6. Mulai Damai?

41 5 13
                                    

Author POV.

"Lo apa-apaan sih?" Kesal Sherina.

"Mama lo udah pesen ke gue suruh jemput lo, tapi kalo lo nggak mau yaudah. Nggak repot-repot juga jadinya," kemudian Anjasmara berniat tancap gas lagi untuk meninggalkan Sherin. Tetapi gadis itu buru-buru berkata bahwa ia akan pulang dengan Anjasmara. Mau bagaimana lagi? Ia juga tidak mau apa yang Anjasmara ucapkan tadi menjadi kenyataan.

"Ya-yaudah gue pulang sama lo," cicit Sherin terdengar sangat pelan di pendengaran Anjasmara.

"Lo ngomong apa?"

"Iya, gue mau pulang sama lo!" Tukas Sherin lebih keras. Menghalau segala rasa gengsi yang ada dalam dirinya.

"Yaudah masuk!" Kemudian Sherin masuk kedalam mobil Anjasmara dan duduk di samping Anjasmara yang sedang fokus menyetir. Melajukan mobilnya diantara jalanan kota yang sibuk. Untuk pertama kalinya ia menghirup aroma Anjasmara yang sangat kuat didalam mobil ini, membuat debaran jantung nya tak karuan.

Sepanjang perjalan tak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka. Anjasmara dan Sherin sama-sama fokus menatap jalanan, seakan jalanan terlihat lebih menarik daripada berbicara atau mengobrol dengan orang disebelah mereka itu.

"Nih orang nggak ada niatan minta maaf apa?" Batin Sherin.

Sherin sibuk dengan kekesalan nya sendiri pada Anjasmara. Diliriknya Anjasmara sekilas, dan sayangnya justru Anjasmara tau bahwa ia berusaha melirik Anjasmara tadi.
"Lo kalo mau liat gue, liat aja kali! Pakek lirik-lirik!"

"Siapa juga yang nglirik lo? Sok kegantengan banget," elak Sherin menyembunyikan pipi nya yang memerah karena ketahuan sedang melirik Anjasmara.

"Emang gue ganteng," kemudian mata Anjasmara kembali fokus menatap Anjasmara. Sedang Sherin bergidik geli mendengar ucapan Anjasmara tadi. Lalu suasana kembali hening. Jujur, Sherin tidak suka dengan suasana seperti ini, terasa canggung baginya. Tetapi ia pun kini tidak punya topik pembicaraan yang dapat ia bahas dengan Anjasmara.

Sekali lagi, mata indah Sherin melirik kesamping tepat kearah Anjasmara. Ia mengingat-ingat awal mula ia bisa bertemu dengan Anjasmara hingga terjebak sandiwara seperti ini. Bibirnya sedikit terangkat mengingat saat itu ia memarahi Anjasmara habis-habisan karena parkir didepan rumahnya.

"Mama lo dapet nomor gue dari mana?" Tanya Anjasmara memecah keheningan.

Sontak Sherin menatap Anjasmara. Mencari jawaban dari pertanyaan Anjasmara tadi, bahkan ia sendiri pun tidak tau berapa nomor Anjasmara tetapi mama nya justru tau lebih dulu.
"Gue juga nggak tau, gue kan nggak tau nomor lo."

"Jadi lo pengen tau nomor gue nih?" Tanya Anjasmara menggoda sambil menaikkan satu alisnya. Ucapan Sherin tadi seakan mengkode Anjasmara untuk memberikan nomornya kepada Sherin, bagi Anjasmara.

Sherin segera menutupi wajahnya, astaga begitu malu nya dia.

"Apaan sih?! Nggak butuh gue," sambil terus berusaha mempertahankan harga dirinya saat ini. Ia tidak mau sampai terbawa perasaan kepada Anjasmara.

"Inget Sherin, inget Sherin... Lo tuh nggak kenal sama si Anjasmara, jadi jangan urusin dia," batin Sherina meyakinkan.

"Bener nih nggak butuh? Nih simpen aja nomor gue! Tar kepo lagi minta ke temen-temen gue," sambil menyerahkan handphone nya kepada Sherin. Namun Sherin sama sekali tak berniat mengambil handphone Anjasmara, ia lebih memilih diam dan tidak meladeni pria didepan nya ini.

"Dih apaan? Nggak bakal, lagian buat apasih gue harus nyimpen nomor lo?" Tanya Sherin kesal.

Anjasmara terkekeh pelan.
"Perlu lo tau Sherina, suatu saat lo pasti butuh sama gue. Dan saat itu tiba, kalo lo nggak punya nomor gue terus lo mau ngehubungin gue pakek apa?"

Liebe saugtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang