Catatan Ketiga

289 36 1
                                    

Malam itu kamu menangis dan datang padaku saat hujan. Memelukku erat untuk berapa waktu yang sedikit lama. Membuat diriku bertanya, apa yang terjadi padamu?

"Orang tuaku tahu!"

"Tentang?"

"Aku, yang menyukai laki-laki!"

"Kok bisa?"

"Aku jujur!"

Aku memelukmu erat lagi, pasti berat untukmu berkata jujur. Pasti berat juga untuk orang tuamu. Mereka pasti patah hati sama sepertiku saat aku tahu.

Aku bertanya pada Tuhan, kenapa harus kamu?  Kenapa aku harus jatuh cinta padamu?  Namun aku tak mendapat jawaban. Aku hanya bisa mengira-ngira, mungkin Tuhan ingin menguji seberapa tulus aku padamu.

"Tidak apa-apa, kamu sudah mengambil jalur yang benar dengan jujur. Setidaknya, mereka tidak akan terlalu terkejut jika suatu hari nanti mendengar dari orang lain.

"Makasih, kamu sahabat terbaikku. Jika bukan kamu, mereka pasti sudah jijik padaku!"

"Tidak! Siapa aku menghakimimu. Seseorang tidak bisa memilih pada siapa kita akan jatuh cinta! Seperti aku yang jatuh cinta padamu."

"Tapi jatuh cintaku nggak normal!"

"Dengarkan aku, cinta itu bukan hanya perasaan antara laki-laki dan perempuan. Kamu normal, hanya saja sedikit berbeda dengan kebanyakan orang."

"Andai saja semua orang sepertimu, aku pasti tidak akan ketakutan jika rahasiaku terbongkar."

Kamu yang selalu merasa ketakutan dan khawatir adalah catatanku tentang kamu di lembaran ini. Aku mengatakan semua itu,  seolah aku baik-baik saja, pada nyatanya aku masih sering patah hati saat sadar kebenaran ini.

Catatan Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang