Lejo datangi masjid terdekat. tunaikan shalat ashar dahulu sebelum pulang ke rumah, memarkir motor di bawah salah satu pohon di depan masjid. "assalamualaikum" ucap riani. berdiri di belakang lejo dengan memeluk dua buku. "walaikumussalam" balas lejo. wajahnya memerah mendapati riani berdiri menyapa lebih dulu. keduanya bertemu di pekarangan masjid, mengobrol sesaat sebelum akhirnya tunaikan shalat berjamaah bersama. begitu selesai, lejo sengaja menunggu hingga riani keluar, berdiri seorang diri di depan motor. lima menit berselang barulah riani keluar, namun tidak langsung menghampiri lejo melainkan hampiri pedagang bakso di pinggir pagar masjid, memesan dua porsi dengan menunjuk ke arah depan, lalu datang ke arah lejo setelah selesai bercakap dengan si penjual bakso. senyum riani merekah terpapar sinar matahari, seolah kalah indah rembulan jika di sandingkan dengan indahnya sosok wanita di hadapan lejo sore itu, serangga dan burung kecil beterbangan nampak mengiyakan paras indah riani. tatapan putra ibu heti tersebut nampak tak tahu harus di gambarkan seperti apa, melebur seluruh perasaan pada jiwanya, ia tak tahu harus di namakan apa perasaan yang ia alami sore itu, sebab wajah riani. "aku akan pulang naik angkot, kamu pulanglah duluan" pinta riani. lejo bersikeras ingin mengantar tapi terus di tolak, hingga hampir saja putus asa ajakan lejo terakhir kalinya di setujui riani. "rumahku masuk gang di situ, jadi aku bisa pulang sendiri saja" terang riani menunjuk ke arah gang tak jauh dari masjid. lejo bahkan menjelaskan kalau ia pun sudah tahu, sebab tadi sengaja mengikuti dari belakang. barulah mimik wajah riani berubah setelah lejo menerangkan, riani juga takut andai lejo tahu tempat yang ia masuki tadi. "soal kejadian tadi siang, kamu tidak apa-apa kan?" "tidak" jawab riani singkat. sedikit menundukan kepala, wajahnya menjadi malu, seraya kejadian tadi siang begitu memalukan, belum lagi di saksikan banyak orang. "jangan malu denganku karna kejadian tadi, ada banyak orang lain yang juga lebih mendapat kejadian memalukan, orang-orang menyaksikan bukan karna ingin mencemooh tapi mereka simpatik padamu, jarang ada wanita sekarang yang bisa menjaga menutupi diri dari bebasnya pergaulan, jadi jangan merasa malu denganku, angkatlah kepalamu dan lihat aku" jelas lejo. tersenyum menatap dua bola mata riani dalam-dalam. "mau ikut denganku ke rumah?" tanya lejo bersemangat. riani hanya mengangguk mengiyakan ajakan lejo. senyum manis olehnya di balas sama putra ibu heti. boncengan berdua, mentari sore menemani keduanya sampai tiba di rumah, rian dan risa berlarian ke arah keduanya ketika mengucap salam masuki pagar rumah. "kak haris dan kak riani datang barengan?" "iyah adik-adikku" seru lejo. rian dan risa segera berlarian ke dalam rumah memberitahukan kedatangan riani, ibu heti dan suaminya yang sore itu duduk santai di sofa ruang tamu girang akan kabar kedatangan riani, buru-buru kedepan. "nak riani ayo masuk, kenapa baru kemari?" "riani baru ada waktu luang tante" "oh yaudah duduk, tante buatkan minum yah". tak ingin duduk diam tapi justru hampiri ibu heti ke belakang sama-sama buatkan minum. lejo masuk kamar ganti baju, sedang pak heri duduk bersama risa dan rian. "kabar ibumu bagaimana sekarang?" "baik tante" "kalian masih tinggal di daerah itu?" "iyah tante" "oh yah,sudah lama tante tidak jumpa dengan ibumu lagi,dia masih geluti pekerjaan seperti dulu? atau...." . riani menunduk, mengangguk, belum habis ibu heti bertanya, anggukan riani menutup pertanyaan ibunda lejo tersebut.