Dear Leno,
Beranjak dari rumah bersama peda hitam dan putih
Keluar dari tahanan pagar besi hitam yang mengurungku semalaman
Sedikit berkelok ke arah timur
Menyusuri jalanan pagi yang sepi nan bersih dari macetnya lalu lintasMelihat rautmu,
Aku takut andai di pertengahan jalan kamu jatuh karena tak kuat menahan lapar dan haus
Dan puasamu hari ini tanpa santapan sahur bersamaku
Itu alasan kecil kenapa aku ragu ketika ditanya mau pake peda gak?
Meski kau dan aku sama² tau jarak rumah ke kampus itu memakan waktu ±40menit kalo naik pedaLega rasanya...
Ketika kayuh peda tiba di gerbang kampus hijau
Melangkahkan kedua kaki menuju ruang kelas
Menyantap materi perkuliahan hari iniUsai kuliah...
Tepatnya sebelum ashar, kita sudah pulang
Mengayuh kembali peda dengan sisa tenaga tadi pagi
Di sebuah persimpangan jalan, suara adzan berkumandang dan tak lama itu disusul rintik hujan yang mulai membasahi sepanjang perjalananSelang waktu berlalu...
Hujannya makin deres, membasahi kuyup dua hati yang sedang diatas kedua peda ini
Berhenti sebentar lalu melaju lagi
Karena dirasa hujannya deres sekali
Tapi dengan kepingan semangat yang masih tersisa
Kita lebih memilih untuk melawan derasnya arus hujan
Dan akhirnya basah kuyup ketika tiba di rumahLalu Lintas Istimewa
17.10 07052019
KAMU SEDANG MEMBACA
R I N C I
PoetrySetiap cerita kehidupan selalu saja bergelombang seperti air laut yang mengalir tiba-tiba terhempas oleh karang. Suka dan duka itu sudah pasti. Datang dan Pergi itu sudah pasti ada. Yang Patah Tumbuh Hilang Berganti.