kemudian mengecup sekilas puncak kepala anaknya itu.

Karena terbawa suasana, Rose tersenyum haru dan menjatuhkan air mata nya secara bersamaan.

Soekarno Airport, Jakarta.

2 orang lelaki tengah sibuk menanti kedatangan keluarga Jeffery, yang akan datang dari Melbourne.

"Yah, ah. Ngantuk." Rengek seorang lelaki sembari mengucek mata nya.

"Sabar, sebentar lagi mereka sampai."

Prawira Bisma Aghandi, lelaki yang sudah mengantuk itu berdecak kesal. Ia sudah bilang ke Ayah nya kalau dia tidak mau ikut, dengan alasan takut telat besok ke sekolah. Namun tetap saja, Ayah nya itu kekeuh mengajak nya pergi untuk menjemput teman nya.

"Siapa yang mau di jemput si, yah? Ngerepotin amat malem-malem." Decak nya.

Taeyong Aghandi, ceo berumur 49 tahun itu memukul pundak anak nya.

"Sakit, Yah!" Ringis Bisma.

"Makanya kamu tuh kalo ngomong yang bener, atau Ayah balikin kamu ke Vancouver." Ancam Taeyong.

"Ck. Iya deh, balikin aja. Bisma udah senuk di Jakarta." Sahut lelaki berdarah Canada yang kenyataan nya memang sudah bosan di Jakarta.

Taeyong membuang nafas gusar. "Kalau Bunda kamu masih ada, terus tau kelakuan kamu kayak begini, Ayah yakin kamu di masukkin lagi ke perut sama Bunda kamu." Taeyong mencibir.

• ° ʟᴏᴡᴋᴇʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang