"BIB!!! BIB!!! BIB!!!"
Kedengarannya seperti bunyi telepon. Apa aku benar?
"Baiklah, kita selesai."
Setelah kata dari orang itu terucap, mereka —para dokter— pun menciptakan suara "gretak-gretuk" merapikan barang-barangnya dan membawanya keluar.
Setelah itu aku mendengar bunyi "Tlak", mungkin suara pintu terkunci.
Sekarang ini aku sedang berusaha untuk tidur. Memang sulit melakukannya ditempat yang seringkali dikunjungi oleh orang-orang yang tidak kuinginkan. Mungkin aku sudah menjadi kelelawar karenanya.
"Tlak,"
Bunyi pintu terbuka, seseorang memasuki tempatku lagi. Ayolah... baru saja mereka keluar, sekarang malah masuk lagi. Aku harap dia bukan orang yang menjengkelkan.
Langkah kakinya terhenti. Kenapa dadaku berdetak lebih cepat dari biasanya?
"Aku tahu kau bangun? Sekarang buka matamu!"
Suara anak perempuan?
Oh, si cewe berisik.
Aku membuka mataku –meskipun tahu nantinya aku akan kesulitan melihat–, dan sekarang wajahnya sangat dekat denganku.
Duk, duk ...
Dadaku terasa panas, ada apa dengan diriku ini?
"Jadi... siapa namamu? Tukang tidur,"
....
Sebentar.
Apa aku harus menjawabnya? Atau marah karena ejekannya itu?
Tapi aku rasa dia ada benarnya, selama ini aku tidak melakukan banyak hal, lagi pula disini tugasku hanya tidur dan makan. Tidak lebih.
"Hey, siapa nama~"
"Geaven,"
"..."
Mile mulai memiringkan kepala bulatnya itu. Apa dia bingung, atau dia tidak mendengarkanku?
"Jifen?"
"Geaven,"
"Geaven... nama yang bagus, lalu?"
"Lalu apa?" Tanyaku balik.
"Nama panjangmu?"
"Geaveeeennnnnn,"
PTAK!!!!!
Apa salahku sampai harus dipukul olehnya, sakit tahu.
"Bukan itu maksudku, bodoh!"
"Huh, terus apa? Itu sudah cukup bukan?"
"Hmph, baiklah. Kita main yuk!"
Hah?
Bermain?
Bukannya tadi ia terlihat marah kepadaku, terus tiba-tiba sikapnya berubah begitu saja. Huh, aku tidak mengerti lagi.
"Main? Main apa?"
"Main batu gunting kertas! Yang menang bisa meminta apapun dari yang kalah, bagaimana?"
...
Batu gunting kertas?
"Batu gunting kertas itu... apa?"
Mile terdiam sesaat.
"Itu sebuah permainan,"
"..."
Aku melihat Mile dengan seksama, kini pandanganku sudah fokus kembali.
Mile menatapku dengan serius, "jangan-jangan... Kamu tidak tahu permainan itu?" Lalu aku mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Sky
Science FictionDunia adalah tempat yang begitu indah. Namun semua itu diisi oleh sampah busuk seperti mereka. Dunia yang penuh dengan penderitaan dan hampa. Rasa sakit yang terus menusukku dari luar maupun dalam. Mau seberapa banyak aku bangkit, hasilnya tidak aka...