Nata's POV
Aku terbangun,kulirik jam yang tertempel di dinding. "Sudah pagi rupanya"
Kuputuskan untuk bangun, perutku lapar. Tetapi sebelum itu, aku pergi ke kamar mandi dan mencuci muka. Setelah selesai aku lansung turun ke bawah dan sarapan bersama bapak dan ibu.
"Oh iya bu, Bang Rezza gimana di Bandung? Apa kuliahnya sudah selesai?"tanyaku. Bang Rezza itu anak dari mbok minah dan mang eja. Bang Rezza sudahku anggap seperti kakak ku sendiri.
"Dia baik baik saja, dia sudah wisuda. Sekarang lagi mencari kerja"
"Kalau seperti itu suruh bang Rezza kesini aja bu" kataku bersemangat.
"Bapak mah terserah sama Rezzanya, kalau dia mau ya sudah tidak apa apa"
"Iya, ibu juga terserah dia nya Tis"
Aku langsung mencari nomor bang Rezza di ponsel, setelah itu aku langsung menelponnya.
"Hallo bang"
"Ada Apa adik manja abang?"
"ishhh abang, jangan panggil Tisya adik manja dong!" kataku merajuk, sebal sekali aku inikan sudah besar.
"iya iya adik kecil abang, abang gak manggil gitu lagi deh" kekeh Rezza
"Tuh barusan abang manggil Tisya adik manja lagi" kesalku yang di balas kekehan olehnya
"Maaf deh abisnya udah biasa dek, abang kira juga kamu masih jadi adik kecil abang yang manja"
"Terserah abang aja deh!" jawabku ketus. Aku melihat ibu dan bapak terkekeh akan tingkahku dan itu membuatku tambah merajuk
"Iya deh, jangan marah dong adik abang yang cantik"
Kalau seperti ini aku tidak bisa marah, bang Rezza tuh bisa banget bikin aku kesel dan langsung buat aku luluh. Percaya deh, siapapun nanti jadi pacarnya bang Rezza pasti setiap hari meleleh karena kata katanya yang manis itu.
"Ada syaratnya"jawabku dengan kekehan, karena tidak ingin membuang kesempatan.
"Apa?"
"Abang ke sini dong sekarang"
"ish mana bisa, abang lagi cari kerja" Katanya dengan nada merajuk. Aku terkekeh mendengarnya
"iya aku tahu, abang kerja di sini aja" ucapku memberi usul
"Cari kerja di sini saja susah, apalagi di Jakarta dek"
"Ngapain cari, abang bisa kok kerja di perusahaan Tisya. Kalau perlu abang yang megang Cafe Tisya juga gak apa apa"
"Serius?"
"iya dong abangku sayang." Terdengar kekehan dari bang Rezza, geli mungkin aku panggil sayang
"Ya sudah, 1 bulan lagi abang ke Jakarta"
"Itu mah kelamaan bang, sekarang aja oke. Gak ada bantahan titik! Pokoknya Tisya sebentar lagi jemput abang ke stasiun"
"Iya deh, abang pergi sekarang"
"Sip, Tisya matikan ya telponya. See u bang". Aku memutuskan panggilan dan langsung menatap ibu dan bapak. "Bu, pak, bang Rezza bakalan kesini" ucapku semangat
"Iya bu tahu" jawabnya tersenyum
"Bu, pak, Tisya keluar dulu ya"
Aku langsung pergi ke taman setelah mendapat anggukan kecil dari mereka. Aku duduk di taman dan membukan ponselku. Hal yang pertamaku lihat, layar kunci yang terpampang Foto kecilku yanh sangat indah. Ingin sekali rasanya aku menjadi anak kecil terus yang hanya tau main, main, dan main
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction"Ayah, sebenarnya apa salahku sampai segitu bencinya ayah denganku? Aku juga ingin di perlakukan layaknya manusia bukan layaknya binatang yang menjijikan. Apakah aku tidak bisa bahagia, ayah? Aku tidak kuat lagi Tuhan, aku lelah. Kapan semua ini ber...