Semua siswa mulai memasuki ruangan kelasnya masing-masing, tak terkecuali Zahra, Reyhan dan Rizal.
Zahra adalah siswi Ilmu Sosial 1. Sedangkan Reyhan dan Rizal termasuk siswa Ilmu Alam 1. Mereka masing-masing memasuki ruangan berbeda.
Zahra memasuki ruang kelasnya dengan mata sayu, karena terlalu lamanya ia menangis. Ia menangis bukan karena tak mampu. Hanya saja, ia sedang melampiaskan betapa tersiksa batinnya. Ia merasa kehilangan karena kepergian ibunya satu bulan silam karena penyakit kronis yang diderita ibu tercintanya. Batinnya merasakan rindu, Zahra ingat sekali dikala ia sedang merindukan ayahnya yang telah pergi 2 tahun silam karena kecelakaan, sang ibu lah yang selalu mendekap hangat dan menenangkannya. Kini sang ibu sudah tiada, Zahra hanya hidup dengan tantenya.
***
Di tengah carut marut nya pikiran Zahra, Bu Audi guru Sosiologi itu memasuki ruang kelas. Sorak sorai siawa pun tak membuyarkan lamunannya. Ia masih saja terduduk bertopang dagu, sementara siswa yang lain menyambut kedatangan Bu Audi dengan berdiri.
"Zahra, zahra berdiri ra!" Ucap Bintang sambil menyenggol pundak Zahra.
"E-eh iya, kenapa?" Tanya Ara
Bu Audi kini mendekati Zahra. Pasalnya belakangan ini gelagatnya selalu berbeda.
"Ada apa dengan kamu Zahra?" Tanya bu Audi
"Aku engga papa bu. Cuma lagi ada yang aku pikirin aja. Maafin Ara ya bu." Ucapnya memohon
"Baiklah, ibu maafkan tapi tolong jangan sampai hal ini terulang lagi." Ucapnya tedas
"Iya bu. Ara janji." Ucapnya menuruti
Zahra menarik napas panjang, Zahra mencoba seakan semua terasa baik-baik saja.
Rasa rindu yang merasuki kalbu nya terasa begitu mengelabu, seperti bayangan yang perlahan semu. Zahra berpikir, ia tak boleh seperti ini terus, ia harus bangkit dari segala rasa sakit ini, ia pun bertekad akan membanggakan ayah dan ibu dengan prestasinya.
Zahra kini, mempunyai dorongan semangat dari rasa rindunya.
Zahra memfokuskan segala titik perhatiannya pada dua buah white board yang terpampang bertuliskan materi-materi yang disampaikan bu Audi.
Setelah satu jam penuh Zahra memperhatikan bu Audi, kini bu Audi membentuk beberapa kelompok untuk mengadakan kuis. Kelompok siapa yang paling banyak menjawab pertanyaan maka kelompok itu bebas dari tugas yang sangat menguras pikiran.
Zahra mendapat kelompok dengan Fikri. Yang harus kalian tahu mengenai Fikri itu, Fikri orangnya ganteng pake banget, vokalis band sekolah, tinggi, mancung, pinter, tapi sayang orangnya emang agak songong sih.
"What?!! Aku sekelompok sama si bocah songong itu? Ya ampun! Kuatkan hati dan jiwa." Ucapku
"Lo tuh harusnya bersyukur sekelompok sama cowok tampan kayak gue, banyak loh yang minat sama gue." Ucapn Fikri
"Bodo amat, saya ga peduli. Maaf saya ga minat." Ucapku
"Emang siapa juga yang mau sama cewek model kayak lo gitu, udah gendut, sok ngartis lagi." Ucap Fikri
"Ya terus kenapa kalo saya gendut?" Tanya ku
"Lo tanya kenapa? Ya gaada cakep-cakepnya sama sekali dipandang juga." Jawabnya
"Hei!! Kalian berdua mau sampe kapan sih adu bacot kayak gini?" Ucap Bintang memisahkan
"Ya orang dia yang ngeselin." Ucapku
"Lo berani ya sama gue." Ucap Fikri berbisik
"Ih, lo tuh apaan sih Ra sok-sok an banget sama Fikri. Caper deh." Ucap Michelle padaku
"Mau sampe kapan kalian ribut kayak gini? Waktunya udah setengah jam lagi mau habis. Kuisnya mau diterusin apa disudahin?" Ucap bu Audi membuat sunyi ruangan
"I-i-i-iy-iya bu, maafin Ara ya bu maaf. Yaudah diterusin aja ya bu. Lumayan setengah jam bermanfaat." Ucapku
Bu Audi memberikan beberapa pertanyaan yang memang membutuhkan kejelian fikiran dan konsentrasi yang baik.
Pertanyaan pertama dijawab benar oleh Fikri dan itu membuatnya semakin songong. Jujur saja, aku dendam padanya. Akhirnya, aku membuka kedua mata, kedua telinga, dan konsentrasi, serta kejelian fikiran. Dan yaap, aku beehasil menyapu bersih 3 pertanyaan dari bu Audi.
Pertanyaan ke-5 dibacakannya, namun waktu tak memihak, waktu telah merebut kesempatan.
Ku lihat wajah Fikri memerah, ia kesal padaku, karena aku free tugas dari bu Audi. Dan Fikri mendapat tugas yang sama seperti teman lainnya.
Setelah memberi beberapa tugas, bu Audi permisi meninggalkan kelas. Dan semuanya kembali dimulai.
"Cewek itu ternyata pinter juga sih." Ucap Fikri dalam hati.
Alohaa!!
Di chapter kedua ini, kejutannya dapet ga siih?Gimana nih di chapter ini?
Biasa aja?
Lumayan greget?
Greget?Kasih coment dong.
Nanti aku kasih kejutan di chapter selanjutnya.
Dadaaahh.. see you to the next chapter!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu yang Menjelma
Novela JuvenilAku yang selalu merindu tanpa kenal waktu Mengharapmu datang merengkuhku Menemuiku walau lewat mimpi yang selalu ku tunggu di setiap sudut waktu. Happy reading;)