II.

295 57 6
                                    

"Wilmar! Wil, gila. Aku harus ngomong sama kamu, Wilmar! Gila!" seru Haidar ke Wilmar yang baru saja membereskan tasnya.

"Apa? Aku nggak gila, Dar. Apasih? Kenapa?" tanya Wilmar santai sambil berjalan keluar kelas.

"Tadi malam, Javier follow Twitterku, dia nemuin akunku," bisik Haidar pelan.

Langkah Wilmar seketika terhenti, "Javier? Mantannya Idar itu? Wah, pasti gak beres nih," gerutu Wilmar dalam hati.

"Wil?" Haidar melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Wilmar yang terlihat kosong.

"Eh? Iya. Iya, dia follow kamu? Terus kamu follback?" tanya Wilmar.

"Iya..." jawab Haidar lirih.

Wilmar langsung menghela napas, lalu merangkul sahabatnya ini, "udah yuk, kita makan aja. Bakso? Atau soto? Hehe."

"Soto."


-


Javier bukan tipe orang yang selalu buka HP, sekalinya buka HP, dia dikejutkan dengan pemberitahuan bahwa Haidar sudah mem-follback akun Twitternya.

Seketika, niat untuk mengirim DM terbesit di pikiran Javier. Tapi ia langsung mengurungkannya, "sekarang jam makan siang, Kak Idar pasti lagi makan, kalo gitu, nanti malam saja DM-nya."

Kalau ditanya mau balikan atau enggak, ya Javier mau. Tapi yang diajak balikan 'kan belum tentu mau. Aduh, kalau kayak gini, jadi ingat masa lalu, masa-masa sudah mau putus.

Komunikasi cuma seadanya, bahkan tidak sama sekali. Tidak ada emot-emot hati atau cium, tidak ada panggilan video, tidak ada ucapan sayang, kalau telfon juga, ujungnya berantem.

Javier yang terlalu santai, Haidar yang gengsian. Kalau lagi cocok, mereka seperti kepingan-kepingan puzzle yang tersusun rapi. Kalau lagi slek, mereka seperti piring yang jatuh ke lantai. Pecah. Hancur.

 Hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Javier dan Haidar. [pjm + jjk] | HIATUS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang