First

7 2 0
                                    

"Dia, seseorang yang dengan beraninya menawarkan diri untuk menjadi seorang teman."


-Awal masuk SMA-

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke SMA. Aku bukanlah seorang anak yang amat pintar sehingga bisa masuk SMA favorit di kotaku, aku hanyalah seorang anak yang cukup beruntung sehingga bisa masuk di salah satu SMA negeri di kotaku. Jakarta, ya aku hidup di kota metropolitan.

Kalian tahu apa yang aku pikirkan ketika pertama masuk sekolah? Aku tidak ingin terlihat, tidak ingin ada seseorang yang mengusik kehidupanku. Aneh bukan? Pasti. Dimana pasti banyak remaja yang menginginkan kehidupan SMA layaknya di novel romansa, memiliki pacar, hangout bareng temen, menjadi seseorang yang dikenal seantero sekolah, dan mungkin kehidupan normal lainnya.

Ya, aku tidak berekspektasi tinggi untuk sekolah hari pertama ku ini, dimana saat ini aku sudah berada di depan gerbang sekolah yang cukup besar dan tinggi. Walaupun bukan sekolah favorit, setidaknya sekolah ini tampak megah ketika di pandang dari luar gerbang—bangunan yang luas, namun tampak tua. Aku memasuki gerbang—tidak terlalu banyak orang—aku melihat jam yang melingkar ditangan sebelah kiriku, masih ada waktu 15 menit untuk bel masuk berdering. Aku segera pergi ke mading—yang mungkin sengaja di taruh dekat pos satpam—melihat namaku dan segera pergi untuk mencari kelas yang ku tempati. Masuk ke ruangan tersebut, sudah ada beberapa murid yang berpakaian sama denganku, diriku langsung menempati kursi yang tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang—tempat yang cukup strategis.

Kelas sedikit demi sedikit mulai terisi penuh oleh para siswa, bel sebentar lagi berdering dan hari pertama sekolahku pun segera dimulai. Tepat pada dering pertama bel, seseorang masuk dan langsung duduk di bangku sebelahku, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku tidak terlalu peduli, tapi apakah dia tidak punya sopan santun? Setidaknya dia harus meminta izin—aku melihat seisi kelas, masih ada bangku yang kosong. Tidak lama kemudian tiga orang datang memasuki kelas, yap, para kakak kelas dengan memakai sebuah almamater sekolah. Namun, ini berbeda dari bayangan kalian yang mungkin berpikir memiliki muka yang jutek dan galak, mereka terlihat ramah dan langsung menyapa ketika sudah masuk kelas.

"Haiii, apa kabar adik-adik. Semoga kalian bisa menghabiskan waktu tiga tahun kalian dengan bahagia." Ucap seorang perempuan dengan senyum ramah. Cantik, itu penilaian awalku tentangnya.

Setelah bercakap-cakap beberapa menit, dengan embel-embel perkenalan mereka akhirnya meninggalkan kelas dan memberi waktu untuk kami—para murid baru—saling berkenalan. Seseorang di sebelahku tiba-tiba mengeluarkan suaranya, setelah sebelumnya kita saling bungkam.

"Siapa namamu? Maaf jika duduk disini tanpa izinmu, sepertinya kamu tidak suka." Ucapnya langsung ke topik, tanpa perlu repot-repot mengulurkan tangannya. Aku memperhatikannya, seseorang yang cukup angkuh.

"Ava, duduk saja tidak masalah." Jawabku singkat, tanpa perlu repot-repot menanyakan namanya. Toh, aku tidak ingin menjalin pertemanan dengannya. Dia hanya menganggukkan kepalanya, tapi masih terus memperhatikan ku. Apakah dia normal? Sepertinya dia lebih gila dariku.

"Bagaimana kalau kita menjadi teman? Sepertinya kamu orang yang cocok." Ucapnya, kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah ku "Alva."

Aku terkejut dengan namanya, hampir sama denganku. Apakah orang tuanya tidak memiliki nama lain, sehingga namanya mirip dengan nama panggilanku.

"Tidak perlu kaget, itu nama panggilanku. Nama asliku Raxenva Aldebaran, aku yakin nama aslimu pasti bukan Ava." Ucapnya dengan cukup percaya diri. Padahal diriku tidak menanyakan nama lengkapnya. sikapnya yang sok akrab denganku membuatku kesal. Aku memilih diam dan mengabaikannya, dia terlihat seperti seorang anak dari keluarga kaya raya, gaya berpakaiannya memperlihatkan darimana dia berasal. aku tidak tertarik untuk berteman dengan orang semacam dia.



✖️✖️✖️

Haaaiiiiii, hehehe. Emang aneh ya, ku mencoba kembali buat cerita sebisaku. Semoga tanggapan kalian positif ya buat cerita ini. Terima kasih yang sudah mau membaca.❤️❤️❤️

BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang