294 34 25
                                    

Masih di hari yang sama, kalau tadi Makoto yang merasa ditipu oleh film-film yakuza jahat, kini giliran Natsu. Dua yakuza yang menjemputnya tadi pagi sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Hokuto di dapur bersenandung sambil membuat chicken nanban sedangkan Kazuma memainkan game konsol sambil berbaring tidak jauh dari Natsu.

"Ano—apa kalian tidak melakukan sesuatu?" tanya Natsu, maksudnya, selepas Riku, Itsuki, dan Makoto pergi apa mereka tidak ada rencana lagi?

"Matamu dimana? Kita sedang melakukan sesuatu," sahut Hokuto ketus. Pemuda yang rupanya masih kesal karena perdebatan dengan Itsuki pagi tadi itu mengangkat masakannya dan membawanya ke ruang tamu.

"Ada sesuatu yang ingin kau lakukan, Natsu?" tanya Kazuma, ia menjeda permainannya. Natsu menganggap Kazuma lebih waras daripada rekannya yang satu lagi. Kalau boleh memberi peringkat kewarasan, Riku berada di peringkat satu, lalu Kazuma dan terakhir Hokuto. "Hokuto aku mau!"

Tetapi—tidak juga. Melihat Kazuma merebut makanan Hokuto seperti saat ini, Natsu menarik kesimpulan kalau tidak ada yang lebih waras di antara keduanya. Setelah sukses mendapat dua potong ayam dari Hokuto, Kazuma kembali ke Natsu. "Ceritakan pembunuhan yang katanya kau lihat."

"Malam itu aku pulang dari Explotion, lalu aku melihat Hamada dan seorang polisi yang mengejarku dari dulu— namanya Sagawa—membunuh seorang pria. Tetapi esok harinya, pria itu dikabarkan mati bunuh diri. Karena Sagawa mengenaliku dan sebaliknya, ia bermaksud menghilangkanku agar aku tidak melapor."

"Lalu yang meneror apartemenmu itu Sagawa?"

Natsu mengangguk. "Ada polisi yang menyadari kejanggalan kasus bunuh diri itu jadi ia mencariku juga. Karena aku sudah aman, aku akan menghubungi Likiya-san."

Hokuto dan Kazuma berseru bersamaan. "Likiya-san?!"

"Iya, aku akan menghubungi partner wanitanya."

"Tunggu dulu!" Kazuma mencegah Natsu untuk menekan tombol apapun pada layar ponselnya. "Kami butuh Likiya-san juga."

"Lalu?" tanya Natsu bingung.

Hokuto menaruh makanannya dan berlari mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dapur. "Biar aku yang menelepon Likiya-san, kau ikuti rencana kami." Natsu mengiyakan saja rencana Hokuto yang penting dirinya aman. "Selamat pagi, Likiya-san."

Tombol loudspeaker dinyalakan Hokuto. /"Apa?"/

"Aku ingin bertanya tentang kasus bunuh diri—ah maksudku
pembunuhan di Explotion." Hokuto memancing

/"Kebetulan aku yang menangani kasus itu. Ada apa?"/

Hokuto tertawa girang, begitu pula Kazuma. "Kalau begitu mari kita bekerja sama—"

/"Jangan bercanda, Hokuto."/ Likiya memotong.

"Kenapa aku harus bercanda? Aku juga ada urusan dengan dalang pembunuhan itu dan temanku menjadi incarannya."

/"Kau tahu siapa dalangnya?"/ tanya Likiya dengan nada tinggi. Lagi-lagi Hokuto tertawa menanggapi Likiya. /"Katakan padaku."/

"Berikan jawabanmu dulu, Likiya-san." Kazuma merebut ponsel dari Hokuto. "Ah, kalau kau lupa, ini Kazuma."

/"Aku tidak punya alasan untuk bekerja sama dengan kalian berdua."/

"Ngomong-ngomong, ada yang ingin berbicara padamu." Ponsel sepenuhnya diberikan kepada Natsu. "Hey, polisi. Ini aku Hori Natsuki. Terserah kau mau percaya atau tidak padaku—"

Dark Side [The Rampage from Exile Tribe/AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang