1. Perkenalan

84 1 0
                                    

Seoul, 2 November 2025

Udara musim gugur adalah yang paling Jeno sukai. Tidak panas tidak dingin, sejuk. Angin juga berhembus dalam ritme dan tempo yang sesuai. Menerpa rambut hitamnya yang lurus itu setiap kali ia berjalan. Kadang, matanya akan tertusuk ujung rambutnya dan ia akan menyisirnya ke belakang dengan jari jemarinya. Gadis-gadis yang lewat akan menyempatkan diri untuk berhenti dan memandangi makhluk ciptaan Tuhan yang menggoda ini. Bagaimana tidak? Bukankah kulit putih susunya, rambut hitam arang berkilaunya yang cukup tebal, rahang yang tajam, dan mata bulan sabit merupakan kombinasi tersempurna yang pernah ada? Sayangnya Jeno tidak berpendapat serupa.

Pemuda berumur 25 tahun tersebut adalah seorang pemilik kedai kopi yang terkenal di kota Seoul, di Myeong-dong tepatnya. Lokasi yang sangat strategis karena daerah Myeong-dong terkenal akan street food dan toko kosmetiknya. Banyak warga lokal dan wisatawan asing tiap harinya menginjakkan kaki. Saat mereka kelelahan, kedai kopi "Nano-Nano" miliknya akan menjadi tempat persinggahan. Beruntung Jeno mendapatkan kesempatan dan amanat untuk meneruskan usaha kedai kopi milik keluarga paman dan bibinya yang sekarang sudah pindah ke New Zealand secara permanen sejak dua tahun lalu. Awalnya hanya dirinya dan senior kuliahnya, Johnny hyung sebagai barista, yang mengurus. Jeno tidak tahu apa tentang kopi, tetapi Johnny hyung tahu. Jeno akan menjadi kasir dan Johnny hyung yang membuat pesanan. Kemudian, diterimalah Ning-Ning dan Hina bekerja. Tidak asal menerima, mereka diterima karena kemampuan Bahasa ibunya, Ning-Ning bisa berbahasa Mandarin sedangkan Hina bisa berbahasa Jepang. Bahasa Korea, Inggris, Jepang, dan Mandarin adalah yang paling sering ditemui di Myeong-dong.

"Selamat pagi bos Jeno!" teriak Hina dengan semangat dari meja nomor dua dekat jendela yang tadi sedang mengelap. Ia merupakan pegawai yang membawa kecerahan dalam kedai kopi berinterior abu-abu dan hijau botol ini. Cerianya sesuai dengan umurnya yang baru 17 tahun. Jeno membalas Hina dengan tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Johnny hyung sedang mencium aroma biji kopi yang ada di kedua telapak tangannya. Jeno menepuk punggungnya saat melewati pria berumur 28 tahun itu. Johnny hyung melirik ke arah Jeno yang kini sedang ada di depan meja kasir, mencoba memakai apron berwarna hijau botol, apron khas kedai kopi miliknya. "Selamat pagi bos kecil!" sapa Johnny hyung. "Selamat pagi hyung. Jangan dipolusikan biji kopiku." Balas Jeno dengan berakhir kekehan kecil.

Gadis berambut oranye kemudian memasuki kedai, Ning-Ning. "Selamat pagi bos! Selamat pagi Joppa dan Hina." Sapanya sambil berjalan ke ruangan karyawan. Joppa artinya Johnny oppa, tapi terlalu panjang jadi disingkat saja. "Apa yang harus aku tulis di papan hari ini bos?" tanya gadis berusia 18 tahun itu. Ia merupakan artis kapur yang kerjaan setiap paginya adalah menuliskan promo dan menu spesial hari ini dengan aestetik. "Tolong tulis Chocolate Waffle + Vanilla Latte 5,500 Won. Menu spesial kita hari ini, Vanilla Affogato (free two shortbread cookies). Terima kasih Ning." Jawab Jeno. Ning-ning mengacungkan jempolnya tanda mengerti dan siap melaksanakan tugas.

Jeno sebenarnya tidak suka dipanggil bos, hanya saja ketiga karyawannya menginginkan seperti itu. Kata mereka, panggilan bos untuk Jeno seperti peanut butter and jelly sandwich yang tidak bisa dipisahkan. Akhirnya, Jeno menerima dan sekarang ia malah geli sendiri saat mendengar bos Jeno dalam artian positif.

Setelah semua persiapan beres, Jeno mengisyaratkan untuk memutar tanda tutup menjadi buka yang tergantung di pintu masuk kepada Hina. "Mari bekerja dengan semangat semuanya! Jika hari ini ramai, aku akan memberikan bonus untuk kalian! Mohon bantuannya!" Apa yang diucapkan Jeno disambut sorak sorai dari Johnny hyung, Hina, dan Ning-ning.

"Bos Jeno sangat baik ya terus memberikan bonus. Bulan lalu saja tiap minggu diberikan bonus." Bisik Hina kepada Ning-Ning.

"Iya, aku jadi prihatin." Ning-ning menengok ke belakang ke Jeno yang sedang memainkan ponselnya. Perkataannya membuat Hina mengerutkan dahi.

Love Me The Same [Nomin] [New]Where stories live. Discover now