Catatan Terakhir

336 37 4
                                    

Lebih dari sebulan aku dan kamu tidak bertemu. Tentu saja aku rindu, tapi kamu sepertinya tidak. Kamu bahkan tak membalas satupun pesanku. Tak mengangkat panggilan telepon dariku.

Aku terluka, aku seperti kehilangan sebagian dari jiwaku. Hatiku terasa kosong, aku terlalu terbiasa denganmu. Namun kami mungkin tak merasakan hal yang sama.

Sepertinya aku terlalu merindukanmu, hingga aku melihatmu berdiri di depanku. Raut wajahmu sama seperti terakhir aku melihatmu, marah.

"Aku hanya ingin mengambil bukuku yang tertinggal!" Tingkat imaginasiku lebih tinggi rupanya, kamu bahkan bisa bicara.

Kamu berjalan kebelakang bartender, tempat dulu kamu sering berdiri sambil tersenyum padaku. Saat ini kamu terlalu nyata, untuk aku sebut khayalan. Kamu rupanya nyata. Yang berdiri di depanku, memang benar-benar kamu.

"Aku tahu kenapa kamu marah!" ujarku.

"Aku tak peduli!"

"Aku dan dia tidak ada hubungan apa pun. Aku tidak menyukainya. Sungguh!"

"Kamu tidak salah. Aku marah pada diriku sendiri yang tidak tahu diri!"

"Aku mohon, berhentilah mengatakan hal seperti itu!" bentakku.

"Ini kenyataan, manusia sepertiku tidak berhak untuk dicintai!'

"Kata siapa? Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!"

"Omong kosong, kamu tidak mungkin mencintai! Kamu adalah yang paling tahu tentang diriku." 

"Aku tahu itu. Aku tahu, selamanya perasaanku tidak mungkin kamu balas dengan cinta. Namun nyatanya aku tetap mencintaimu!"

"Tapi kenapa?"

"Karena kamu adalah rasa nyaman berhargaku, jadi aku mohon biarkan aku tetap bersamamu!"

Kamu terdiam, aku juga terdiam. Aku tak menyangka bisa mengatakan padamu tentang perasanku. Namun tak menyesal, setidaknya kamu tahu.

Pernyataan cintaku adalah catatan terakhirku tentang kamu. Meski masih banyak lagi catatanku tentang kamu, tapi biarlah hanya aku, bukuku, penaku dan Tuhan yang tahu.

Aku akan selalu mencintaimu.

🍃🍃🍃

----END----

Catatan Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang