VI (Putra Mahkota)

564 75 23
                                    

"Berlutut!"

Hinata berkedip, ia merasakan sakit pada lutut dan dahinya, ia tidak tahu apa yang terjadi, badannya dengan cepat mengikuti perkataan yang terlontar dari mulut Toneri.

Hinata mencoba mengangkat kepalanya, namun kepalanya seakan dipaksa agar menunduk, Hinata hanya bisa diam dan menarik napas.

Suara yang tidak familiar menyapu gendang telinga Hinata, suara bariton dengan ketegasan di dalamnya, pemilik suara ini bukanlah orang biasa, setidaknya itu yang di pikirkan oleh Hinata.

"Apa yang kau lakukan Toneri?" pertanyaan yang terlontar dari mulutnya membuat Hinata mengerinyit bingung.

"Saya, hanya tidak ingin anda melihat wajahnya,"

"Dan kau menggunakan kekuatanmu untuk itu?" atmosfir disekitar memanas, Hinata merasa kesulitan bernapas.

"Ya, Tolong menggunakan kereta lain Sasuke-sama!" Penekanan pada setiap kalimat mambuat amarah putra mahkota naik, ia mendengus, melanjutkan kakinya guna menaiki kereta tempat Hinata berada.

"Berlutut!" Sekali lagi suara Toneri terdengar, getaran udara di sekitar kereta sangat terasa, kaki Sasuke bergetar, bunyi hantaman keras kepala Hinata terdengar.

Hinata merasakan sakit di kepalanya, ia menutup mata, meringis merasakan cairan hangat yang kental keluar dari sikut kedua tangan dan kepalanya. Serpihan kayu kereta kuda menusuk dahinya.

"Apa kau mau mencari masalah denganku Toneri?" Aura yang mencekam timbul di antara Toneri dan putra mahkota, Toneri bergeming, menatap kedua mata hitam yang perlahan berubah menjadi merah.

"Mohon menggunakan kereta lain, Tuan!" Nada suara menjadi berat, aura mencekam kian pekat, prajurit bayangan putra mahkota keluar, menghadang dan menghunuskan pedang di wajah Toneri.

"Kau tidak punya hak menyuruhku, ingat kastamu!" Angin menerpa wajah Toneri, goresan pada pipi kirinya tak membuatnya bergeming, mengulang kembali perkataanya.

"Tolong menggunakan kereta yang lain!"

Hinata hanya bisa mendengar perdebatan dua orang yang ia ketahui salah satunya, wajahnya yang dipaksa menhantam lantai kereta membuatnya pusing, perlahan kehilangan kesadarannya.

Toneri menatap Sasuke yang dikelilingi pengawal kerajaan, Sasuke mendecih lelah, memperhatikan Toneri yang berdiri dengan sebilah pedang di sisi kanannya.

Ia melihat sekeliling, memperhatikan prajurit bayangan Toneri yang sigap jika sang Tuan berkata, memilih menghindari konfortasi, Sasuke menatap sebentar di dalam kereta kuda.

"Apa yang sebenarnya ada di dalam kereta ini," Ia menoleh, memperhatikan gaun putih yang membulat, bercak bercak merah perlahan mengotori gaun putih gading itu.

Sasuke tersenyum, menatap kembali Toneri yang masih menatapnya tajam. Hingga, angin yang kencang membuat pintu kereta tertutup rapat.

"Baiklah, aku tidak ingin mencari masalah denganmu, sebaiknya aku kembali ke istana. Melaporkan perlakuanmu terhadapku," katanya, perlahan pergi diiringi dengan prajurit yang kembali menyarungkan pedangnya. Toneri membungkuk, memperhatikan Sasuke yang pergi menggunakan kereta yang telah dibawa sebelumnya.

Setelah kepergian Sasuke, Toneri dengan cepat beranjak masuk ke dalam kereta. Menemukan Hinata yang masih dalam posisi berlutut, ia menghela napas lega.

Rasa bersalah memenuhi hatinya, ia menunduk, menyentuh pelan badan Hinata.

"Hinata, kau bisa bangun sekarang," Tidak ada jawaban membuatnya tidak sabaran, diguncang pelan badan sang gadis, membuat tubuh Hinata tergeser ke samping, memperlihatkan gadis yang menutup mata dengan darah di bagian dahinya.

SINNERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang