Apa yang dikatakan Dika tadi? 'Winda cantik'? Oh dia mungkin sudah gila karena mengatakan itu secara tidak sadar.
Dasar mulut cabe lo, ngomong asal cemplong kaya cabe-cabean, Batin Dika.
"Lo ngomong apa tadi?" Ulang Farhan.
"Hah, mm.. kagak gue cuma ngedumelin si Winda, kenapa sih dia jadi orang tuh cerewet banget, emang kagak cape apa ngomong terus setiap detik?" Ngeles Dika. Jawaban Dika malah membuat Farhan semakin penasaran dengan sahabatnya itu, "Yakin, lo?" Selidik Farhan dengan menyipitkan matanya.
Dika gugup dengan pertanyaan yang dilontarkan Farhan barusan, "Yaa... ya-yakin lah, masa gue bohong sii. Haha," Semua sahabatnya diam melihat tingkah laku Dika saat ini sedangkan Diva sudah menghiraukannya dari tadi dan meneruskan memakan makanannya.
"Haha. Haha. Eh, eh, lu pada kenapa si... udah, udah dimakan noh makanannya keburu dingin nanti nggak enak ya kaaann, iya dongg," Kata Dika sambil menyodorkan makanan kepada sahabat-sahabatnya. Akhirnya semua kembali terfokuskan untuk memakan makanan mereka kembali.
Uuuhh, slamet-slamet untung pada nggak kepo berlebihan, Batin Dika.
___
"Eh, lo ngrasa Diva sama temen-temennya gomongin kita nggak sih?" Tanya Chika kepada kedua sahabatnya.
Winda menoleh kearah meja yang dihuni oleh Diva dan teman-temannya karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Chika, hal itu membuat Winda tertawa terbahak-bahak, "Hahahaa, lo itu jadi orang jangan kepedean deh, orang mereka lagi fokus makan kok. Masa iya mereka ngomongin kita nggak ada kerjaan lain apa?" Chika memajukan bibirnya kesal, "Lah orang tadi mereka pada liat kearah meja kita kok".
"Oke, oke gue percaya sama lo. Sekarang lo habisin makanan lo deh biar nanti bisa cepet-cepet balik ke kelas." Kata Winda disela-sela tawanya.
"Ngapain ke kelas cepet-cepet baru aja gue duduk, gue aja belum makan makanan gue sedikitpun." Ucap Chika yang masih kesal dengan Winda.
"Ya elah, jangan ngegas dong zeyeng. Kan habis ini ada mapelnya bu cans, lo mau diceramahin sama bu cans gegara belum pinjem buku di perpus?" Kata Winda dengan gaya bicara yang dibuat selembut mungkin.
Sontak Chika membulatkan mulutnya, "Oiya gue lupa, untung lo ingetin Win kalo nggak kelas kita bakal diceramahin panjang lebar sama tu orang."
"Udah?" Tanya Ravena tiba-tiba.
"Hah? Maksud lo apaan?" Balas Chika.
"Gue udah abis." Ucap Ravena dengan nada dinginnya.
"Lah lo udah selesai makan cepet banget?" Kini Winda yang menjawab.
"Kebanyakan debat." Lalu Ravena melenggang pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih duduk manis dikantin.
"Lah Ven lo mau kemana? Masa mau ninggalin kita sih?" Kata Winda.
"Perpus. Jangan lama" Jawab Ravena yang terus melangkah keluar kantin tanpa menoleh kepada kedua sahabatnya itu. Hal itu membuat Chika dan Winda buru-buru menghabiskan makanan mereka lalu segera menyusul Ravena.
Diperpus Ravena berniat membaca beberapa buku untuk dibaca sambil menunggu kedua sahabatnya selesai makan dan menyusulnya.
Ravena berjalan mengitari rak buku untuk mencari buku yang menurutnya menarik untuk dibaca. Ia tidak ingin membaca buku yang letaknya berada diatas, karena Ravena sudah tahu pasti ia tidak akan sampai untuk mengambilnya dan tidak ada yang membantunya. Maka dari itu Ravena hanya melihat-lihat buku yang ukuran raknya sejajar dengan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADIVA
Teen FictionSebuah kisah cinta yang unik dimana keduanya memiliki sifat yang sama yang tidak semua orang mengerti dan bertanya-tanya mengapa mereka berdua bisa bersatu? Apakah karena ada perjanjian yang harus mereka jalani atau memang karena ada cinta diantara...