11. Gara-gara Celia

25 3 3
                                    

Author POV

"Siapa lagi yang suka cerita banyak hal ke mama?" Lirih Calia. Berharap putranya itu akan mengerti bagaimana keadaan hati nya saat ini.

"Oalah..." Kemudian Anjasmara fokus kembali ke handphone nya.

Calia terus menatap putra semata wayangnya itu.
"Kapan-kapan kenalin mama ke Sherina ya!?" Sambil memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah Anjasmara. Anjasmara hanya menganggukkan kepalanya. Lalu dengan pelan tangan Calia membelai rambut Anjasmara, meneliti wajah tampan Anjasmara. Putranya itu kini sudah besar, dan tiba-tiba memori masa kecil Anjasmara langsung teringat di pikiran nya. Senyum tipis langsung terukir dibibir Calia setelah mendengar Anjasmara mengatakan 'iya' kepadanya.

"Mama tumben kesini?" Tanya Anjasmara.

"Mama kangen sama kamu, sama Tante mu juga."

Anjasmara hanya ber'oh'ria dengan ucapan mamanya. Tidak tau harus berkata apa lagi.

"Pertandingan basket kamu gimana An?" Tanya Calia, ia masih terus berusaha membuat putranya itu lebih banyak bicara dan bercerita kepadanya. Karena selama ini Anjasmara sangat jarang bercerita panjang lebar kepadanya. Tangan lembut Calia terus mengelus kepala Anjasmara pelan, membuat si empu merasa begitu nyaman akan sentuhan ibunya itu. Elusan itu bertahan lama hingga membuat Anjasmara tertidur tanpa sadar. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaan yang Calia tanyakan. Kemudian Calia beranjak dari duduknya lalu mencium kening Anjasmara lama, lalu meninggalkan Anjasmara yang tertidur pulas.

*****

Matahari terlihat sudah muncul sejak 40 menitan yang lalu. Suasana pagi hari terasa begitu hangat di ruang makan rumah Sherina. Tadi malam kedua orang tua nya pulang dari luar kota, membuatnya kini bisa menyantap sarapan dengan kedua orang tuanya lagi. Papa nya adalah seorang pengusaha di bidang percetakan yang merintis usaha nya dari nol sejak menikah dengan Sella. Sherina menatap kagum mama nya yang kini seang menyajikan makanan untuk ia dan papa nya. Sejak menikah mama nya banyak menelan pahitnya kehidupan. Mama nya banyak mengalami masa-masa sulit bersama papa nya sebelum ia lahir. Mulai dari masalah keuangan yang membelit rumah tangga mereka dan masih banyak lagi masalah lain nya. Meskipun dulu papa nya terbilang orang yang hidup serba kekurangan tetapi mama nya itu tetap rela menemani hari-hari papa nya dengan ikhlas dan senyuman, dan mama nya adalah putri semata wayang dari seorang pengusaha kaya raya di Indonesia, tetapi tanpa melihat kekayaan yang dimiliki oleh kakeknya itu, mama nya memilih untuk menikah dengan papa nya dan hidup dalam kekurangan. Sangat sulit untuk mendapatkan restu dari kakeknya dulu, tetapi dengan tekad kuat papa nya akhirnya mereka menikah dan membangun sebuah perusahaan kecil yang mereka rintis dari nol bersama-sama.

Sarapan kemudian berakhir dengan hangat, Sella menceritakan dengan antusias bagaimana dirinya begitu merindukan suami nya saat ditinggal keluar kota. Sherina yang berada disana seakan menjadi obat nyamuk diantara kedua orang tuanya. Kemudian Sherina memutuskan untuk segera menyalami tangan kedua orang tuanya dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Hari ini ia berencana untuk membawa mobil sendiri karena sepulang sekolah nanti ia ingin mampir ke rumah Zakiya.

*****

Sesampainya disekolah, tanpa sengaja mata Sherina bertabrakan dengan mata tajam milik Anjasmara. Tatapan mereka hanya bertemu sekitar dua detik hingga Anjasmara yang mengakhiri aksi tatap-tatapan mereka dan memilih untuk segera memasuki kelasnya. Sherina masih menatap punggung Anjasmara yang berjalan membelakanginya itu. Ia pun memutuskan untuk berjalan memasuki kelas nya juga.

Sesampainya dikelas, tiba-tiba rasa bosan menghampiri Anjasmara ketika ia menunggu bel sekolah yang tidak kunjung berbunyi. Tidak seperti hari-hari biasanya. Sangat tidak mungkin jika para guru lupa untuk menghidupkan bel tersebut, hingga banyak siswa siswi yang berkeliaran di luar kelas lantaran guru pengajar mereka tidak kunjung datang. Anjasmara memutuskan untuk menuju kantin dan menghampiri teman-teman nya tengah asik menyantap makanan mereka. Meskipun ini terbilang masih pagi hari tapi mereka lebih memilih menyantap makanan-makanan ringan yang dijual di kantin sekolah. Sesampainya di kantin Anjasmara langsung duduk disalah satu bangku yang ada disana sambil mengobrol bersama teman-teman nya, untuk kali ini ia lebih memilih untuk memesan segelas es teh dan tidak memesan makanan apapun.

"Eh An, tumben lo nggak pesen makanan?" Tanya Ando, salah seorang teman Anjasmara.

"Udah kenyang gue," kemudian menyeruput es teh nya.

Sesekali pandangan Anjasmara meneliti setiap sudut kantin. Tepat di pintu masuk kantin, ia melihat Sherina dan Zakiya yang sedang berjalan masuk ke dalam area kantin. Pandangan Anjasmara tanpa sengaja terus mengikuti kemana arah Sherina dan Zakiya pergi. Ternyata mereka berhenti disebuah stand dan membeli dua botol susu sapi siap minum. Tanpa sadar sudut bibir Anjasmara terangkat menyadari bahwa Sherina adalah gadis penggemar susu sapi. Pasalnya, bukan hanya kali ini ia melihat Sherina membawa sebotol susu sapi.

*****

Pelajaran hari sedikit membosankan bagi Sherina, di jam terakhir seperti ini ia begitu menunggu bel pulang berbunyi. Tidak tahan dengan suasana kelas yang membosankan, bahkan beberapa teman nya pun terlihat tertidur di bangku mereka masing-masing. Sedangkan guru sejarah mereka masih sibuk menerangkan materi yang terdengar seperti dongeng di telinga siswa-siswi nya ini.

"Zak, asli gue pengen pulang ngantuk banget gue!" Bisik Sherina kepada Zakiya yang kini tengah sibuk mencatat beberapa materi yang menurutnya penting.

Zakiya lantas menoleh ke arah Sherina sebentar, lalu kembali memfokuskan dirinya pada penjelasan guru sejarah nya sambil mencatat materi-materi tersebut.
"Lha kan bel tinggal 15 menitan lagi, abis ini juga pulang."

"15 menit tuh lamanya masyaallah jakiyaaa."

"Lebay Lo, 15 menit cuma sebentar, lagian ini banyak materi pentingnya lo nggak nyatet emang?" Tanya Zakiya.

Sherina sedikit tersenyum, "Gue kan nggak se-rajin kaya lo, waktu sejarah. Bagi gue sejarah terlalu ngebosenin, yang dibahas masala lalu melulu kapan melangkah ke masa depan nya coba?!"

"Yeee itu mah dasarnya emang pemikiran lo!"

"Zak!" Panggil Sherina pelan sambil menoel bahu Zakiya.

Zakiya berdecak pelan, "Lo apaan sih, rusak tau tulisan gue!"

"Gue mau ke toilet ya, izinin gue kalo di absen nanti," ujar Sherina sambil cengengesan yanh terlihat begitu menyebalkan bagi Zakiya.

"Alah, biasa Lo! Kalo udah jam terakhir ke toilet pasti nggak balik sampek pulang."

"Astagfirullah, nggak boleh su'udzon dong Zakiya, gue beneran mau ke toilet bentar doang!"

Sekali lagi Zakiya berdecak, jujur saja Sherina ini benar-benar mengganggu konsentrasi nya dalam merangkum materi kali ini.
"Eh gue nggak pernah su'udzon ya! Gue udah hafal banget sama kebiasaan lo Ririnn!"

"Tau ah, males gue sama lo!"

"Ya udah."

"Ihh dasar nyebelin!"

"Lo lebih nyebelin Ririn!" Ujar Zakiya sambil tangan nya mengepal didepan wajah Sherina seakan-akan ingin meremas wajah Sherina.

"Awas sampek Lo beneran keluar ke toilet, nggak bakalan gue izinin asli!"

"Dasar upil gajah lo!"

*****

Liebe saugtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang