selepas pertemuan di toko buku. lima hari berlalu, lejo tak pernah lagi bertemu riani semenjak itu, ayah dan ibunya pun tak membicarakan tentang riani. Pukul satu siang, lejo pulang ke rumah setelah menghabiskan hari penuh penat di kampus, bersama motor pemberian ayahnya dua tahun lalu yang selalu menemani aktivitas lelaki tampan itu lima hari belakangan. raut wajah putra ibu heti tersebut biasa saja, tak ada senyum atau mimik wajah yang berubah, tatapannya lurus pada kendaraan di depan, bahkan sekedar hanya untuk menengok ke samping jalan pun tidak. lampu merah menjadi satu satunya hal agar lejo mau berhenti sejenak, menunggu beberapa menit sampai akhirnya harus lanjutkan kembali perjalanan. dan teriakan keras oleh seorang wanita di pinggir jalan menarik perhatian seluruh pengendara motor dan mobil yang tengah berhenti, wanita dengan pakaian terbuka di banyak sisi lekuk tubuhnya, selain pekikan keras suaranya tadi juga karna indah kulit putih mampu menyihir setiap mata. ia menampar dan mendorong keras wanita di depannya hingga jatuh tersungkur menyentuh tanah, tak ada rasa bersalah bahkan tega menumpahkan kopi di tanggannya tepat di atas kepala wanita yang ia dorong, basah sebagian besar hijabnya, belum lagi warna putih hijabnya berubah hitam oleh tumpahan kopi. "hidup ini terlalu keras untuk bersabar, makanan tidak jatuh dari langit walaupun terus berdoa, semua orang harus bekerja untuk mengisi perut, kamu hanya akan kelaparan dengan tetap bersabar menunggu pertolongan tuhan" ucap wanita itu. menggelegar ia sampaikan pada wanita di hadapannya, sesekali hampir terjatuh akibat mabuk. berlalu pergi setelah puas menghardik, sempoyongan berlalu pergi. sedang wanita berhijab tadi baru merapikan pakaiannya, tumpahan kopi jatuh melebar sampai ke tengah sisi baju, mengusap-usap pipinya yang basah. sepasang kelopak mata yang masih belum kering nampak jelas, tubuhnya berdiri dekat dengan wanita itu. "pakailah dan keringkan air matamu" seru lejo pelan. sapu tangan biru langit tak di terima olehnya, bahkan semakin sedih setelah di tambah lagi akan kesaksian langsung lejo melihat perdebatan memalukan barusan. "aku akan mengantarmu pulang, motorku ada disana, ikutlah denganku" pinta lejo menawarkan diri. tapi tidak, tawaran lejo di jawab lembut dengan penolakan, memilih pergi lebih terburu-buru setelah mengucap salam. sapu tangan miliknya ia kantongi lagi, bergegas ikuti angkot yang di naiki wanita berhijab tadi, tak ingin ketinggalan sebab ada banyak angkot serupa. tak jauh dari tempat tadi, angkot yang di kejar lejo berhenti, wanita berhijab itu turun masuk ke satu gang cukup sempit yang tidak dapat di lewati kendaraan kecuali dengan berjalan kaki. bingung, sebab lejo tak tahu harus menitipkan kemana motornya agar tak ketinggalan jejak si wanita. terburu-buru hingga memaksanya berlari kecil, takut tak bisa mengejar kalau sampai hilang keberadaan si wanita. semakin masuk ke dalam gang, lejo bahkan ragu jika nanti ia sendiri yang akan bingung mencari jalan keluar. benar saja, bayang ujung hijab si wanita menghilang di balik perumahan warga, lejo kehilangan jejak, mencari dan bertanya pada beberapa warga sekitar pun tak membuahkan jawaban untuknya. sia-sia saja jika ia ingin lanjutkan pencarian, sedang hari telah masuki waktu sore, iyah pukul tiga ketika lejo melirik jam tangan. adzan ashar berkumandang merdu, suara muadzin cukup indah menggema ke seluruh penjuru kota.