Di sela kesibukanku

14 2 0
                                    

Sebagai sisjwa yang aktif, pastinya aku adalah salah satu adik kelas yang menjadi andalan kakak kelasnya. Disisi lain aku bangga pada diri ku sendiri. Tapi, disisi lain aku khawatir ini akan membuatku tak bisa mengatur waktuku. Namun malaikat penjagaku selalu memotivasi ku agar aku kuat dan tetap tegap untuk menapaki jalan kesuksesan ini.

Kali ini aku super sibuk. Apalagi akan di adakan seleksi Pasukan khusus Paskibra. Dan bagi siswa yang lolos seleksi akan di lombakan ke tingkat kota/kab. Yang pasti nya aku tak ingin melewatkan kesempatan ini. "Ahh rasanya ini sangat berharga. Bakalan terkenal nih di kalangan siswa yang lainnya" pendapatku kagum.

Hari rabu, seleksi di laksanakan. Kita di tes berbagai latihan fisik yang cukup menguras tenaga. Dimulai dari lari mengelilingi lapangan, bending, push-up, sith up, dan yang lainnya. Lelah, capek, panas, itulah yang aku rasakan tiap kali aku latihan. Namun tak henti henti malaikat lembutku dengan menyulap berbagai kata katanya menjadi semangat baru ku. Pelatihan ini membuatku sibuk selama beberapa hari kedepan. Dan yang pastinya aku tak mengikuti pembelajaran selama 5 jam dari pukul 07.30 pagi. Saat itu pula terkadang aku rindu akan pelajaran pelajaran kelas, aku rindu ocehan anak kelas VII B yang terkadang mengganggu, dan satu lagi.. Aku rindu pada kejailan Deon yang selalu membuat pipiku tak henti tertawa. Terkadang Deon menghampiriku dan memberiku semangat untuj pelatihan kali ini. Meski sepertinya dia tau kalau aku merindukan candanya.

Tapi kini apa yang ku jalani adalah satu satu nya cara untuk aku bisa bertempur di lapangan, bersaing bersama para pejuang lainnya se kabupaten. Dan ini adalah bagian tersuka ku dalam organisasi. "Deon, aku harus meninggalkan Kejailanmu di tiga hari ini. Ada kalanya aku akan merindu, tapi kali ini bukan waktunya untuk aku ratapi kerinduan itu. Semoga perjuangan ku akan membuahkan hasil yang menyejukan hati" gumamku mengucapkan beberapa harapan dalam hati.

Selama 3 hari kami mengikuti tes tes yang di berikan bapak pelatih Pasus (Pasukan khusus) dan hari penentuan pun terjadi di hari ke-empat ini. Yakni hari sabtu, para peserta yang mengikuti tes di kumpulkan di gedung aula yang tak jauh dari kelasku. Ada beberapa kakak pasus yang aku kenal sebelumnya. Diantaranya adalah Kak Vina, Kak Dewi, dan Kak Wulan. Hal ini membuatku untuk semangat merebut posisi pasus agar bisa sejajar dengan mereka yang kini terkenal di sekolah.

"oke kita telah melaksanakan pelatihan ini selama tiga hari yang lalu. Dan jujur saya kecewa karena hanya beberapa di antara kalian yang akan maju untuk menjadi anggota pasus dan mengikuti pelatihan pelatihan selanjutnya selama 21 hari kedepan. Dari 36 siswa yang mengikuti tes hanya 4 siswa yang lolos. Ini pun saya pandang masih belum maksimal dalam pelatihan" ucap Kang Asep sang pelatih membuat hatiku bergetar dan tak menyimpan harapan terlalu besar. Karena apa yang ia ucapkan menandakan belum adanya kesungguhan dalam diri kami.

"shinta... Ritta... Indri... Dan Mean !" panggi Kang Asep.

Suara riang tepuk tangan terdengar sangat ramai menyambut anggota baru pasus,  yang tak lain adalah kami. Kami yang berdiri dengan penuhuh tetesan keringat istimewa.

"untuk yang lainnya silahkan kembali ke kelasnya masing masing. Dan untuk nama yang tadi saya sebutkan, silahkan langsung mengisi formulir anggota pasus dan segera kembali ke aula" perintahnya dengan tegas.

Tak sangka aku lolos, dan ini tak bisa di percaya. Namun jeritan ku ini entah bahagia ataukah keluhan rindu ku pada Deon. Jika memang aku terpilih, maka selama 21 hari kedepan aku akan lebih sibuk di bawah terik matahari untuk pelatihan. Tapi bila aku mengundurkan diri, aku akan kehilangan impianku untuk berjuang di lapangan dengan sorakan riang para penonton. Ada komentar di masing masing keputusannya.

"dengar para anggota pasus !! Saya melatih kalian dengan serius dan saya tak ingin menerima respon kalian yang manja dan malas malasan. Disisi kalian akan mengetahui dunia lapangan, kekerasan fisik, kedisiplinan dan kesigapan dalam berbagai hal. Saya harap kalian dapat bekerja sama untuk sama sama berjuang di medan perang. Dan satu lagi... Saya tak menginginkan anggota yang manja meski kalian termasuk anggota baru. Semuanya sama, saya tak akan membeda bedakannya. Kalian mengerti?? " ucap kang Asep.

"Maaf" di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang