two

1.1K 35 21
                                    

Nata baru sampai di tempat tujuannya, rumah seseorang yang menjadi tempatnya berbagi cerita, tempat yang paling mengerti dirinya. Nata langsung masuk dan duduk di ruang tamu. Semua pelayan di sini sudah mengenal Nata

"Ada masalah apa lagi lo?"

Sebuah suara sedikit sinis khas milik Key terdengar, ia langsung duduk di samping Nata

"Seperti biasa gua yakin pasti lu taukan"ucap Nata

"Kenapa lagi sama bokap lo itu?"

"Key gua mau pindah dari sana, kenapa sih lo gak bolehin gua pindah? Gua tertekan di sana, gua merasa jadi benalu di rumah itu, gua merasa jadi anak yang gagal untuk bunda gua key. Apa lo tau tadi bokap bilang apa ke gua, kalau dia sama sekali gak mau gua ada untuk makan malam bersama mereka dan yang paling menyakitkan lagi dia ngajak gua makan malam karena terpaksa. Ingat terpaksa key. Bahkan yang gak gua sangka bunda gua nangis key saat meja makan sebesar itu udh gak orang, dia nangis dalam diam key"

Hanya dengan mendengarkan ucapan Nata membuat sahabatnya itu ikut terhanyut merasakan sakitnya menjadi Nata. Key memeluk sahabatnya itu dengan erat. "Udah lo tenang Nat, bukan maksud gua buat nyiksa lo di rumah itu. Tapi mau gimanapun lo harus tinggal di situ, kasian bunda lo nanti. Dan lo ingetkan kak Citra baru beberapa hari pulih. Lo harus kuat Nat, gua tau lo cewek yang kuat bukan lemah" ucap key memberikan motivasi

Nata mengangguk. "Hari ini gua bakal nginep di rumah gua sendiri key"

"Lo harus pulang ke rumah bokap lo karena kakak lo baru balik dari jerman apa lo gak kangen sama dia?" ucap key

Perkataan key membuat Nata menunduk."Gua kangen banget sama kak Citra. Tapi gua gak bisa bilang itu kek dia karena keadaan sekarang udah beda Key, semuanya udah gak seperti dulu lagi. Sekarang gak ada yang menganggap gua lagi di keluarga itu. Rasanya pengen banget gua pergi, pergi dari kehidupan mereka, pergi selamanya dari dunia ini"ucap Nata yang mulai ngaco membuat Key geram.

Key mengangkat dagu Nata dan satu tampaaran mendarat ke pipi Nata. Nata meringis merasakan sakit di pipinya, tamparan Key tidak main main.

"Lo gak boleh ngomong kaya gitu, Nat!! Lo harus bisa hadapin semua masalah ini!! Lo gak boleh putus asa kaya gini!! Mana Nata yang tangguh?!! Mana Nata yang kuat?!!! "

Ucapan Key hanya di balas gelengan oleh Nata. "Lo salah key, gua udah terlalu capek dengan semua masalah ini. Kenapa Tuhan gak adil sama gua? Kenapa Tuhan selalu ngasih gua masalah sedangkan masalah yang sebelumnya aja belum kelar? Dan kenapa Tuhan gak pernah ngasih gua kebahagian yang ada hanya kesengsaraan dan kesedihan yang datang ke hidup gua"

Setelah mengucapkan itu Nata pergi dari rumah Key dan pergi ke rumah yang lebih nyaman di bandingkan rumah ayahnya. Nata membeli rumah memakai uangnya sendiri, sejak kecil Nata sudah memjadi model dan hasil kerjanya ia simpan untuk membeli rumah. Bahkan sekarang Nata sudah memiliki cafe sendiri dan salon ternama. Nata berhasil mendirikan cafe dan salonnya itu tanpa bantuan keluarganya. Di dunia modeling Nata di kenal dengan Zoyana Tisya, yang biasa dipanggil Tisya. Nata menekan bel rumahnya, rumah ini di jaga oleh mbok minah dan mang eja. Mereka tidak mengetahui asal usul Nata, mereka hanya tau kalau Nata ialah gadis pengusaha dan seorang modeling yang di kenal Tisya. Di rumahnya ini ia akan menjadi seorang gadis yang cantik. Sedangkan di rumah ayahnya ia bagaikan bebek buruk yang dikutuk oleh penyihir jahat.

Mbok minah membukakan pintu.
"Eh ada neng tisya, sok atuh masuk. Sudah lama tidak kemari."

"Iya bu Tisya kangen sama kalian. Kangen sama ibu dan bapak. Gimana kabar kalian?" Nata menanyakan kabar wanita yang sudah lanjut usia itu, ia sudah menganggapnya sebagai ibu sendiri.

"Ibu sama bapak teh sehat atuh neng, tisya mau makan apa? Biar ibu bikinkan"

Nata menggelengkan kepala.

"Makasih bu, gak usah Tisya sudah makan tadi. Aku ke kamar dulu ya" pamit Tisya pada mbok minah

Mbok minah mengangguk.

"Kalau begitu ibu teh kebelakang dulu ya, kalau ada apa apa panggil ibu ya cantik"

Mbok minah pergi setelah Nata menganggukan kepalanya, tak lupa mbok minah memberikan elusan di kepala Nata. Nata langsung berjalan ke kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur.

"Malam ini aku gak pulang deh, capek kalau pulang lagi pula sudah malam. Orang rumah juga tidak akan peduli"kata Nata langsung memejamkan matanya.

Berbeda di kediaman Smith, malam ini Citra sedari tadi menunggu Nata di ruang keluarga. Citra belum melihat Nata setelah kejadian makan siang bersama tadi. Ryan duduk di samping Citra dan memainkan handphone nya. "Kamu kenapa dek, nungguin Nata? Udah gak usah di tungguin"Citra menoleh dan menaikan sebelah alisnya bingung

"Kenapa? Kan dia adik kita kak, seharusnya kakak juga khawatir sama dia"

Perkataan Citra membuat dia menoleh.
"Hampir setiap hari Nata pulang malam, jadi kamu gak usah khawatir nanti juga dia pulang. Sekarang yang kamu pikirin kesehatan kamu, kamu baru pulih loh dek"

"Ya ampun kak kok Nata seperti itu, memangnya bunda sama ayah gak pernah marahin Nata? " tanya Citra

"Marahin? Ngobrol aja mereka jarang dek. Aku aja heran kenapa tadi Nata makan di meja makan, selama ini Nata gak pernah makan bareng kita. Setiap kakak mau tanya pasti ayah langsung bilang biarin aja katanya gitu"

Lagi dan lagi Citra di buat terkejut dengan ucapan kakanya barusan. " Bercandaan kakak gak lucu tau, gak mungkin Nata gak pernah makan bareng kalian. Kalau gitu gimana selama 10 tahun sebelumnya"

"Kakak gak bercanda dek, bahkan sekarang aja Nata udah jadi perempuan yang dingin tak tersentuh." Citra tidak percaya dengan apa yang di katakan kakaknya Ryan barusan.

"Sebelum aku ke Jerman, Nata itu anak yang ceria bukan cuek bahkan dingin seperti ini kak" gumam Citra tak sangka

"Sudahlah kamu istirahat aja, biar kakak yang nunggu Nata pulang. Gak baik buat kesehatan kamu dek" bujuk Ryan pada Citra

Citra menganggukan kepalanya dan langsung menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya. Ryan terus melihat punggung adiknya itu hingga pintu kamarnya tertutup.

"Bahkan kakak juga bingung dek apa sebenarnya yang terjadi, selama 10 tahun ini kakak berusaha menghilangkan pertanyaan pertanyaan yang ada di pikiran kakak. Nata yang dulu udah hilang sekarang hanya ada Nata yanh cuek dan dingin. Kakak harap, kakak bisa jadi orang yang mengetahui akar permasalahan ini semua"lirih Ryan pada dirinya sendiri.

Di balik sana ada yang mendengarkan perkataan Ryan barusan

"Karena Anak pembuat ulah itu, keluargaku jadi seperti ini" ucap Aldy -ayahnya

Selasa, 7 mei 2019
Salam manis

Strong Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang