-Awali dengan Bismillah, dan akhiri dengan Alhamdulillah-
☁☁
Dan, Allah tidak membebani seseorang itu di luar batas kemampuan hamba-Nya. Dan aku percaya hal itu. Aku yakin, tidak mungkin Allah memberiku ujian ini tanpa jalan keluar. Dan, aku serahkan semua pada-Nya.
Rabb Semesta Alam.
☁☁
Aku tersenyum saat mengingat kenangan di mana aku masih bisa bersekolah. Bersenda gurau bersama teman-teman sebayaku.
Masa putih abu-abu yang kata orang sangat sulit untuk di lupakan. Ya, memang benar. Bukan hanya kata orang, tetapi aku juga merasakannya, walau hanya satu tahun.
Senyum, canda tawa, belajar bersama, hingga di hukum bersama. Ya, aku rasakan semuanya bersama mereka, teman-temanku.
Namun sekarang, aku tidak bisa lagi bersekolah seperti biasa. Meninggalkan segala rutinitasku sebagai seorang pelajar, ya, itulah yang aku lakukan sekarang.
Percayalah. Semua bukan keinginanku, melainkan takdir dari-Nya. Dari Rabb-ku. Aku percaya pada takdir-Nya, dan aku percaya pada firman-Nya.
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6)Memang pada awalnya menerima kenyataan pahit itu sulit, namun, aku terlupa kalau yang pahit itu memberi manfaat, dan yang manis jika kebanyakan akan memberikan penyakit.
Menolak takdir itu tidak baik.
Berdamai dengan takdir adalah cara utama yang aku lakukan sekarang.
Dan, mungkin ini adalah ramadhan terakhirku. Aku tak berharap banyak, karena aku tahu, keajaiban Allah akan datang jika Allah mengiginkannya. Aku pun tak berputus asa untuk berikhtiar.
Tetapi, sebelum ini menjadi ramadhan penutupku, aku ingin melukis ramadhan kali ini dengan banyak makna dan amalan.
Dan, akan aku tuliskan setiap hariku dalam suasana ramadhan yang berbeda kali ini. Semoga, kelak setelah aku tidak ada lagi di bumi Allah, kalian masih bisa mengenangku. Mengenangku sebagai hamba Allah yang berusaha ikhlas dalam menerima segala ketetapan-Nya.
☁☁
Perkenalkan, namaku Shanum Annasya. Kata bunda arti namaku adalah Diberkahi Allah dengan cinta kasih. Ya, semoga saja begitu.
Harapku, Allah selalu memberikan berkah dalam setiap hari-hariku. Aku gadis berusia enam belas tahun, tapi, bulan ini usiaku genap tujuh belas tahun.
Kebanyakan remaja akan merayakan usia tujuh belas tahun dengan pesta besar-besaran. Dengan tema seperti putri raja dan menggunakan tema stand up dinner party, dan semacamnya.
Ya, seperti itulah kira-kira. Namun, aku tidak berharap banyak. Aku ingin di usiaku ke tujuh belas yang tersisa dua puluh sembilan hari lagi ini, aku ingin hidup tenang. Jauh dari hiruk pikuk dunia, jauh dari berdebatan yang terjadi setiap saat. Dan yang terpenting, jauh dari hal-hal yang menyakitkan.
Hanya itu yang aku inginkan.
Saat ini aku sudah berada di negara lain, semenjak dokter mengusulkan pada orangtuaku untuk membawaku ke luar negeri, untuk melakukan pengobatan di Singapura, aku harus menuruti orangtuaku.
Sebenarnya aku sudah tidak mengiginkan obat-obatan lagi. Aku ingin tenang, ingin menikmati ramadhan terakhirku.
Namun, aku tidak ingin mengecewakan mereka. Ya, mereka orangtuaku. Mereka yang selalu berusaha agar aku bisa sembuh, walau kemungkinan itu sangat kecil, bahkan sudah menutup kemungkinan untuk bisa sembuh total. Tetapi, dengan pengobatan ini, rasa sakitku bisa sedikit berkurang.
Aku sudah pasrahkan semuanya pada Tuhan. Aku tidak berharap banyak untuk sembuh, dan satu yang aku inginkan, jika memang umurku tidak lama lagi, maka aku ingin di saat aku pergi, tidak ada yang menangisiku. Tidak ada yang menyesali kepergianku. Dan, semuanya mengikhlaskan kepergianku.
"Shanum, jam dua belas nanti minum obat ya." Suara bunda mengejutkanku.
Aku tersenyum samar, bunda tidak tahu kalau hari ini aku juga berpuasa, sama seperti mereka yang lain. Aku niatkan saat aku sudah tarawih di atas bangsal rumah sakit ini.
Hanya tiga biji buah kurma dan satu cangkir air putih menemani sahurku tanpa sepengetahuan mereka.
Aku tahu, mereka hanya mengiginkan yang terbaik untukku. Dan, aku pun sangat bersyukur atas hal itu. Tetapi, untuk ramadhan kali ini, izinkan aku untuk tetap bisa merasakannya.
Ramadhan datang bukan tak membawa apa-apa. Ramadhan datang membawa sejuta warna. Ramadhan datang membawa beribu pahala.
Dan, aku ingin meraih pahala-pahala itu semampuku. Sebisaku. Dan, semaksimal kemampuanku. Dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Aku ingin melakukan amalan yang datang hanya sekali selama dua belas bulan ini. Aku ingin menyambut ramadhan dengan suka cita. Dengan penuh rasa cinta dan dengan sejuta berkah.
Karena itu, aku ingin tetap berpuasa, walau aku tahu, kondisiku tidaklah memungkinkan. Tetapi, tidak ada salahnya untuk mencoba.
Lebih baik gagal karena sudah mencoba, daripada menyesal kelak, karena tidak pernah mencoba.
Dan aku mohon, izinkan aku tetap bersama ramadhan. Walaupun ini adalah ramadhan terakhirku.
☁☁
-Utamakan Sholat dan Membaca Al-Qur'an Dalam Segala Hal-
☁☁
Assalaamu'alaaykum.
Marhaban Ya Ramadhan
Yey bentar lagi buka puasa. Semangatttt. Sudah kholas berapa juz hari ini?
Ini cerita khusus untuk ramadhan. Jadi, ngetiknya lagi puasa. Harap maklum ya kalo pendek. Dan, menurut kalian, cerita ini gimana sih? Usah tau ga konfliknya apa?
Afwan ya, agak kurang inspirasi nulisnya :( semoga amanat ceritanya tetap tersampaikan dengan baik. Aamiin Allahumma Aamiin.
Fastabiqul Khoirot👍👍👍👍
Wassalaamu'alaaykum.
Salam Sayang,
Indahnursf
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Bersama Ramadan
SpiritualInilah kisahku, Catatan kecil ini adalah catatan terakhirku. Semua pengorbanan, perjuangan, air mata, hingga detik terakhir. Semua terukir indah di dalam catatan ini. Catatan hidupku. Seperti napas yang merindukan udara, seperti rindu yang menghara...