Hembusan angin laut menerpa wajah gadis itu. Helaian rambutnya berterbangan di karenakannya. Kedua tangan ia tompangkan pada tiang pembatas.
Matanya menjelajah lautan luas di depannya. Gadis itu lantas memejamkan matanya seraya menghirup udara dalam-dalam.
"Nona Dassya, mobil sudah siap." panggil seorang pria berpakaian serba hitam dari arah belakang.
"Keberangkatan berapa jam lagi."
"Dua jam lagi Nona, akan tetapi ada tamu penting yang ingin berjumpa dengan anda di ruang VVIP Airport." Jelasnya.
Dassya menghela nafas, ia lantas berjalan meninggalkan tempat itu. Satu hal yang pasti, Dassya akan merindukan tempat ini.
👑👑👑
Keramaian di Airport berbeda hari ini. Bukan hanya para calon penumpang saja yang ada disana. Para Wartawan berita juga mulai berkumpul sejak tadi pagi, menunggu seseorang yang beberapa tahun ini hilang bagai di telan bumi.
Mobil BMW putih yang di kawal oleh beberapa mobil BMW berwarna hitam memasuki jalanan Airport. Mobil itu lantas berhenti tepat pada parkiran khusus yang telah di siapkan, hal itu membuat para wartawan berlarian mendekati area parkiran.
Beberapa bodyguard dengan pakaian kemeja putih berbalut jas hitam, celana hitam, dan jangan lupakan kacamata hitam keluar dari mobil mereka masing-masing. Mereka lantas berjalan menuju mobil putih dengan formasi melingkar untuk melindungi seseorang dari serangan.
Hingga salah satu dari mereka membukakan pintu mobil tersebut membuat kilatan lampu dari kamera beradu dan raungan dari para wartawan kian meledak.
Dassya keluar dari mobilnya. Kali ini ia menggunakan sweter putih tulang bergaris biru donker untuk menutupi tubuhnya, dengan celana abu diatas lutut. Ia menutupi wajahnya dengan masker, serta menggunakan tudung hoddienya untuk menutupi penampilannya.
Dassya lantas berjalan menuju ruang VVIP di ikuti oleh para bodyguard yang selau siap siaga, seaakan Nona muda mereka tak boleh tersentuh sejengkalpun oleh tangan para wartawan.
Sesampainya di ruangan VVIP mata Dassya menangkap bayangan seorang laki-laki yang duduk membelakangi pintu, Dassya lantas menghampirinya.
Dassya terdiam, terkejut melihat orang yang datang menemuinya. Pria itu berdiri dengan senyum yang terukir dibibirnya.
"Daddy..." ucap Dassya seraya memeluk pria didepannya.
"Hallo Sassya how are you. Gadis kecil Daddy sudah jadi princess yang cantik ternyata."
Dassya langsung memeluk daddynya dengan erat. Lima tahun bukan waktu yang singkat, berpisah dengan keluarganya selama itu membuatnya rindu akan kehangatan keluarga. Tuntutan dari pendidikannya membuat Dassya hanya bisa bertemu secara langsung dengan keluarganya setahun sekali.
Terkecuali pada Farel, selama lima tahun Farel sama sekali tak menjenguknya. Ia merindukan kakaknya itu.
"Seperti yang daddy lihat apakah ada bekas luka di badan Sassya? tidak kan." jawab Dasya seraya memperlihatkan keadaannya.
"Benar, kau aman di sana tidak ada yang bisa melukaimu segorespun." Daddy mengelus puncak rambut putrinya itu.
Dassya melepas masker yang ia gunakan menutupi penampilannya sedari tadi. Kepalanya menoleh ke kanan kiri, mencari seseorang yang ia rindukan.
"Mom dan Ael dimana? mereka tidak ikut Daddy kesini?"
"Mommymu menyiapkan pesta penyambutanmu dirumah sayang. Ael nanti menjemput di Airport Indo."
Daddy mengambil papperbag berwarna hijau yang sudah ia siapkan tadi, ia lantas menyerahkannya ke Dasya.
"Mandilah dan pakai dress ini di pesawat nanti."
👑👑👑
Penerbangan yang menghabiskan kurang lebih tiga jam telah mengantarkan Dasya ke kampung halamannya. Kedatangan Dasya di sambut dengan meriah oleh para wartawan dan para masyarakat.
Gosip yang sempat beredar bahwa pewaris Antonius Group menjelma menjadi seorang gadis yang cantik dan anggun itu membuat beberapa orang ingin membuktikan kebenarannya.
Dan lihatlah sekarang, Dassya berjalan di atas red carpet berdampingan dengan Daddynya dengan anggun dan penuh karismanya.
Dress marron selutut di tambah rambutnya yang ia gelung kebelakang memamerkan leher jenjangnya membuat pesona Dassya terpancar dengan sempurna. Munafik bila seseorang mengatakan bahwa kecantikan Dasya di bawah rata-rata.
Beberapa wartawan mulai saling beradu, bersaing untuk mewawancarai Ayah dan anak itu. Dassya hanya menanggapinya dengan senyuman dan Albert yang hanya menjawab singkat dan jelas seperti biasanya.
"Pertanyaanya di simpan untuk nanti di acara penyambutan." jelasnya
Tangan Dassya merangkul erat lengan Daddy hingga saat jalan mereka di hentikan paksa oleh seorang pria di depan.
Mata Dassya menyipit dikarenakan cahaya dari arah luar, ia hanya bisa menangkap siluet pria berpostur tinggi dengan kacamata hitam yang ia kenakannya.
Pria itu mendekat kearah mereka, Dassya merasa aneh karena Daddynya itu terdiam di tempatnya dengan ekspresi datar yang tak bisa di jelaskan.
👑👑👑
Dassya Xaqhira Annastasya
A.n
Hulla, long time no see. Kali ini bakal sering aktif buat publish cerita ini. See you next chapter💙.Oh ya. Mulai minggu ini bakal rutin publish tiap hari senin malam🌈🌈.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Takhta
Teen FictionPUBLISH SETIAP SENIN MALAM 👑👑👑 "Dia yang memberi warna akankah mampu membuat sebuah lukisan indah pada kertas putih jernih itu. Atau hanya membuat sebuah goresan abstrak dan pergi setelah merasa tak mampu mengerjakannya." 👑👑👑 Terlahir di kelua...