Catatan Kedua

355 42 1
                                    

Mereka bilang, aku dan kamu bagaikan gula dan semut. Dia mana ada kamu, maka aku akan ada bersamamu. Namun bagiku aku dan kamu hanyalah sepasang sepatu. Meski dekat, tapi tak bisa berjalan beriringan. Aku dan kamu seperti sepasang sepatu, yang hanya bisa bersama saat diam. Untuk itu aku diam, tak mengatakan tentang perasaanku ada aku dan kamu bisa tetap bersama.

"Dia datang lagi!" ujarmu antusias, seperti biasa saat orang itu mampir ke kafe yang kami urus.

"Seneng kamu?" Dia mengangguk semangat.  "Ya udah, tawarin sana mau pesan apa!"

"Enggaklah, kamu aku deg-degan!"

Dia sama sepertiku, mencintai seseorang tanpa ingin berbicara. Karena mungkin perasaan aku dan kamu sama. Hingga aku dan kamu memilih diam, agar setidak masih bisa memandang.

Aku menghampiri orang itu. Seseorang yang selalu membuatku cemburu sekaligus iri karena dia bisa memiliki hatinya.

"Sore kak, mau pesan apa?" tanyaku.

"Biasa," jawabnya singkat.

"Kopi tanpa gula, kan?"

Dia mengangguk dan tersenyum. Ya, aku hafal setiap sore orang itu selalu datang, dan setiap sore aku akan melihat senyum cerahnya darinya yang bersembunyi di balik bar tender.

"Nih anterin sana!"

"Kamu aja!"

"Kesempatan nggak datang dua kali, loh!"

Setelah beberapa detik berpikir, kamu akhirnya melenggang mengantarkan secangkir kopi pahit. Melihat dia bahagia hanya karena hal sederhana seperti ini, aku patah hati untuk kesekian kalinya. Itulah catatan kedua tentang kamu, saat kamu bahagia karena orang itu.

🍃🍃🍃

Catatan Tentang KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang