Tukar cerita(2)

1.1K 66 5
                                    

"Kami teman dari kecil, dan kami pacaran." Melody menghela napasnya secara perlahan, "dia baik sama aku, dia sayang sama aku, tapi karena dia punya gengsi yang tinggi, dia ngecewain aku dan nyakitin aku."

"Maksudnya?" tanya Dylan.

Melody menceritakan masalahnya secara detail. David awalnya menolak untuk merekam saat Melody ganti baju, tapi karena teman temannya mengejek dia adalah babu Melody, makanya dia melakukan hal itu.
Alasan utama Melody pindah karena dia malu, dia malu pada dirinya sendiri. Melody merasa hina, padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun.

"Badan lo gak menarik untuk ditonton," ujar Dylan.

"Iya."

"Emangnya di video itu lo, sorry aja nih ya, 'telanjang'?" Dylan sedikit nggak enak menanyakan hal ini.

"Nggak. Tapi aku rasa itu aib untuk seorang cewek. Aku gak pernah berharap buat badanku ditonton gratis banyak orang."

Dylan diam, dia tahu Melody berbeda. Seragam Melody tidak kecil dan ketat seperti kebanyakan temannya. Melody mengenakan seragam yang wajar untuk siswi SMA.

"Cowok lo salah, seharusnya dia bisa jaga lo," kata Dylan.

"Kak Dylan akan ngelakuin hal yang sama kalau jadi David?" tanya Melody.

"Mungkin iya."

"Apa aku harus maafin David dan balik sama dia?"

"Mungkin iya, kalo gue gak sayang lo," ucap Dylan.

"Hah?"

"Kalau David emang sayang sama lo, dia gak akan peduli diejek apa pun sama temen temennya. Kenapa dia harus malu saat melakukan hal yang gak salah? Kenapa dia harus merasa senang saat melakukan hal yang salah?"

Dylan benar. Melody mengambil keputusan yang terbaik dan benar, setidaknya untuk dirinya sendiri. Dia tidak perlu mendengarkan apa kata orang. Tetap menjadi diri sendiri, itu lebih baik.
Author:Be Yourself.

"Jangan jadi orang lain, karena orang lain gak ingin jadi lo. Jangan takut atas kesalahan yang lo gak perbuat, mereka bukan Tuhan, mereka gak tau apa apa tentang lo."

Perkataan Dylan membuat perasaan Melody jauh lebih baik. Hari ini, Melody tidak melihat sisi Dylan yang ketus dan sinis, mungkin suasana hati Dylan sedang baik.

"Seharusnya Kak Dylan buka reality show penasihat cinta," saran Melody sambil tersenyum.

"Gue cuma kasih pendapat, bukan menasihati."

"Pendapat Kak Dylan benar."

"Gak semua pendapat salah," ketus Dylan.

Baru saja Melody memuji Dylan, tiba tiba sifat asli Dylan keluar lagi. Menyebalkan.

"Kak Bella gimana?" tanya Melody.

"Baik baik aja, masih bernapas."

"Kak Dylan mau Kak Bella gak bisa napas?"

Dylan menggeleng. "Gue ingin Bella Bahagia."

Melody kembali terdiam, rasanya nggak suka mendengar Dylan mengatakan itu. Melody merasa perasaannya campur aduk nggak jelas.

"Lo mending jauhin Fathur," kata Dylan tiba tiba.

"Kenapa?" Melody bertanya. "Buat Kak Bella?"

"Buat lo sendiri."

"Kata Kak Dylan aku harus jadi diri aku sendiri, lalu kenapa Kak Dylan minta aku jauhin Kak Fathur? Emangnya Kak Dylan siapa aku sampe Kak Dylan ngatur aku mau deket sama siapa?"

Dylan menghela napasnya perlahan. "Perkataan lo barusan udah kayak kode lo mau jadi pacar gue," cibir Dylan.

Demi Tuhan! Bukan begitu maksud Melody. Kenapa Dylan mengartikannya seperti itu sih? Itu akan buat Dylan semakin besar kepala. Melody hanya tidak ingin diatur, sudah, tidak lebih dari itu.

"Kata lo, lo gak suka Fathur, makanya jangan bersikap seakan lo suka dia. Itu akan buat lo sulit nanti."

"Tapi aku sama Kak Fathur teman."

"Iya berteman. Tapi lo akan menyakiti perasaan orang lebih banyak lagi."

Sebenarnya Dylan tidak ingin berada di posisi yang sulit seperti ini, dia sudah di tahap akhir melepaskan Bella. Bukan karena ada orang baru, tapi karena perasaan Dylan yang ingin lepas. Hatinya sudah terlalu lama terpenjara oleh Bella.

"Apa lo sebenernya suka Fathur?" Dylan kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Nggak!"

"Atau mungkin lo suka gue?" tanya Dylan.

Melody diam.

"Jangan suka gue, nanti lo sakit hati."

"Kata siapa aku suka sama Kak Dylan? Aku juga gak suka Kak Dylan!" tegas Melody.

"Baguslah, gue gak mau nambah beban."

Dylan benar, menyukai orang yang tidak menyukai balik hanya akan menjadi beban saja.

"Mana tangan lo?" pinta Dylan.

Melody menyodorkan tangannya ke tangan Dylan. Dylan meraih tangan Melody dengan tangannya.

"Ayo makan." Dylan menarik Melody dan pergi ke kantin sekolah.

Entah apa yang dirasakan Melody saat ini, tapi dia bahagia bisa sedekat ini dengan Dylan. Kini ia tak peduli lagi dengan orang orang yang mencibir dan mem-bully-nya karena dekat dengan Dylan. Terutama fans Dylan. Peduli setan dengan mereka. Melody ingin jadi dirinya sendiri.

Tbc~
Vomment and follow :)
Kalo ada typo bilang y

Yours - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang