Disclaimer: Masashi Kishimoto
.
.
.
.Bau amis tercium dengan sangat tajam, darah dari prajurit yang gugur memenuhi bukit tempat perang berlangsung.
Perang telah dimenangkan oleh salah satu pihak, sementara pihak yang lain gugur.
Seorang lelaki yang memakai jubah biru gelap menatap kumpulan mayat manusia di depannya.
"Kasihan sekali," ucapnya datar. Ia kemudian berbalik, melihat anak buahnya yang tak berkurang sedikit pun.
Lelaki itu tersenyum, para prajurit pun balas tersenyum. Walaupun mereka mendapat cedera, cedera itu hanya berupa luka luka lecet.
Sama seperti biasnya, jendral kerajaan Uchiha memenangkan perang tanpa kehilangan seorang pun.
"Yosha!! Ayo ke rumah bordil!" teriak salah satu prajurit yang dibalas sorakan setuju semua prajurit di sana kecuali jendral mereka.
Seorang gadis dengan perwatakan lembut menggumam, ia melirik dua kimono yang akan ia kenakan.
Memilih salah satunya, segera ia memakai kimono pilihannya.
Kimono berwarna putih itu dihiasi corak lilly biru, rambutnya ia sengaja uraikan. Polesan gincu warna merah ia aplikasikan ke bibir pinknya, menekan nekan lembut bibir merahnya. Ia tersenyum, kemudian berdiri dan pergi dari tempat rias menuju tempat kerjanya.
Langkah kaki mungil gadis itu berirama pelan, senandung ia lontarkan bersamaan. Ia menatap sekilas kumpulan beberapa pria pelanggan, ah--prajurit itu lagi.
Prajurit desa yang habis melaksanakan perang, ia mendengus--tetapi kemudian bibirnya menyinggungkan senyum. Memperbaiki kimono indahnya, ia memegang pinggang rampingnya.
Bergumam,"semoga aku selamat," dan kemudian melanjutkan jalannya.
Nyatanya, doa sang gadis tidak dikabulkan yang Maha Kuasa, baru saja lima langkah ia beranjak--suara sorakan terdengar di telinganya.
Pertama, ia mencoba tidak peduli. Tapi--saat kedua tangan kekar itu menubruknya, membuatnya jatuh limbung dan belakangnya terbentur dengan keras lantai di ruangan.
"Ah, kau cantik sekali," gumam pria itu, gadis ini yakin kalau pria itu sedang mabuk--buktinya, bau sake sangat kentara saat laki laki itu bergumam.
"Maaf Tuan, saya harus melapor ke ibu kepala dulu. Setelah itu, Tuan boleh melakukan apa saja," katanya dengan nada lirih.
"Ah, tidak usah berbasa basi. Kau tetap akan ku pakai juga," lelaki itu membuka paksa kimono sang gadis, sang gadis hanya terdiam melihat kelakuan pria itu.
'Bukan begini, bukan begini.'
'Bukan ini yang aku mau.'
Rentetan rentetan kalimat memenuhi kepalanya, ia menggigit bibirnya kasar. Mendorong pelan bahu pria yang dengan beringas mencium buah dadanya, ia berkata
"Maaf Tuan, tapi anda harus sesuai prosedur." katanya lemah, sang lelaki yang sudah dipenuhi kabut gairah mendecih. Ia menarik rambut gadis itu yang membuat desisan.
"Kau sialan, kau hanyalah jalang murahan. Jangan berani memerintahku!" tuturnya marah, ia mengambil katana yang tersampir di pinggangnya.
Srak!
Dengan satu tebasan, helaian indigo itu terjatuh, sementara, sang gadis hanya diam dan menerima perlakuan sang Tuan.
"Tolong dengarkan saya, hamba hanyalah pekerja komersil rendahan di sini. Saya tidak berpengalaman, jika kata kata saya menyinggung Tuan, maka tolong--"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINNERS
FanfictionDosa ku adalah mencintai mu--Toneri. Dan, Dosa ku adalah membiarkan diriku dicintai olehmu --Hinata. Di saat cinta menjadi dosa, masih bisakah mereka bersatu? MY FIRST TONEHINA FANFICTION. MASASHI KISHIMOTO NARUTO FANFICTION RATE M (SEMI) HURT, TRAG...