43.5%

5.5K 404 16
                                    

25 April 2019

02.13

"EH BANGSAT BAU BANGET."

Yeji memekik kencang. Gadis itu menutup hidungnya. Tidak tahan. Kasihan indra penciumannya harus menghirup bau yang tidak manusiawi.

"Anjir berisik," bisik Hyunjin pada sepupunya. "Ntar abang gua bangun jadi opor ayam kita."

"Malah gua takut abang lu bangun gara-gara nyium bau kentut lu!" balas Yeji setengah berbisik.

Di samping gadis itu, ada satu gadis lainnya. Duduk manis sambil menatap sekitarnya dengan ketakutan.

Ia melirik 2 lilin di atas meja yang diletakkan di sisi kanan dan kiri selembar kertas.

Lilin tersebut bergoyang. Seperti ada angin yang meniupnya.

Namun, jujur, kata bertuliskan OUIJA yang terpampang jelas di bagian atas kertas lebih menarik perhatian.

"Guys... Udahan, yuk?" ajak gadis itu dengan lirih.

Hyunjin dan Yeji menoleh ke arah gadis tersebut. Menatapnya dengan penasaran. "Lu liat sesuatu, bin?"

Eunbin menggeleng dengan gugup. "G-gak. Gua cuma takut abang lu marah, hehe."

Bohong. Gadis itu benar-benar ketakutan. Di sini terlalu ramai. Apa yang akan mereka lakukan ini sangat menarik perhatian mereka.

"Yang bener?" tanya Yeji curiga.

"Lu beneran mau ikut main, gak? Kalo takut mending gak usah," sahut Hyunjin.

Eunbin terdiam. Gadis itu menunduk sambil berpikir. Takut? Jelas. Tapi ia tidak bisa membiarkan dua saudara yang rasa penasaran dan sifat keras kepalanya lebih besar dari badan mereka ini bermain sendirian. Bahaya. Benar-benar bahaya.

Pada akhirnya Eunbin mengangguk. "Gua ma— eh?!"

Namun tiba-tiba saja, dua lilin itu padam. Ruang tamu rumah keluarga Hwang gelap total. Mereka panik.

"Kalian aman, kan?" tanya Hyunjin.

"Aman."

"I-iya. Aman."

Hyunjin berdiri. "Gua nyalain lampu ruang tamu dulu bentar. Kalian tolong nyalain lilinnya lagi."

Dalam kegelapan, Yeji dan Eunbin mengangguk dan mulai meraba-raba sekitar mereka untuk mencari korek dan letak lilinnya.

Yeji mengernyit ketika tangannya memegang sesuatu yang empuk. "Eunbin? Ini tangan lu bukan?"

"Hah? Bukan."

Gadis bermata sipit itu menelan salivanya. Jika ini bukan tangan Eunbin, lalu tangan siapa? Tidak mungkin tangan Hyunjin, ia pasti ada di ruang keluarga sekarang, karena letak saklar ruang tamu ada di sana.

Lagipula tangan ini lembut dan dingin. Berbeda jauh dengan tangan Hyunjin yang kekar layaknya bapak-bapak.

"B-bin? Lu udah ketemu lilin sama koreknya?" tanya Yeji.

"Udah, nih. Baru ketemu."

"Nyalain sekarang, bin. Buruan!"

"T-tapi lu jangan teriak."

Dengan tangan gemetaran, Eunbin menyalakan lilin tersebut. Setelah menyala, segera ia arahkan cahayanya ke arah Yeji.

Awalnya, cahaya lilin mengarah ke arah Yeji. Menampakkan wajah gadis itu yang sudah memucat akibat ketakutan. Namun ketika Eunbin akan mengarahkan lilinnya ke arah tangan gadis itu, lilin tersebut kembali padam.

"S-sorry. Tangan gua gemeteran."

"Aduh, bin. Udah lemes banget gua. Penasaran juga, sih," lirih Yeji.

"Iya bentar."

Lilin kembali menyala. Eunbin mengarahkan cahayanya langsung ke arah tangan Yeji. Gadis itu mengernyit. "Lu gak megang apa-a—"

PRANG!!!

Lilin terjatuh bersama piring kecil yang menampungnya ketika Eunbin hendak mengarahkan cahaya lilin itu ke arah Yeji.

Gadis itu menjatuhkan lilinnya karena ia tidak sengaja melihat sesuatu yang berdiri di samping temannya tersebut.

"Kok lilinnya dijatohin, sih?? Aduh lu jangan bikin gua takut dong!"

Eunbin terdiam. Kali ini seluruh tubuhnya yang bergetar hebat. Gadis itu bahkan terlalu takut untuk menjelaskan apa yang ia lihat tadi.

"Eunbin???"

"J-ji. Gua takut. G-gua mau pulang," lirih Eunbin. Suara gadis itu bergetar. Seperti orang yang hampir menangis.

PRANG!!!

BRUK!

Mereka terdiam. Yang awalnya Yeji ingin menenangkan Eunbin, ia kembali mengatupkan kedua bibirnya.

"S-suaranya... dari ruang keluarga," sahut Eunbin.

"Hyunjin???"

Tidak ada jawaban. Yeji mulai panik.

"DOWER! JANGAN BERCANDA LU!"

Lagi-lagi tidak ada jawaban.

Yeji kembali meraba meja untuk mencari lilin yang satunya. "Bin, korek mana?"

Tidak butuh waktu lama, lilin di tangan Yeji menyala. Gadis itu berdiri dan berjalan menuju ruang keluarga, diekori oleh Eunbi yang memegang piyama gadis itu dengan erat.

"Dower! Lu dima— eh apaan nih?"

Gadis itu berhenti berjalan kemudian menunduk untuk melihat apa yang tidak sengaja ia tendang tadi. Cahaya lilin diarahkan Yeji ke bawah kakinya.

"ANJIR HYUNJIN!"

Itu Hwang Hyunjin. Tergeletak di lantai tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di sekeliling kepalanya.

"Bin pegangin lilinnya dulu."

Eunbin mengangguk kemudian segera mengambil lilin dan piringnya dari tangan Yeji.

Yeji panik. Hampir menangis melihat darah yang keluar dari kepala belakang sepupu yang sudah seperti saudara kembarnya itu. "Hyunjin! Masih hidup, kan??? Anjir bangun dong!"

Eunbin menoleh. Kalau tidak salah, ada orang yang baru saja lewat di depannya. Gadis itu mengarahkan lilinnya ke depan. Matanya memicing.

Kemudian ia terbelalak.

"Y-yeji... i-i-itu... K-kak..."

"Apa???" sahut Yeji tidak sabar. Wajahnya sudah basah karena air mata.

Perlahan Eunbin mundur selangkah demi selangkah. Kedua matanya tetap terpaku pada apa yang ia lihat tadi.

"AAAAAAAAAA!!!"

Lilin padam diikuti tubuh Eunbin yang ambruk ke lantai. Yeji langsung lemas.

"BANG MINHYUUUUUUN!!!"














































Shiyuma_chan proudly present

Sequel of Elevator Game

Sequel of Elevator Game

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
«²» Endgame Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang