Suara riuh itu masih membahana, bahkan ketika kami telah meninggalkan panggung musik kami. Bukan, bukan lagi kami yang membuat ratusan ribu penonton itu berteriak heboh, ini tidak berarti kami tidak populer, akan tetapi memang tingkat kepopuleran kami sedikit berada, kepopuleran kami berada sedikit dibawah penambil selanjutnya.
Membicarakan penampil selanjutnya, sekaligus "Penampil terakhir dari Festival Music Akhir Tahun yang di adakan di stadium berkapasitas lebih dari 50.000 penonton" ini, tentu tak akan ada habisnya. Kepopuleran mereka bahkan telah diakui oleh seluruh negeri diberbagai belahan bumi, terbukti dengan beberapa penghargaan bertaraf internasional yang pernah mereka raih, seperti pada acara penghargaan Bilborad Music Award dan Gramy Award. Mereka adalah simbol kesuksesan saat ini.
"Oenni.."aku terhenyak, bangun dari lamunanku saat salah seorang member menyentuh lenganku
"ohh?" aku memberikan tatapan kebingungan
"kau dari tadi tidak fokus, kenapa? Apa kau sedang ada masalah?" ia manatapku khawatir, dan aku hanya tersenyum sembari menggeleng sebagai jawaban. Aku tidak sepenuhnya berbohong akan hal ini, aku memang tidak sedang menghadapi masalah, aku hanya sedang butuh banyak berfikir.
"Nayoenaa,,," salah seorang menejer oenni menghampiriku sembari memberikan sebuah boneka kelinci kecil.
Aku mengngerutkan dahiku tidak mengerti, sesaat ku perhatikan boneka tersebut sebelum mengambilnya, ada gulungan kertas yang diikiat pada pita di lehernya.
"Seorang Penata rambut dari ruang tunggu sebelah yang memberikannya" lanjutnya menjelaskan, aku mengangguk, tentu tidak butuh waktu lama untukku mengerti siapa sipemilik boneka kecil ini.
"Kalian sebaiknya berhati-hati, kau tahu bukan, akan sangat buruk dampaknya jika penggemar kalian mengetahui ini, terutama untuk karirmu" aku tertegun, semua orang memang selalu mengingatkan akan hal ini, mereka teramat perduli pada duniaku yang menurut mereka sedang sangat bercahaya.
Dan lagi-lagi aku selalu tidak memiliki jawaban untuk hal ini, aku masih belum menemukan apa yang harus aku lakukan, sekeras apapun aku mencoba memikirkannya. Pada akhirnya menejer Oenni hanya menghela nafas berat sembari mengusap lenganku sebelum berlalu menghampiri Sana yang mulai panik karena tidak menemukan sebelah antingnya.
"Tidak usah dipikirkan uni, kau tau kami selalu mendukungmu" momo menggenggam tanganku erat seolah ingin menunjukan kebenaran akan kata-katanya. Aku tersenyum tipis menyembunyikan kegelisahanku. Tidak, aku terlalu takut membawa kalian hancur bersamaku hanya karena keegoisanku, karena sejak awal aku tau ini tidaklah sesederhana itu.
###
Apa kau sudah mendengarkan lagu ciptaanku? Kuharap sudah,
Karena sejujurnya aku ingin kau menjadi orang pertama yang mendengarkannya,
Tapi mereka terus memperingatkan dan melarangku, mereka bilang jika aku melakukakannya, maka sama saja seperti aku mengkhianati fans kami, Padahal sudah sangat jelas bahwa lagu itu kutulis untukmu hehe
"You're my inspiration, babe"
Aku tersenyum samar setelah membaca kertas yang dibawa sikelinci kecil, dia memang selalu tau cara menghiburku, membujukku agar tak marah lagi padanya. Sebenarnya aku tidak marah padanya, aku hanya kesal karena dia tidak bisa menahan diri, aku terlalu takut apa yang dia lakukan tertangkap oleh staff acara tadi, atau bahkan tertangkap kamera sasaeng.
Membayangkannya saja membuatku merinding, bagaimana jika ada yang menangkap basah kami tadi, tentu saja media akan bergerak cepat membuat pemberitaan tentang hal itu, maka secepat berita itu menyebar secepat itu juga karir kami akan hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionFF ini terinspirasi dari lagu ciptaan Park Jimin "Promise", beberapa kabar burung, serta beberapa Moment yang tertangkap kamera fans, tapi mohon untuk tidak dibawa serius, kalau ternyata apa yang akan saya tulis berbeda dari apa yang ada yakini. ka...